Para penyelidik PBB mengatakan mereka mencurigai AS dan sekutu utamanya Inggris dan Prancis, telah terlibat dalam “kejahatan perang” di Yaman, dengan memasok senjata, logistik, dan intelijen pada koalisi pimpinan Saudi yang menyerang negara itu.
Para ahli PBB itu menyajikan temuan itu di Jenewa pada hari Selasa 3/9/19 kemarin. Mereka mengatakan, “legalitas pemasokan senjata oleh Perancis, Inggris, AS, dan negara-negara lain masih dipertanyakan, dan merupakan subyek dari berbagai proses pengadilan domestik.”
Panel ahli PBB itu untuk pertama kalinya menyusun daftar 160 orang perwira militer dan politisi yang bisa menghadapi dakwaan kejahatan perang. Mereka berasal dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, gerakan Houthi dan pasukan militer pemerintah Yaman. Daftar rahasia dari mereka-mereka yang paling mungkin terlibat telah dikirim ke PBB.
Juga ditemukan para pejuang Houthi “menggunakan ranjau darat anti-personil dan anti-kendaraan, yang melanggar hukum kemanusiaan internasional, khususnya karena ranjau-anjau itu ditempatkan di lokasi-lokasi yang tak ditandai yang sering dikunjungi oleh warga sipil, dengan sedikit atau tanpa memberikan peringatan, yang menjadikannya sebagai ranjau tanpa pandang bulu.
Penggunaan ranjau anti-personil dilarang oleh konvensi larangan ranjau anti-personil, yang aplikasinya telah diakui oleh otoritas de facto.
“Laporan mengejutkan ini harus dianggap sebagai peringatan bagi pemerintah Inggris. Laporan ini menyajikan semua bukti yang diperlukan tentang kesengsaraan dan penderitaan yang diderita rakyat Yaman oleh perang yang sebagian didorong oleh penjualan senjata Inggris ke Arab Saudi dan anggota koalisi lainnya, ”kata direktur negara Oxfam, Muhsin Siddiquey, direktur Oxfam di Yaman.
Ketiga negara barat itu telah memasok senjata kepada rezim Arab Saudi dan negara-negara koalisinya, yang telah terlibat dalam serangan militer berdarah terhadap Yaman sejak awal 2015.
Senjata-senjata itu termasuk berbagai persenjataan presisi, yang telah digunakan pada banyak kesempatan melawan daerah berpenduduk padat.
Para pengamat PBB itu mengatakan, pemasokan senjata-senjata presisi berpemandu untuk menyerang warga sipil telah membantah klaim mereka sendiri , bahwa banyaknya korban sipil itu akibat serangan yang “tidak sengaja”
Ketiga negara barat itu juga telah memberikan koordinat pemboman kepada koalisi Arab saudi dan memberikan bantuan penasihat militer bagi serangan yang mereka lakukan.
Orang-orang di bekas pemerintahan Yaman , koalisi barat , termasuk koalisi Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, telah ” melakukan serangan udara yang melanggar prinsip-prinsip pembedaan (sipil/militer), prinsip proporsionalitas, dan prinsip tindakan pencegahan,” kata laporan PBB itu.
Mereka “bisa jadi juga telah menggunakan kelaparan sebagai senjata perang, ini sebuah tindakan yang bisa dianggap sebagai kejahatan perang,” tambah laporan itu mengacu pada pengepungan pelabuhan (tempat masuknya pangan) di Yaman, yang diblokade oleh Arab Saudi dan sekutunya sejak invasi dimulai.
Puluhan ribu orang telah tewas di Yaman sejak dimulainya serangan militer koalisi Saudi. Rakyat seluruh negara juga terpuruk diambang kelaparan di seluruh negeri karena para aggressor itu terus menghalangi masuknya pasokan (pangan dan obat2an) yang benar-benar dibutuhkan.
Laporan PBB itu menyebut, panel independennya telah mengirim daftar rahasia kepada kepala hak asasi manusia PBB Michelle Bachelet, dan mengidentifikasi “orang-orang yang mungkin bertanggung jawab atas kejahatan internasional itu.”
Panel PBB mengatakan juga telah menerima laporan yang mengindikasikan bahwa pasukan UEA dan kelompok afiliasinya telah menyiksa, memperkosa, dan membunuh orang –orang yang disangka lawan politiknya yang ditahan di fasilitas rahasia.
Sebenarnya apa yang sedang mereka perebutkan di yaman,min?
Tidak ada yg diperebutkan diYaman yang miskin itu. Perang Yaman adalah bagian dari agenda Israel untuk melemahkan kekuatan2 penentang Israel, menciptakan situasi kondusif disekitar Israel sebelum datangnya “Almasih” mereka. Koalisi Saudi dan Koalisi barat itu hanya menjadi alat bagi tujuan Israel itu.
Kepentingan Israel itu berbenturan dengan kepentingan Iran yang bersiap menyambut kedatangan Al Mahdi. Untuk tujuan itu Iran memperkuat pengaruhnya dinegara2 teluk. Arab saudi nampaknya jg ketakutan, krn ada hadist yg menyatakan fihak pertama yg akan diserang Al Mahdi adalah Kerajaan Saudi, makanya mrk lebih memilih bersekutu dng Israel darpada dengan Iran.
Jadi pertikaian Saudi vs Iran sebenarnya murni masalah akhirzaman, tapi oleh Israel dilebarkan sbg isu Shiah vs Suni. Buktinya, Libya yg negara suni jg dihancurkan, dan lagi2 dibantu oleh negara2 teluk itu2 juga yg mengaku suni.
Pangeran Saudi MBS pun sangat tahu itu.
Lbh jauh sialahkan baca artikel kita :
* Perseteruan Arab Saudi vs Iran dlm visi akhir zaman
* Perang dunia tiga terbagi dalam2 fase.