Sudan muai digoyang, tidak heran karena memang Sudan adalah salah satu diantara tujuh target yang akan dihancurkan kekuatannya oleh NATO karena kepemimpinannya yang sudah lebih tiga dekade tidak mau tunduk kepada AS ataupun Israel.
Anda tentu masih ingat tujuh negara target yang diungkapkan oleh Jendral AS Wesley clark yang videonya telah kita bahas dalam artikel kita “Perang dunia 3 dibagi dalam 2 fase”. Dalam video itu Jendral Wesley Clark menyebut pada tahun 2001 dia mendapat perintah dari Menhan AS waktu itu bahwa tujuh negara yaitu Iraq, Libiya ,Suriah, Sudan , Somalia, Lebanon dan terakhir nanti Iran harus diperangi dalam waktu 5 tahun.
Tapi faktanya ternyata mereka tidak bisa menyelesaikan misi itu dalam waktu 5 tahun, bahkan sekarang sudah berlangsung hampir 20 tahun sejak serangan NATO ke Iraq tapi misi pasukan Dajjjal menyerang Lebanon dan Iran itu belum juga dimulai.
Allah SWT rupanya telah menggariskan bahwa Suriah tidak akan gampang ditembus, karena negeri yang diberkahi ini ditakdirkan akan dibantu bangsu Rum yang saat ini adalah Rusia. Hadist sudah mengisyaratkan dengan jelas aliansi dengan bangsa Rum ini.
Perang yang dikobarkan para musuh Islam terhadap tujuh negara muslim itu sebenarnya mempunyai pola kelicikan yang hampir sama, mereka memecah belah dan mengadu domba dengan menggiring unjuk rasa anti pemerintah atau dengan membentuk kelompok kelompok pemberontak dan kelompok bersenjata dengan dengan janji “palsu” pendirian Khilafah.
Itulah metode standar yang dilakukan AS atas perintah Israel guna menurunkan Pemimpin yang tidak mau tunduk kepada AS dan Israel, tapi seperti biasa dan sudah menjadi metode standar juga , bahwa sebelumnya negara negara penentang Israel itu juga terlebih dulu distempel sebaga negara pendukung terorisme. Kita ingat binatang yang bisa berbicara yang memberi cap kepada orang orang? ya seperti itulah mekanisme mereka dalam menandai ini teman Dajjal dan itu bukan teman Dajjal.
Metode ini diharapkan dapat “membungkam” dan memberi “pembenaran” atas apa yang akan mereka lakukan dimata dunia internasional dan khususnya dunia Islam.
Kita tahu Sudan adalah salah satu Negara yang dicap oleh AS pendukung terorisme sejak 1993. Libiya , Suriah, Yaman selatan dan Kuba dicap pendukung teroris sejak 1979. Dan Iran dicap sebagai pendukung terorisme sejak tahun 1984.
Dan sekarang, ketika saat saat untuk menyerang Iran itu sepertinya sudah mulai makin dekat, maka intimidasi itu juga semakin kuat, tidak hanya dengan berbagai macam sanksi dagang tapi juga penstempelan Militer Iran yang disamakan dengan kelompok teroris.
Menggoyang Sudan nampaknya tidak sulit bagi mereka, meski upaya penggantian kepemimpinan diSudan dengan membenturkan kekuatan oposisi dengan kekuatan pemerintah juga sudah berlangsung bebeberapa dekade. tapi menggoyang Lebanon dan apalagi Iran tentu akan lebih sulit lagi , dan harus dilakukan dengan sangat cermat dan hati hati , karena posisi geografis Lebanon yang dekat dengan Israel dan kekuatan militer Iran yang cukup dahsyat.
Presiden Sudan Omar al-Bashir telah diturunkan oleh militer setelah berbulan-bulan protes anti-pemerintah terhadap pemerintahan yang menguasa selama tiga dekade.
Penguasa lama itu digantikan oleh dewan militer yang dipimpin oleh Jenderal Awad Ibn Auf yang kemudian memberlakukan keadaan darurat tiga bulan dan menyatakan badan transisi akan memerintah negara selama dua tahun.
Tetapi kudeta dan pengambil alihan oleh dewan militer itu ditolak oleh para pendemo , yang menyebut langkah itu sebagai tidak memenuhi tuntutan awal dari para pendemo yaitu pemerintah yang dipimpin oleh sipil.
Tuntutan terbaru tentang pembentukan pemerintahan sipil ini didukung oleh kemlompok yang menyebut dirinya sebagai Sudanese Professionals Association (SPA).
Letnan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan Ketua dewan militer
Unjuk rasa itu memicu pengunduran diri Jendral Ibn Auf pada Jumat malam. Dia kemudian menunjuk Letnan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan sebagai penggantinya.
Sejak Desember, diSudan terjadi unjuk rasa terus-menerus yang dipicu oleh kenaikan harga pangan yang kemudian dengan cepat meningkat menjadi seruan yang lebih luas yaitu tuntutan mundurnya al-Bashir.
Krisis terakhir meningkat pada 6 April ketika ribuan demonstran memulai aksi duduk di luar markas tentara di ibukota, Khartoum. Lusinan orang telah tewas dalam kekerasan terkait protes sejak awal unjuk rasa.