Saat ini diIran sedang terjadi gelombang unjuk rasa anti pemerintah. Polisi Iran memperingatkan pendemo anti pemerintah agar tidak melakukan demonstrasi baru setelah menangkap puluhan demonstran di Teheran dan kota barat Kermanshah.
Anehnya justru Amerika Serikat menyerukan “transisi damai” pemerintahan atau pergantian kepemimpinan di Iran. Departemen Luar Negeri AS dan Gedung Putih mengeluarkan pernyataan yang mengecam penangkapan beberapa demonstran tersebut dan menuntut agar Teheran mengizinkan kebebasan berekspresi bagi para pengunjuk rasa.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa menlu Rex Tillerson secara pribadi mendesak dukungan kepada apa yang dia digambarkansebagai “elemen di dalam Iran yang akan mengarah pada transisi pemerintahan yang damai.”
Pada 29 Desember , hari kedua demonstrasi yang menentang kenaikan harga itu berubah menjadi demonstrasi politik dan menyebar ke beberapa kota di Iran, Mohsen Hamadani seorang wakil gubernur di Provinsi Teheran, seperti dikutip oleh media pemerintah mengatakan bahwa Diwaktu mendatang para penegak hukum akan melakukan tindakan tegas terhadap kerumunan masa.
Dalam sebuah komentar kepala majelis Iran revolusioner Masyhad, Hossein Haydari mengatakan: “Kami menganggap protes sebagai hak rakyat, namun jika beberapa orang ingin menyalahgunakan emosi-emosi ini dan menunggangi gelombang protes ini, kami tidak akan menunggu dan akan menghadapkan mereka . ”
Ulama lainnya mengecam demonstrasi tersebut sebagai “anti-Islam” dan mengatakan bahwa Israel dan Amerika Serikat berada di belakang mereka.
Demonstran itu didukung oleh mantan Pangeran Mahkota Iran yang diasingkan, Reza Pahlavi yang mengatakan bahwa “unjuk rasa tersebut, sekali lagi menunjukkan bahwa menggulingkan teokrasi di Iran adalah sebuah keinginan nasional.”
Berbagai yel yel yang diteriakkan nampaknya membidik Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei walau tanpa menyebut namanya dan Presiden Hassan Rohani. Unjuk rasa serupa dilaporkan terjadi di beberapa kota lain, termasuk Rasht, Ahvaz, Ghazvin, Qom, Esfahan, dan Hamadan.
Pengerahan Pasukan Iran Ke Perbatasan Afghanistan
Ditengah gelombang demonstrasi yang sedang berlangsung itu , sebuah Video amatir menunjukkan pasukan Iran dengan persenjataan modern bergerak menuju Masyhad (perbatasan Afghanistan) , konvoi tersebut tampaknya sedang mangangkut sistem pertahanan udara S-300 buatan Rusia.
Video reportedly shows Iranian forces moving towards Mashhad, but the convoy would seem trasporting Russian-made S-300 missile systems (Air Defence), is Tehran fearing something bigger than a protest? 🎥 https://t.co/rF852siEV9 pic.twitter.com/Ucoxy1R8jb
— Already Happened (@M3t4_tr0n) December 30, 2017
Ada kemungkinan Iran sangat faham bahwa gelombang unjuk rasa ini adalah sangat jelas ditunggangi fihak asing dan khawatir akan terjadi peristiwa yang mirip terjadi atas Suriah 2011 lalu.
Pengerahan pasukan dan persenjataan canggih kearah perbatasan Afghanistan ini kemungkinan adalah guna membendung kemungkinan invasi AS yang memang saat ini bercokol ribuan pasukan AS diAfghanistan dan mencegah masuknya senjata ilegal yang bisa memperburuk situasi.
Tanggapan Donald Trump Dan Wapres Mike Pence
Tuduhan para petinggi Iran nampaknya cukup beralasan melihat tanggapan Presiden Trump dan Wapres Mike Pence atas unjuk rasa yang sudah berlangsung beberapa hari ini.
Berbagai kampanye negatif terhadap rezim yang sedang berkuasa diIran mulai gencar dilakukan oleh Donald Trump yang mirip apa yang terjadi saat AS akan mengintervensi Iraq , Libiya ataupun Suriah.
Presiden Donald Trump pada hari Senin pagi melalui tweet hariannya menanggapi demonstrasi Iran dengan menyerukan perubahan pada sistem otokratis di sana yang menurutnya penuh dengan represi dan korupsi.
“Iran gagal di setiap tingkat meskipun kesepakatan mengerikan dibuat oleh Administrasi Obama,” tulis Trump. “Orang-orang Iran yang hebat telah mengalami tekanan selama bertahun-tahun, mereka lapar akan makanan dan kebebasan. Seiring dengan hak asasi manusia, kekayaan Iran sedang dijarah. Sekarang waktunya untuk dilakukan Perubahan !” Tulis Donald Trump dalam tweetnya.
“Seluruh dunia mengerti bahwa orang-orang baik diIran menginginkan perubahan, dan, selain kekuatan militer Amerika Serikat yang luas , rakyat Iran adalah hal yang paling ditakuti oleh para pemimpin mereka ….” Tulis Trump.
“Rezim yang menindas tidak dapat bertahan selamanya, dan hari akan tiba ketika rakyat Iran akan menghadapi sebuah pilihan. Dunia sedang menyaksikan!”
Rencana intervensi keIran ini juga secara jelas tersirat dalam pidato Donald Trump di PBB September lalu yang menyebut bahwa “Rakyat Iran yang baik sedang menginginkan perubahan”.
The entire world understands that the good people of Iran want change, and, other than the vast military power of the United States, that Iran’s people are what their leaders fear the most…. pic.twitter.com/W8rKN9B6RT
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) December 30, 2017
Hal senada juga terlihat dalam Tweet Wapres Mike Pence :
“Selama DonaldTrump adalah Potus (President Of US) dan saya adalah Wapres, maka Amerika Serikat tidak akan mengulangi kesalahan memalukan masa lalu kita ketika orang lain berdiri dan mengabaikan perlawanan heroik rakyat Iran saat mereka berperang melawan rezim brutal mereka … “tulis Pence. ” … Keterbukaan yang berani dan berkembang dari orang-orang Iran hari ini memberi harapan dan keyakinan kepada semua orang yang berjuang untuk kebebasan dan melawan tirani . Kita tidak boleh dan kita tidak akan mengecewakan mereka. “
Iran mengklaim Amerika Serikat, Inggris, dan Arab Saudi dibalik Unjuk rasa
Iran mengklaim bahwa demonstrasi yang sedang berlangsung di dalam negerinya adalah sebagai bagian dari “perang hibrida” yang dilancarkan oleh beberapa negara asing untuk menentang pemerintah, media Iran melaporkan, mengutip ucapan wakil kepala Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Ali Shamkhani.
Ali Shamkhani telah menyalahkan Amerika Serikat, Inggris, dan Arab Saudi karena berada di balik demonstrasi dan merancang kampanye anti-pemerintah di media sosial, untuk memicu ketegangan.
“Berdasarkan analisis kami, hampir 27 persen hashtag baru yang ditujukan terhadap Iran adalah dibuat oleh pemerintah Saudi,” Shamkhani mengatakan, menambahkan bahwa campur tangan itu bertujuan untuk menghentikan kemajuan Iran.
Jurus lama tapi ampuh om sam ya min pengen invasi Negeri Para Mullah.
menggulingkan tujuh negara dalam lima tahun, dimulai dari Irak, lalu Suriah, Libanon, Libya, Somalia, Sudan, dan akhirnya Iran, Gimana menurut admin berhasil gak di Iran.
Invasi ke Iran sedang gencar disiapkan oleh para musuh Islam (NATO+Israel) dan akan dibantu oleh sekutunya koalisi pimpinan Arab Saudi. Masalahnya bukan berhasil atau tidak, tapi serangan keIran akan menyulut perang besar (perang nuklir) karena Iran adalah negara berkekuatan nuklir.