Seorang anggota partai oposisi di Parlemen Turki dari Partai Rakyat Republik (CHP), Aykut Erdoğdu mengatakan pada hari Sabtu 16/5, bahwa pada tahun 2008 Turki telah membayar $ 65 juta kepada pelobi AS untuk meyakinkan komunitas Yahudi (di konggres) AS bahwa kebijakan Turki adalah “pro-Israel”.
Dalam tweetnya, Aykut Erdoğdu menyertakan bukti sejumlah foto dokumen dari Foreign Agents Registration Act (FARA) bertahun 2008 dari Departemen Kehakiman AS, yang kita sajikan dibagian bawah arikel.
1- Hele şuna bir cevap ver…
Bu belgeler sizin “Pro Jewish” “Pro Israel” yani “Yahudi Dostu” “İsrail Yanlısı” olduğunuzu ispatlamak için ABD’de lobi şirketleri ile anlaşma yaptığınızı söylüyor…
Yapılan anlaşma gereği lobi Şirketleri sizler adına “Yahudi Liderlerle” görüşecek.. https://t.co/R1dWbGiNQn pic.twitter.com/kVkGapoQ1P— Aykut Erdoğdu (@aykuterdogdu) May 15, 2021
Pengungkapan ini sebagai tanggapan terhadap pernyataan Ketua Partai Penguasa, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) Fahrettin Altun, yang menyindir ketua Partai CHP Kemal Kılıçdaroğlu karena mengkritik peran Erdoğan disaat Yerusalem sedang “berdarah”.
Aykut Erdoğdu menuntut pertanggungan jawab Erdogan yang telah menghabiskan uang sekitar $ 65 juta hanya untuk mencitrakan kepada AS bahwa Turki adalah pro-Israel.
Erdogan, yang telah memerintah Turki selama 18 tahun, selalu berupaya mencitrakan dirinya sebagai “pendukung kuat Palestina” dan musuh Israel.
Namun, dibalik layar pemerintahan Erdogan lewat Kedubes Turki di Washington, penah menyewa organisasi pelobi Yahudi untuk meyakinkan bahwa pemerintah Turki adalah pro-Israel dan pro-Barat.
Dokumen-dokumen itu menyebutkan, bahwa perusahaan pelobi AS itu harus menyelenggarakan acara dikomunitas Yahudi AS untuk mengangkat kebijakan Turki yang pro-Israel dan pro-Barat.
“Anda telah mengeluarkan $ 65 juta untuk melobi perusahaan di AS untuk membuktikan bahwa Anda pro-Israel. Sekarang saya bertanya, apakah dokumen-dokumen ini asli atau tidak? Jika asli, apakah kamu tidak punya rasa malu? Anda akan lihat. Dia pasti hanya akan berpura-pura mati dan tidak menanggapi, ” kata tweet Erdogdu.
Sikap presiden Turki itu kontras dengan spekulasi yang merebak beberapa bulan ini bahwa Turki dan Israel sedang mencari cara untuk menormalisasi hubungan dan menunjuk kembali duta besar ke ibu kota masing-masing.
Tapi upaya Erdogan untuk memulihkan hubungan dengan Israel tampaknya tidak semulus seperti yang dilakukan oleh UEA an Bahrain. Sikap ambigu Erdogan yang sering “berdiri di dua sisi” menjadi penghalang untuk mendapat simpati dari Netanyahu. Seperti halnya keputusan Turki yang anggota NATO tapi malah membeli sitem pertahanan Rusia, juga konfliknya dengan anggota NATO lain di Mediterania timur.
Tapi paling tidak Erdogan pernah sukses meyakinkan beberapa Perdana menteri Israel sebelumnya seperti dengan Ariel Sharon dan Ehud Olmert.
Pada masa PM Netanyahu, pada tahun 2016, hubungan Israel – Turki merenggang dan saling menarik Dubesnya, menyusul insiden kapal Mavi Marmara, dan setelah itu kedua negara tidak memiliki hubungan diplomatik penuh, meski dalam hubungan dagang teus mencapai kemajuan.
Insiden kapal Mavi Marmara adalah menyangkut pembunuhan oleh pasukan komando Israel di perairan internasional terhadap sembilan orang Turki dan seorang aktivis pro Palestina bekebangsaan Turki-Amerika yang sedang menuju ke Gaza untuk mengirimkan bantuan.