Sebuah laporan dari Universitas Brown AS menyebut sekitar 50 juta orang telah terusir dari kampungnya akibat perang yang berkedok anti teror yang dilakukan AS sejak 2001 dinegara-negara muslim. Laporan itu bisa anda download disini.
Prosedur standarnya adalah membentuk, membiayai dan mempersenjatai kelompok teroris atau pemberontak, kemudian mendatangkan pasukan AS dengan dalih untuk memerangi teroris, baik diundang resmi oleh seorang penguasa bodoh, maupun mendatangkan pasukan itu secara ilegal.
Tidak ada dampak baiknya atas kedatangan pasukan AS dengan dalih untuk “mengganti pemimpin yang otoriter”, “menegakkan Demokrasi”, “membela Hak azazi”, atau “memerangi teroris” itu, selain hanya kehancuran negara dan penderitaan rakyatnya.
Semua itu dilakukan AS untuk kepentingan Israel, untuk melemahkan negara-negara muslim, karena AS sendiri yang berjarak ribuan kilometer dari Asia dan Afrika, sebenarnya sama sekali tidak terancam oleh teroris bentukannya itu.
Dan semua kehancuran telah terjadi dipuluhan negara muslim, masihkan kita tidak juga tahu siapa AS kaki tangan musuh Islam Islam Israel?
Setidaknya sudah ada 37 juta orang yang telah mengungsi atau terusir dari kampungnya sebagai akibat langsung dari perang yang berkedok “anti teror” dilakukan oleh AS sejak 11 September 2001, kata laporan baru dari Universitas Brown.
Angka itu melebihi jumlah pengungsi akibat konflik sejak 1900, kecuali yang diakibatkan oleh Perang Dunia II.
Penelitian ini dipublikasikan pada hari Selasa 8/9, beberapa minggu sebelum AS memasuki tahun ke-20 dalam perang melawan teror, yang dimulai dengan invasi ke Afghanistan pada 7 Oktober 2001.
Laporan itu menyebut ini adalah laporan pertama atas jumlah orang yang mengungsi akibat adanya keterlibatan militer AS selama periode yang dihitung.
Laporan tersebut menjelaskan jumlah orang, yang kebanyakan warga sipil, yang mengungsi di dan dari Afghanistan, Irak, Pakistan, Yaman, Somalia, Filipina, Libya dan Suriah, dan menyebut angka itu barulah perkiraan konservatif, jumlah sebenarnya bisa berkisar dari 48 juta sampai 59 juta.
Perhitungan tersebut tidak termasuk jutaan lain yang telah mengungsi di negara-negara dimana AS melakukan operasi kontraterorisme dalam skala yang lebih kecil, seperti di Burkina Faso, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Chad, Republik Demokratik Kongo, Mali dan Nigeria.
“Pengungsian Ini telah menjadi salah satu bentuk kerusakan utama, selain tentu saja jumlah orang yang meninggal cedera, yang disebabkan oleh perang (oleh AS) ini,” kata penulis laporan David Vine, profesor antropologi di American University.
“Ini juga memberi info kepada kita, bahwa setiap ada keterlibatan AS di negara-negara itu, hanya menjadi bencana yang mengerikan, sangat merusak dengan cara yang menurut saya juga tidak dinginkan oleh sebagian besar orang AS”.
Meskipun AS bukan satu-satunya penyebab migrasi dari negara-negara ini (bersama negar NATO dan penguasa muslim sekutunya), tapi penulis menyebut AS telah memainkan peran dominan atau berkontribusi penting dalam konflik ini.