Setelah belasan tahun Turki paling tidak sejak operasi militer AS di Iraq dan Libiya dan yang terbaru di Suriah , dimana Turki dan Yordania menjadi pusat komando operasi NATO di Suriah yang sebenarnya operasi itu adalah proyek Israel untuk melemahkan negara negara Islam penentang Israel , kini nampaknya tibalah saatnya Turki akan dikhianati oleh Israel.
Jadi kalau kita hanyut oleh propaganda masiv NATO atau bahkan mendukung untuk memerangi pemerintahan Assad yang sah diSuriah sebenarnya kita sedang mendukung proyek Israel. Propaganda hitam terhadap Assad adalah metode standar NATO seperti misalnya menghembuskan isu adanya penggunaan dan kepemilikan senjata pemusnah masal, diktator, penindas rakyat . Propaganda hitam itu persis dilakukan NATO ketika akan menurunkan Saddam husein dan Qadafi.
Itulah gambar besar proyek Israel yang memanfaatkan negara negara NATO dan beberapa negara sekutu teluknya yang salah jalan. Lebih detailnya silahkan baca artikel kita Perang dunia tiga dibagi dalam dua tahap.
Israel mulai menganggap Turki bukan lagi sebagai sekutu dekat karena setelah gagalnya upaya Israel (dari belakang layar) untuk menurunkan Assad dan menjadikannya negara gagal seperti yang dilakukan NATO di Libiya . Israel mulai melirik suku Kurdi yang merupakan pemberontak bagi Suriah, Turki, Iraq dan Iran sebagai alat baru Israel menggantikan ISIS untuk membuat kekacauan baru di sekitar sungai Eufrat yaitu perbatasan Suriah, Iraq, Iran dan Turki.
Pernyataan Menteri pertahanan Israel sendiri beberapa hari lalu jelas mengisyaratkan membuat front baru terhadap Turki dengan menyatakan bahwa “Di wilayah Suriah utara, kita berhadapan dengan Rusia, Iran, dan juga Turki dan Hizbullah. Masyarakat tidak tahu apapun dan itu bagus, tapi ini adalah investasi dan usaha nonstop 24 jam sehari, tujuh hari seminggu”.
Erdogan nampaknya mulai menyadari bahwa persekutuan dengan NATO adalah kesalahan terbesar, terlihat dengan upayanya untuk mendekati Rusia dengan membeli system anti rudal S-400 buatan Rusia, padahal di Turki sendiri sampai saat ini ada sekitar 24 basis militer NATO.
Gejala lain yang terlihat adalah Erdogan mulai mendekati Iran, Negara yang selama puluhan tahun menjaga jarak dengan Turki karena kedekatan Turki dengan Israel. Rabu 4/10 kemarin Erdogan melakukan lawatan ke Iran untuk membuat kesepakatan dalam rangka merespon upaya referendum Kurdistan Regional Government (KRG) yang sepertinya akan menyulut konflik regional baru paska ISIS.
Pada hari Senin 2/10 Erdogan mengirim Jenderal Hulusi Akar, Kepala Staf Umum militer ke Teheran, ini adalah kunjungan pertama seorang pejabat tinggi militer Turki sejak Revolusi Islam di Iran 1979.
Dari perspektif militer dan keamanan, kunjungan Erdogan ke Iran akan mengubah peta konflik di Timur tengah , karena politik dua kaki Erdogan yang bersekutu dengan NATO dan ikut dalam proyek penghancuran Suriah yang didukung Iran dan Rusia tapi akhir akhir ini malah mendekati Rusia dan Iran.
Dalam jangka pendek nampaknya Turki akan mempertimbangkan lebih banyak sanksi terhadap KRG dan ibukotanya Erbil, termasuk penutupan perbatasannya dan lebih jauhnya adalah bersama Iran dan Iraq dan mungkin Suriah akan bersama sama memerangi KRG.
The admin.