Para negara sekutu utama AS di Eropa dan Asia dilaporkan tengah melobi pemerintahan Biden, agar tidak mengubah doktrin tentang penggunaan senjata nuklir AS, dimana Gedung Putih dilaporkan sedang mempertimbangkan untuk menambahkan deklarasi nuklir : “no first use” dalam tinjauan postur nuklir baru AS.
Usulan kebijakan nuklir itu memicu kekhawatiran para sekutunya seperti : Inggris, Prancis, Jerman, Jepang, dan Australia.
Bahwa pergeseran ke kebijakan ‘sole purpose’ (hanya untuk kepentingan AS) itu akan membatasi AS dalam penggunaan nuklir guna mencegah serangan langsung kewilayah AS, dan dianggap sebagai hal membahayakan bagi sekutu AS.
“Mengadopsi kebijakan deklarasi nuklir ‘sole purpose’ akan menghancurkan jiwa NATO dan mitra AS. Itu akan merusak kredibilitas kita,” kata seorang pejabat AS secara anonim.
Doktrin Nuklir AS Saat Ini
Doktrin nuklir yang diterapkan AS saat ini adalah : Jika terjadi perang, AS “memiliki hak untuk menggunakan” senjata nuklir secara preemptive, bahkan terhadap musuh ‘non-nuklir’. AS adalah satu-satunya negara yang pernah menggunakan nuklir terhadap negara lain, yaitu diHiroshima dan Nagasaki, pada tahun 1945.
Selain komitmen untuk mencegah serangan terhadap AS, doktrin nuklir AS memungkinkan penggunaan apa yang disebut “payung nuklir”, yang diperluas ke para sekutu dan mitra AS, yang berarti AS berhak untuk menanggapi setiap agresi terhadap sekutunya di Eropa atau Asia dengan nuklir.
Pada tahun 2016, Presiden Obama mempertimbangkan untuk mengadopsi kebijakan nuklir “No first use”, tetapi diundur setelah disarankan oleh para pembantunya.
Pada tahun 2018, pemerintahan Trump telah menyelesaikan pembaruan Tinjauan Postur kebijakan nuklir AS, yang meningkatkan perlombaan senjata nuklir dan meminta dana untuk senjata nuklir dampak kecil (small yield), rudal jelajah nuklir yang diluncurkan dari laut, dan rudal ICBM baru berbasis silo untuk menggantikan ‘Minuteman III’.
Doktrin Nuklir Rusia
Doktrin nuklir Rusia memungkinkan penggunaan senjata nuklirnya jika terjadi serangan nuklir musuh, atau jika terjadi serangan rudal konvensional yang begitu parah sehingga mengancam keberadaan negara.
Pada tahun 1993 Moskow telah menghapus doktrin nuklir ‘No first use’, yaitu setelah berakhirnya era Perang Dingin yang disusul pembubaran Uni Soviet dan aliansi Pakta Warsawa.