Sebuah editorial oleh Pinar Tremblay dimedia Al-Monitor ini kita anggap cukup mewakili untuk memberikan gambaran atas angin perubahan yang sedang terjadi antara Mesir dan Turki dan Qatar yang mulai merapat, khususnya yang berhubungan dengan nasib ‘Ikhwanul Muslimin’ yang ada di Turki.
Dulu, dukungan kuat Turki untuk Ikhwanul Muslimin (IM) telah menciptakan diaspora besar para anggota IM ke Turki, tetapi kini dengan cepat situasinya berubah menjadi beban bagi kebijakan luar negeri Turki.
Pada 14 Juni lalu, Pengadilan tertinggi Mesir memutuskan untuk mengeksekusi mati 12 pemimpin IM dengan tuntutan mengorganisir unjuk rasa tahun 2013.
Pada bulan Maret 2021 lalu, ketika pembicaraan antara Menlu dan badan intelijen Mesir dan Turki menjadi perbincangan publik, pejabat Turki mengatakan mereka masih optimis tentang perubahan Kairo terhadap (keputusan hukuman mati) kepada para anggota IM Mesir itu. Tapi kini harapan mereka telah pupus.
Sejak Awal Erdogan Mendukung IM
Sejak 2013, Turki dengan dukungan keuangan dari Qatar, telah bertindak ekstrem dengan mendukung IM. Istanbul menjadi sentral bagi anggota anggota IM di pengasingan.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bersimpati pada kudeta yang dialami pemerintahan IM diMesir tahun 2013 terhadap mantan Presiden Mesir, Mohammed Morsi.
Tanda salam “Rabia Erdogan” (empat jari ditunjukkan dengan ibu jari terlipat) menjadi simbol pemersatu bagi para pengikutnya. Penolakan dan kritik keras Erdogan terhadap Presiden Abdel Fattah al-Sisi terus berlanjut bahkan setelah kematian Morsi.
8 Tahun IM Mendapat Dukungan Dari Turki dan Qatar
Selama delapan tahun, Qatar dan Turki mendanai dan memfasilitasi IM untuk menentang musuh politiknya diMesir. Dikedua negara itu, IM bebas meluncurkan saluran TV satelit dan stasiun radio, serta surat kabar, kantor berita, dan situs web berita.
Mereka bebas mendirikan perusahaan dan kantor pengiriman uang yang mendanai sel-sel mereka di Mesir, dalam upaya untuk menentang pemerintahan presiden Sisi.
Selama masa itu, Qatar dan Turki tidak hanya memuji kampanye gerilya yang dilakukan oleh IM di Sinai, tetapi juga menyusup ke Libya dengan senjata, uang, ahli, dan tentara bayaran, sebagai persiapan untuk memulihkan kekuasaan para pewaris pendiri IM Imam Hassan al -Banna.
Kini Situasi telah Berubah
Seorang pensiunan jenderal Mesir yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan kepada Al-Monitor, :
Terlepas dari upaya untuk mencapai kesepahaman dengan Kairo, Erdogan masih menggunakan “Salam Rabia” di rapat umum.
Setelah keputusan pengadilan Mesir itu diumumkan, beberapa organisasi hak asasi manusia mulai mengecam. Para Cendekiawan (pendukung IM) meminta para pemimpin negara Muslim, khususnya Erdogan, untuk melawannya dan menyelamatkan rekan mereka yang terancam hukuman mati itu.
Mantan kepala Direktorat Urusan Agama Turki, Mehmet Gormez mengirim surat kepada syekh Al-Azhar, Ahmed Al-Tayeb, dan Mufti Besar Mesir, Shawki Allam, meminta mereka untuk mempengaruhi para pembuat keputusan di Kairo.
Di Turki, sekelompok kecil pro IM berunjuk rasa memprotes keputusan (Mesir) itut, yang tidak coba dihentikan atau diserang oleh polisi Turki, ini sebuah tanda “persetujuan diam-diam” dari pemerintah (Erdogan). Namun, Erdogan dan pejabat pemerintah masih bungkam tentang masalah ini.
Seorang sumber diplomatik dari Ankara mengatakan kepada Al-Monitor, “Kami tidak menyukai hukuman mati itu, tetapi kami tahu bahwa jika kami berbicarapun, itu tidak akan membantu menyelamatkan nyawa mereka. Erdogan tidak akan (mungkin) duduk satu meja dengan Sisi, tetapi itu tidak berarti normalisasi hubungan tidak dapat terjadi. (Jika) kami melihat media Mesir membatasi retorika anti Turkinya, kami akan segera menemui mereka ‘ditengah jalan’.”
Diamnya Erdogan atas berita tersebut telah memicu ketakutan di antara anggota IM di Turki. Seorang anggota senior yang baru saja meninggalkan Istanbul mengatakan kepada Al-Monitor dengan syarat anonim, “Saya tidak pernah berpikir saya akan meninggalkan Turki selagi Erdogan masih berkuasa. Bagi kami dia adalah seperti (Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser) yang baru.” Nasser mendapat dukungan IM sebelum berkuasa, tetapi kemudian menindak gerakan tersebut.
Kepala biro media organisasi pan-Islamis internasional Hizbut Tahrir, Mahmut Kar, mengatakan kepada Al-Monitor :
Oleh karena itu, reaksi pemerintah (Turki) dan partai politik lainnya terhadap kudeta tahun 2013 di Mesir adalah untuk kepentingan domestik mereka sendiri. Hari ini, keheningan (Turki) atas hukuman mati ini sejalan dengan kepentingan pemerintahan Biden di wilayah tersebut.” Kar menekankan bahwa pada tahun 2013 pemerintah (Turki) telah menggunakan kudeta di Mesir untuk kepentingan domestiknya sendiri.
Islam Ozkan, seorang sarjana spesialis gerakan Islam dan Timur Tengah, mengatakan kepada Al-Monitor :
“Meskipun gagasan umumnya adalah bahwa solidaritas Erdogan ke IM adalah karena ideologi dan keyakinan, saya pikir itu tidak mencerminkan gambaran yang lengkap. Pasalnya, dikhawatirkan skenario kudeta di Mesir akan terulang kembali di Turki. Erdogan membangun penghalang psikologis dengan public untuk mencegah potensi kudeta. Jika partai AKP tidak merasakan ancaman terhadap dirinya sendiri, apakah pemerintah akan menunjukkan ketertarikannya pada pelanggaran HAM terhadap (IM) dan Partai Kebebasan dan Keadilan? Tidak begitu jelas.”
Erdogan Mulai Menekan Media dan Medsos IM
Kekhawatiran lainnya adalah, tentang masa depan tiga saluran satelit terkemuka Turki Al Sharq, Watan dan Mekameleen siaran TV. Akankah pemerintah Turki menutup mereka? Akankah mereka mengekstradisi para pemimpinannya ke Mesir?
Waktu telah berubah, dan ada tekanan yang meningkat pada outlet media Mesir yang beroperasi di Turki untuk mengekang kritik mereka terhadap pemerintahan Sisi dan melunakkan bahasa mereka.
Situasi serupa adalah kasus Al Jazeera. Saluran TV itu tidak ditutup ketika pemulihan hubungan Qatar dengan GCC dimulai, tetapi nadanya secara signifikan melunak, ada lebih sedikit tokoh IM dalam programnya dan tingkat penyensoran dapat dilihat bahkan dalam fatwa (imam senior Ikhwanul Yusuf) al- Qaradhawi.” Bahkan tokoh yang lebih liberal seperti Ayman Nour telah menerima peringatan dari Ankara.
Pada 24 Juni lalu, Mohammed Nasser, seorang komentator untuk Mekameleen TV, mengumumkan telah menutup akun Twitternya sendiri.
Ini akan menjadi tindakan drastis untuk mendeportasi para anggota gerakan (IM) Mesir itu, yang beberapa di antaranya bertempat tinggal dan kewarganegaraan di Turki.
Direktur Program Ekstremisme di Universitas George Washington, Lorenzo Vidino, mengakui tantangan yang dihadapi IM di Turki, dan betapa sedikitnya pilihan bagi mereka miliki jika mereka harus meninggalkan Turki. “Sudan tidak lagi layak lagi (bagi IM), mungkin sedikit kemungkinan di Qatar, atau mungkin di Malaysia dan mungkin negara-negara Barat. Tetapi tidak satu pun dari opsi ini yang sebanding dengan kebebasan dan dukungan yang telah mereka nikmati di Turki,” tambahnya.
Semua ahli yang dihubungi Al-Monitor setuju, bahwa kepemimpinan IM (di Turki) telah kehabisan tempat untuk berlindung. Anggota gerakan IM di seluruh dunia khawatir tentang berapa lama mereka dapat mengandalkan keramahan Turki. Membungkam media adalah langkah pertama pemulihan hubungan dengan Mesir dan mungkin yang termudah bagi Ankara, tetapi mungkin akan ada lebih banyak langkah lagi.
Ikhwanul Muslimin menghadapi tuduhan terorisme di dunia Muslim. Negara-negara mulai dari Pakistan hingga Teluk hingga Tunisia menentangnya. Membatasi kegiatan diaspora IM telah menjadi prioritas utama dalam kebijakan luar negeri Turki dan mungkin memiliki efek samping yang tidak diinginkan dalam politik dalam negerinya.
Sejak runtuhnya utsmani seabad lalu, banyak kelompok diseluruh dunia ingin membuat pemerintahan yg Islami, tapi koq tidak ada satupun yg berhasil. Yang paling sukses adalah IM, sempat berkuasa 1 thn akhirnya rontok juga. Kenapa dan bagaimanakah harusnya umat Islam diakhrzamn ?
khilafah sudah ditentukan waktunya dan hanya terjadi 2 kali…
bisa baca disini buat lebih lanjut:
https://analisaakhirzaman.com/2016/11/04/khilafah-islam-terakhir/
min, kenapa konstantinopel nanti ditaklukkan hanya dengan takbir, apakah mereka terlalu suci utk dibunuh?
Artinya Konsatantinopel akan dibebaskan tanpa ada perlawanan, makna lebih jauh : pada saatnya nanti Turki akan dipimpin oleh orang yang meyakini kemunculan Imam Mahdi, dan faham kenapa kota itu harus dibebaskan.
Apa sudah nampak ada calon pngganti erdogan. Mungkin admin lbih tau situasi politik turki saat ini.
Sementara ini masih sulit diprediksi mas Tofa.
Adnan Tanrıverdi, kepala penasihat militer Erdoğan dan pendiri SADAT perusahaan paramiliter yang disponsori pemerintah Turki, pernah mengatakan bahwa mereka akan memuluskan kedatangan Al Mahdi.
Tapi kebijakan yg diambil Erdogan saat ini malah kebalikannya :
1. Menciptakan blokade diperbatasan Suriah-Turki dengan militan dukungannya.
2. Menciptakan permusuhan dengan Suriah, sebagai lokasi pertemuan Mahdi- Nabi Isa, dan rute yg dilalui pasukan Al Mahdi dari Madinah menuju Konstantinopel.