Wilayah cakupan WW3 diyakini akan termasuk “3 arena perang”, yaitu satu arena di Eropa, satu arena di Timur tengah, dan satu arena lagi di Asia pasifik (Indo pasifik).
Beberapa tahun lalu, kita membayangkan, bahwa WW3 tidak akan meluas ke Asia tenggara atau sampai ke Australia di belahan bumi selatan, tapi seiring waktu tenyata situasinya makin berbeda.
WW3 di Arena timur jelas tidak hanya berkutat Asia selatan antara India Vs Pakistan, disemenanjung Korea, dan disekitar Taiwan, atau paling banter dilaut China selatan, tapi akan melebar jauh sampai Australia dan New Zealand, artinya seluruh kawasan Asia Pasifik, dan mungkin termasuk Asia tenggara.
Sebuah artikel di Sputnik kita angkat untuk memberi gambaran tentang negara-negara yang akan terlibat di arena Indo Pasifik.
Pakta kerja sama militer Jepang-Australia mulai berlaku pada hari ini Minggu 14/8, yang mewadahi latihan bersama, pengerahan pasukan, pengerahan senjata dan perbekalan yang lebih cepat antara kedua negara sekutu AS.
Perjanjian ‘Japan-Australia Reciprocal Access Agreement’, atau Akses Timbal Balik Jepang-Australia (RAA) ditandatangani pada Januari 2022 untuk memperkuat “penangkalan” terhadap “ancaman” China, di tengah meningkatnya ketegangan atas Taiwan.
Profesor Joe Siracusa, dekan masa depan global di Universitas Curtin di Perth, Australia, berpendapat :
“China seperti menghantui para pembuat kebijakan Australia, mereka mengatakan China adalah ancaman mendatang. Saya pikir China tidak tertarik untuk menyerang Australia. Yang harus dilakukan China hanyalah mengabaikan Australia. Bahkan jika terjadi perang.”
Sementara itu Igor Istomin, peneliti utama di Center for Studi Amerika Lanjutan, di Universitas MGIMO Rusia berpendapat :
“Perjanjian Jepang-Australia ini harus dilihat sebagai bagian dari paket besar pakta bilateral dan multilateral yang sedang disepakati di Asia-Pasifik oleh AS dan sekutunya.“
Istomin menggambarkan pakta lain seperti : Dialog Keamanan Segiempat, (Quad) antara Australia, India, Jepang, dan AS. Juga ada AUKUS pakta keamanan trilateral antara Australia, Inggris, dan AS untuk kawasan Asia-Pasifi, serta format koordinasi tripartit antara Washington, Seoul dan Tokyo.
Menurtunya, pakta Jepang-Australia memainkan peran yang mirip dengan Perjanjian Status Pasukan Jepang-AS (paska WW2), dan ini akan menyederhanakan prosedur untuk mengirim pasukan, senjata, dan amunisi antara Jepang dan Australia.
Pada Januari 2023 lalu, Jepang juga menandatangani ‘Reciprocal Access Agreement’ (RAA) dengan Inggris, guna memperluas jaringan pakta pertahanan dengan Jepang.
Mengapa Sekutu AS Bikin Pakta Pertahanan Bilateral
Pakta bilateral yang dibuat oleh sekutu AS ini menunjukkan bahwa kekuatan AS mulai memudar, meski itu dibentuk atas restu AS, kata Istomin.
“Secara historis, AS telah membangun kebijakannya di kawasan ini berdasarkan apa yang disebut konsep “wheel and spoke”.
“Itu berarti bahwa AS adalah sentral dari aliansi bilateral yang dibangun itu: aliansi terpisah dengan Jepang, aliansi terpisah dengan Korea Selatan, aliansi terpisah dengan Australia dan Selandia Baru, dan beberapa lainnya.”
Menurtnya, Jepang dan Australia kini telah menjadi pelopor jaringan militer AS-sentris di Asia-Pasifik.
Respon China terhadap Militerisasi Asia-Pasifik
“China jelas memahami apa tujuan akhir dari manuver regional AS dan sekutunya, tapi China tidak terburu-buru untuk membuat pakta apa pun dengan tetangganya.”
“China sangat mandiri, setidaknya secara militer, China semakin kuat. Oleh karena itu, China mungkin tidak begitu aktif dalam membuat perjanjian apa pun.”
“Secara umum, China memiliki kebijakan lama, yang lebih mengandalkan pada kekuatan sendiri, dan pada cara-cara diplomatik untuk menjelaskan kepada negara-negara Asia Tenggara, bahwa lebih menguntungkan bagi mereka untuk bekerja sama dengan China daripada mengikuti cara AS,” kata Istomin.
Menurutnya kebijakan Beijing lebih ke “anti-perang’, terlihat dari serangkaian inisiatif perdamaian, dan peran sebagai perantara perdamaian internasional.
Pada bulan Februari lalu, Beijing merilis proposal 12 poin yang menyerukan dimulainya kembali pembicaraan damai antara Kiev dan Moskow. Pada bulan Maret, China menengahi rekonsiliasi antara Iran dan Arab Saudi.
Pada awal tahun ini, China merilis “Konsep Prakarsa Keamanan Global”, yang menjabarkan langkah-langkah praktis untuk mengatasi tantangan keamanan saat ini. Dokumen yang intinya melawan mentalitas Perang ddingin yang ditebarkan AS.
Apakah Ini Berarti Persiapan Perang
Pertanyaannya adalah apakah pembentukan blok dan aliansi yang digerakkan oleh AS di kawasan Asia-Pasifik pada akhirnya akan mengarah pada konflik penuh.
“Namun, Taiwan adalah titik yang paling jelas dan yang paling berbahaya, karena China menganggapnya dari sudut pandang integritas nasionalnya.”
“Apa yang coba dilakukan AS adalah membuat semua orang di bagian dunia ini (Asia pasifik) memilih antara Beijing dan Washington,”
“Ini benar-benar penyerahan kedaulatan ke suatu doktrin atau negara lain. Anda tahu, Australia benar-benar selangkah lagi akan bergabung dengan NATO. Mereka bisa menjadi anggota NATO besok, tetapi Tuhan tahu apa yang dilakukan NATO di bagian dunia ini. Itu menunjukkan akan ada perubahan besar,” pungkasnya.
Bisa disebut wilayah paling aman didunia ini min.
Banyak pendapat soal ini, Benua Afrika bisa masuk akal disebut urutan teratas, kedua bisa Amerika selatan.
Kalau yg di arena timteng ngr mana saj min?
min, kalo new zeland, bukankah sering disebut sebut area aman, bahkan elite pada punya bunker di sana?
https://sputnikglobe.com/20230806/shift-in-new-zealands-defense-policy-suggests-further-militarization-of-asia-pacific–1112423349.html
NZ juga mulai mempersenjatai diri dan mendekat ke AUKUS. Mungkin kelak NZ akan bergabung dgn AUKUS.
Btw, bukankah justru bunker jelas menandakan bhw NZ akan ikut pesta nuklir ?
New Zealand sdh bbrp puluh tahun lalu bikin pakta pertahan dengan AS dan Australia, disebut ANZUS. Padahal tidak ada negara yang mengancam dibelahan selatan. Karena sudah dekat waktunya, kini dibuatlah skenario China sbg musuh.
Berarti, agenda jangka pendek dua-tiga tahun ke depan adalah memecah, mempolarisasi, dan memprovokasi asia pasifik agar mau ikut perang. Imho, cmiiw.
Berarti mungkin setelah perang nuklir,tidak banyak lagi komunitas yang akan zakat dan puasa karena tidak mungkin lagi dunia akan sama lagi(ibadah haji dan umroh aja akan di berhentikan seperti waktu covid dulu)
Yang ane khawatirkan apa negara2 ASEAN bakalan kena imbasnya padahal ada udah buat aturan ASEAN zona bebas target nuklir? Apa berarti bakalan ada influx imigran dari Australia ke Indonesia kalo indonesia masih netral?
Ane nggak bilang hanya karena Indonesia mayoritas muslim terbesar di dunia berarti otomatis aman. Yang ane khawatirkan gimana cara Indonesia mempertahankan netralitasnya. Semoga nggak ada satupun bom nuklir jatuh ke Indonesia.