Jam menunjukan pukul 3.20 dini hari, setelah sholat tahajud dan menyiapkan minuman hangat, kita membaca sebuah tweet dari seseorang di Suriah yang menggelitik kita untuk menulis sesuatu. Ini hanya sebuah artikel yang ringan dan yang lucu.
Tweet itu berbunyi :
#SYRIA🇸🇾: My niece, Farah, 7 yrs, had a tumor. She has been at the Children Public hospital in #Damascus for a month. The surgery, the tests, the medicine & everything is FREE of charge. If it were at a private hospital, the cost would be millions. This is why we love Syria.
— Ahmad Al-Issa (@ahmadalissa) September 6, 2019
Sebelum perang Suriah memang pengobatan dan pendidikan diSuriah ditanggung oleh negara alias gratis. Tapi jika itu masih bisa dilakukan oleh sebuah negara yang hancur lebur diserang oleh kelompok-kelompok proxi dari lebih 80 negara dan hampir setiap hari mendapat serangan udara dari Israel, maka itu hal luar biasa, sangat diluar logika kita.
Belum lagi ditambah dengan sanksi-sanksi ekonomi luar biasa berat dari negara-negara AS dan Eropa yang tidak jelas atas kesalahan apa mereka menetapkan sanksi itu. Yang jelas mereka ingin mengganti Bashar Al Assad dengan pemimpin lain yang tunduk dan petuh kepada Israel. Mereka akan tetap menerapkan sanksi ekonomi sampai Bashar Al Assad mundur.
Lho kedaulatan negara koq ditentukan oleh negara lain, bukankah yang berhak menentukan seorang peminpin itu rakyatnya? Dimana akal sehat para pemimpin negara yang mengeroyok Suriah itu ?
Sanksi-sanksi itu bahkan juga dikenakan terhadap impor obat-obatan yang sangat dibutuhkan bukan hanya oleh rakyat yang sakit, tapi juga oleh para tentara Suriah yang terluka.
Sebuah negara kaya minyak itu sekarang bahkan juga kekurangan minyak karena ladang-ladang minyaknya rebut dan dijarah oleh teroris dan proksi proksi bentukan musuh Islam. Tidak puas sampai disitu , negara-negara musuh Islam itu bahkan selalu mengganggu, memblokir bahkan menyita kapal-kapal tanker yang membawa minyak ke Suriah dan akan memberi sanksi bagi siapa saja yang berdagang dengan Suriah.
Binatang yang Bisa berbicara pelakunya
Kita tidak akan mengupas lagi soal himpitan dari berbagai sisi yang sedang dialami rakyat Suriah ini, karena fenomena akhirzaman yang disebut Hadist akan munculnya manusia-manusia yang tidak lagi punya rasa perikemanusiaan, yang tidak lagi layak disebut manusia tapi lebih mirip binatang buas ini telah kita kaji dalam artikel tersendiri.
Binatang yang bisa berbicara itulah yang sedang mencekik rakyat Suriah selama 9 tahun terakhir. Hadist sangat detail menjelaskan bagaimana binatang itu memberi cap siapa yang boleh berdagang dan siapa yang tidak. Silahkan simak artikel kita tentang Binatang yang bisa berbicara.
Berdagang dengan negara
Bandingkan dengan negara kita yang katanya kaya raya , katanya pertumbuhan ekonominya tinggi, tidak ada peperangan, tidak dikenakan sanksi ekonomi, tapi semua kata-kata hebat itu begitu cepat menghilang ketika mulai bicara soal hajat hidup atau yang menyangkut kesejahteraan rakyat, dan yang muncul adalah kata “defisit” atau “nombok”.
Padahal, jika dihitung dari APBN kita yang 2000 trilyun itu, taruhlah yang disebut “defisit” itu 20 trilyun, maka angka itu hanya senilai 0,01persen dari APBN.
Tapi koq bisa ya, sebuah negara yang hancur berantakan oleh serangan musuh-musuh Islam dan dicekik dari berbagai sisi seperti Suriah itu, masih mampu memfasilitasi rakyatnya dengan pendidikan dan pengobatan gratis?
Semua kembali kepada tujuan pengelolaan suatu negara, jika suatu negara dikelola dengan tujuan mendapat nilai tambah atau keuntungan dari rakyatnya maka sebesar apapun kekayaan negara tidak akan pernah menjadi sesuatu yang mensejahterakan rakyatnya.
Jika keberhasilan suatu instansi atau badan negara apalagi yang mengurusi hajat hidup rakyat selalu diukur dengan nilai uang yang bisa didapat, atau dengan melihat neraca laba-rugi, maka yang terjadi hanyalah hubungan dagang antara negara dan rakyatnya.
Dimanakah tujuan didirikannya negara ini ? Kalau dihitung mungkin sudah jutaan kali kalimat yang berisi tujuan negara itu kita dengar, hitung saja sejak kita pertama kali upacara bendera saat pertama masuk SD, kalimat itu ada dibagian terakhir dari pembukaan UUD kita.
Merdeka…