‘Where does the land of #Israel begin and end?’ – #Erdogan to the #UN General Assembly #UNGA pic.twitter.com/AOG2FuIV7K
— RT (@RT_com) September 24, 2019
Menanggapi pidato Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Majelis Umum PBB yang menyerang upaya ekspansi wilayah Israel yang tiada henti, Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu langsung merespon dengan sebuah pesan video yang dirislis di Twitternya .
Aksi saling bongkar aib (maling teriak maling) ini diawali ketika sebelumnya dalam pidatonya di PBB hari ini (25/9) , Erdogan mempertanyakan dimana sebenarnya batas-batas wilayah negara Israel , yang terus saja meluas tanpa henti. Padahal sebelumnya semua wilayah Israel adalah wilayah Palestina.
Prime Minister Benjamin Netanyahu, referring to President Erdogan’s remarks:
“He who doesn’t stop lying about Israel, slaughters the Kurds in his own country, and denies the terrible slaughter of the Armenian people – shouldn’t preach to Israel.
Erogan, stop lying.” pic.twitter.com/jtpLpVAscf— PM of Israel (@IsraeliPM) September 24, 2019
Netanyahu, yang membatalkan kunjungannya ke New York untuk berpartisipasi dalam siding Majelis Umum PBB menyatakan dalam videonya bahwa : Erdogan tidak seharusnya mengkhotbahi Israel. Dia harusnya menghentikan kebohongannya . “
“Dia tidak pernah berhenti berbohong tentang Israel, padahal dia telah membantai suku Kurdi di negerinya sendiri, dan menyangkal pembantaian yang mengerikan terhadap etnik Armenia , tidak sepantasnya dia berkhotbah ke Israel. Erogan, berhentilah kamu berbohong.”
Erdogan Yang selalu Berdiri Di Dua Sisi
Erdogan adalah tipe pemimpin bermuka dua yang unik. agak berbeda dengan pemimpin negara-negara teluk lain yang melakukan hal yang sama tapi dengan agak tersembunyi. Seakan-akan membela Palestina dan dunia Islam, tapi secara diam-diam juga selalu ikut dalam proyek AS dan Israel memerangi negara negara muslim penentang Israel, memerangi sendiri negara muslim lain seperti di Iraq, Suriah dan Yaman. Atau juga seperti halnya Saudi yang mau menuruti kemauan Israel untuk melarang warga Palestina melakukan Ibadah Haji dan Umrah.
Erdogan ini sepertinya type pemimpin yang suka bersandiwara dengan topeng sedikit terbuka, lebih terang terangan. disatu sisi secara terang-terangan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel dengan adanya Kedubes Turki di Tel Aviv, dan masih sama saja dengan negara teluk Arab lain, mau bekerjasama dalam Proyek Israel seperti saat misi AS dan Israel menurunkan Qadafi, dan juga diSuriah. Tapi sesekali dia mengkritik Israel.
Disatu sisi Turki masih sebagai anggota resmi NATO, tapi dia juga membuat langkah aneh dengan tidak melanjutkan pembelian sistem pertahanan udara Patriot AS, dan malah membeli sistem S-400 Rusia. Erdogan juga akan membatalkan kontrak pembelian pesawat tempur Siluman F-35 AS, dan sepertinya malah akan membeli pesawat tempur siluman SU-57 Rusia.
Dalam konflik Suriah Turki dengan Erdogan berdiri dalam posisi yang rumit. Dulu dia bekerjasama dengan koalisi AS dalam menyalurkan militan dari seluruh dunia untuk menurunkan Assad (dengan dalih pendirian Khilafah). Sementara kini dia dibuat pusing oleh kelompok2 militan Kurdi diSuriah Utara yang didukung pendanaan dan persenjataannya oleh AS.
Sementara itu, dia juga bersikap yang sama dengan koalisi AS untuk sebisa mungkin melindungi sisa-sisa militan di Provinsi Idlib Suriah dari serangan tentara Suriah, Rusia dan Iran dengan terus mengupayakan gencatan senjata.
Lalu kenapa Erdogan sesekali masih harus berpura-pura menyerang Israel seperti saat pidatonya diPBB kemarin? Topeng khan bisa rusak, jadi sesekali juga harus diperbaiki.
Sebuah resiko rumit dunia akhirat yang harus ditanggung jika memilih menjadi pemain sandiwara yang tidak jelas pendiriannya, antara berdiri difihak Islam atau difihak musuh Islam.
Genosida Etnik Armenia di Turki pada era Ottoman
Soal komentar Netanyahu tentang pembantaian etnik Armenia itu, Netanyahu merujuk pada pembantaian umat Kristen Orthodox oleh kesultanan Ottoman diTurki antara tahun 1915-1923, dimana saat itu Turki masih dalam kekuasaan Kesultanan Ottoman.
Armenia menyebut sekitar 1,5 juta orang etnik Armenia telah terbunuh dari tahun 1915 – 1923 dalam sebuah kampanye genosida oleh kesultanan Ottoman yang disengaja di Anatolia, yang menjadi jantung Turki saat ini.
Pembantaian terhadap etnik Armenia itu terjadi karena warga etnik Armenia memihak ke tentara Rusia.
Sampai sekarang, Etnik Armenia menandai tanggal 24 April sebagai Hari Peringatan Genosida Armenia.