UEA kini masuk dalam dilema besar, antara menjadi sekutu Israel yang harus menjadi bagian dari “poros pertahanan udara Israel-Arab”, dengan kekhawatiran jika nanti terseret dalam konflik Israel-AS Vs Iran, yang sudah semakin dekat.
Dalam wawancara dengan Reuters, Penasehat Presiden UEA, Anwar Gargash mengungkapkan kekhawatiran negaranya itu secara terbuka.
AS dan Israel saat ini sedang merangkul Arab Saudi, Oman, Kuwait, Bahrain, Qatar, Uni Emirat Arab, Irak, Yordania, dan Mesir, untuk membangun jaringan sistem pertahanan udara terpadu, yang akan diwujudkan dengan bantuan teknologi Israel dan AS.
Dalam wawancara dengan Reuters, Anwar Gargash mengungkapkan kekhawatiran mendalamnya, jika negaranya yang kecil itu akan hancur jika terseret dalam konflik dengan Iran.
Dilema besar lain adalah, ketika negara-negara Arab itu harus memilih antara “bersekutu dengan musuh Islam”, dan “ketakutan negarannya akan dintervensi dan dihancurkan dari dalam dan luar”, seperti yang terjadi pada Iraq, Suriah, atau Libya.
Dari sudut pandang agama, ini “bukanlah soal pilihan politik”, tapi “ujian dari Allah bagi para penguasa negara Arab itu”. UEA hanya sebagai contoh, dilema yang sama sudah pasti juga dialami negara Arab lain yang masuk dalam poros pertahanan dengan musuh Islam itu.
Ternyata menjadi pengikut Dajjal tidak ada jaminan akan memberikan ketenangan dan kedamaian, meski untuk sementara kemewahan hidup mereka mendapat jaminan keamanan untuk tidak diusik oleh AS.
Kini makin terlihat jelas, bahwa ujung dari persekutuan dengan musuh Islam, bukanlah kebahagiaan, dan itu baru didunia.
Penasihat presiden UEA, Anwar Gargash mengatakan, Jumat 16/7, bahwa UEA sedang mengirim seorang utusan ke Teheran, guna berusaha membangun kembali jembatan (hubungan) dengan Iran,
Gagasan pendekatan konfrontatif ke Iran bukanlah sesuatu yang didukung Abu Dhabi. UEA telah berusaha untuk menyeimbangkan antara sebagai sekutu adidaya Washington, sekutu baru Israel dan musuh lama bagi Iran, karena berusaha untuk menghindari ketegangan regional, yang dapat menggagalkan ambisi ekonomi UEA, dan pada saat yang sama juga membangun kemampuan militer.
UEA mulai terlibat gesekan dengan Iran pada 2019 setelah serangan terhadap kapal tanker di perairan Teluk, dan fasilitas minyak Saudi (oleh Yaman), dan sejak itu terus mengadakan pembicaraan langsung dengan Iran. Dan awal pekan ini juga mengirim Menteri perubahan iklimnya ke Teheran.
Abu Dhabi masih memprihatinkan tentang aktifitas regional Iran, tetapi tetap ingin bekerja keras untuk menemukan solusi diplomatik, katanya.
Presiden AS Joe Biden dan PM Israel Yair Lapid Kamis lalu menandatangani perjanjian untuk menolak pengembangan senjata nuklir Iran.
Upaya itu dilakukan sehari setelah Biden mengatakan dia terbuka untuk “penggunaan kekuatan” sebagai “upaya terakhir” terhadap Iran, karena upaya untuk menghidupkan kembali pakta nuklir 2015 antara Teheran dan kekuatan dunia telah terhenti.
“UEA tidak akan menjadi pihak dari kelompok negara mana pun yang melihat konfrontasi sebagai tujuan, tetapi kami memiliki masalah serius dengan Iran dengan politik regionalnya,” lanjut Gargash.
AS dan Israel berusaha untuk meletakkan dasar bagi “aliansi keamanan dengan negara-negara Arab” yang akan menghubungkan sistem pertahanan udara, dengan dalih guna menghadapi serangan drone dan rudal Iran di Timur Tengah, namun, dia mengatakan :