Ini adalah sebuah video pendek dari The Washington Post yang mengulas tentang kepentingan Rusia di Suriah.
Ulasan Mainstream media barat pada umumnya tidak jauh dari propaganda politik yang sangat tidak fair dan penuh pelintiran. Mereka hanya berfungsi sebagai alat ‘pembenaran’ kebijakan luar negeri pemerintah dan propaganda hitam bagi Negara-negara penentang Israel.
Tapi, video pendek yang dirilis april 2019 lalu ini menarik untuk disimak, karena mengulas kepentingan Rusia diSuriah dari sudut pandang yang sangat langka dilakukan oleh sebuah mainstream media AS, yaitu dari sudut pandang kepentingan agama.
Ini tentu cukup mengagetkan, ternyata mereka sangat faham tentang apa sebenarnya kepentingan Rusia dinegara muslim Suriah, sesuatu yang bagi kebanyakan kita umat muslim sendiri jarang yang tahu, meski dalam Quran dan Hadits sudah diisyaratkan akan terjadinya aliansi Islam-Nasrani di akhir zaman.
Keputusan Rusia untuk memberikan dukungan total ke Suriah yang menghabiskan dana yang tak terhitung sejak 2015 itu, tidak akan pernah kita bisa fahami dengan benar jika dilihat sebagai upaya mencari keuntungan. Rusia sendiri sudah menyatakan, tidak pernah mengharapkan imbalan apapun dari bantuannya ke Suriah dalam memerangi teroris.
Berikut adalah transkrip video yang berisi editorial dari sebuah media AS itu, tentang pandangan mereka atas misi sebenarnya Rusia di Suriah .
Pada tahun 2015, Rusia mulai melibatkan diri dalam perang di Suriah, yang kemudian mengubah peta perang menjadi sangat menguntungkan bagi Presiden Assad.
Sejak itu, Rusia selalu terlibat di hampir setiap medan perang penting dalam perang Suriah, mulai dari melakukan pemboman udara diarea yang dikuasai oleh militan sampai dengan membagikan bantuan kemanusiaan kepada penduduk Suriah.
Namun kepentingan Rusia di Suriah tidak sekedar seperti yang terlihat sebagai dukungan militer kepada Bashar al Assad. Minat Rusia adalah berakar dari upaya Rusia untuk membangun kembali gereja Kristen Ortodoks (yang dirusak oleh ISIS). Kristen orthodox adalah agama pemersatu yang penting diRusia, dan merupakan modal kekuatan politik utama presiden Putin di Rusia.
Intinya, Rusia punya kepentingan agama di Suriah.
Untuk memahami hal ini, kita harus kembali ke era ketika ayah dari Bashar Al Assad yaitu Hafez al-Assad saat beliau menjadi presiden Suriah .
Pada tahun 1957, Hafez Al Assad dikirim ke Uni Soviet untuk belajar bahasa Rusia dan belajar menerbangkan jet tempur. Hafez Al Assad juga sering bertemu dengan para pemimpin pada era Uni Soviet sampai kemudian berubah menjadi Rusia. Hafez al Assad meninggal pada tahun 2000.
Setelah runtuhnya Uni Soviet pada 1991, Rusia kehilangan kekuatannya (sebagai super power), tapi tidak kehilangan ikatannya dengan Suriah. Apa yang kita lihat sekarang adalah bahwa Bashar al-Assad dan Putin telah menjalin kembali hubungan erat seperti saat era Soviet.
Di panggung global, Rusia secara agresif ingin menunjukkan pesan bahwa Rusia adalah penyelamat dunia Kristen.
Assad tampaknya memahami hal itu. Tak lama setelah Rusia terlibat dalam perang Suriah, Bashar Al Assad mengatakan, bahwa Putin adalah satu-satunya pembela peradaban Kristen yang handal. Pembela tanah suci umat Kristen termasuk Suriah.
Ada dua kota di Suriah yang sangat penting bagi sejarah agama Kristen di Rusia. Pertama adalah Palmyra, sebuah kota terkemuka pada era Kekaisaran Romawi (timur), dan disana juga terdapat beberapa gereja Kristen tertua didunia.
Pemimpin Rusia abad ke-18 yang berpengaruh Catherine the Great, sering membandingkan dirinya dengan Zenobia, seorang ratu Palmyra pada abad ke-3 yang legendaris itu.
Dia juga membandingkan istananya di St. Petersburg yang saat itu menjadi ibu kota Rusia, dengan istana Palmyra. Saat ini St. Petersburg masih dikenal luas sebagai Palmyra di utara.
Pada tahun 2016, Orkestra Rusia tampil di Palmyra. Banyak yang melihat hal ini sebagai propaganda yang efektif untuk mencitrakan Rusia sebagai penyelamat budaya global.
Kota penting kedua diSuriah bagi Rusia adalah Maaloula, daerah ini adalah satu-satunya tempat di dunia yang penduduknya masih bertahan menggunakan bahasa Aram (Aramaic), yang merupakan bahasa yang dipakai oleh Nabi Isa as (Yesus).
Biara St. Thecla adalah sebuah gereja kuno dikota Maaloula yang dihancurkan oleh ISIS, dan belum lama ini telah dibangun kembali oleh badan amal veteran yang terkait dengan pemerintah Rusia. Anggota badan amal dari Rusia itu selalu mengunjungi kota Maaloula secara teratur.
Kemenangan di Suriah adalah bagian dari rencana rencana Rusia agar dilihat dunia sebagai kekuatan yang serius di seluruh dunia. Suriah adalah pintu masuk Rusia ke Timur Tengah, dan juga merupakan bagian penting dari kebangkitan dan keunggulan kekuatan Rusia.
Saat pertama kali terlibat dalam perang Suriah, sepertinya Rusia hanya mendapat sedikit dukungan dari rakyat Rusia, karena tampaknya akan menjadi konflik yang berbiaya mahal dan rumit, mengingat pengalaman pada perang pada era Uni Soviet di Afghanistan pada era 1980.
Tapi hari ini, perang Suriah bisa dibilang telah menjadi bagian penting dari unsur budaya Rusia. Tidak perlu dipertanyakan lagi, Rusia telah mencapai kemenangan di Suriah.
Artikel terkait :
- Erdogan : Agresi ke Idlib Adalah Untuk Melindungi Militan
- Suriah : Akan Tiba Pembalasan Ke Qatar dan Suriah
- Suriah Tuduh AS Menjual Minyak Jarahan ke Turki
- Rusis Sebut Penjarahan Minyak Suriah oleh AS adalah Premanisme Negara
- Erdogan Vs Netanyahu , Maling Teriak Maling
- Soal Invasi Turki ke Suriah , Erdogan tanggapi Kecaman Arab Saudi
rusia memang sahabat sejati, mereka membuktikan loyalitas nya kepada sekutu2nya, asik membicarakan negara ini….
Yup, Peran Rusia diSuriah adalah fenomena aneh akhirzaman yg memang sdh ditakdirkan Allah. Sementara kita sering meneriakkan Ukhuwah Islamiah, semua muslim adalah saudara bla..bla.., tapi adakah negara kaya Arab teluk yg peduli dengan penderitaan saudara2 muslim disana? jangankan peduli, mereka malah ikut musuh Islam AS dalam penghancuran Suriah.
Sy ga habis fikir, kenapa ya Turki begitu ngotot diSuriah? tentara mereka yg memasuki Suriah tapi koq malah Turki lebih galak ? aturan Islam mana yg dia pake?
Alasan pasukan Turki di Suriah selalu berubah2, tapi memang sejak awal perang Suriah Turki ikut agenda AS (Israel) untuk menjatuhkan Assad, itulah kenapa ERdogan tdk punya muka untuk berdialog dng Assad.
Karena memang bersekutu dng AS dan Israel, maka aturan yg diterapkan Turki sama persis, mengagresi negara lain seenak sendiri, membantu militan tapi dikemas dengan kata2 menjaga stabilitas.