Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) dilaporkan telah mendukung “skema” Israel untuk menggulingkan Raja Yordania Abdullah II dengan imbalan mendapat hak perwalian atas Masjid al-Aqsa, di Kota Tua Yerusalem (Al-Quds), yang diduduki Israel.
Surat kabar Lebanon Al Akhbar, mengutip seorang pejabat keamanan Yordania, melaporkan pada hari Selasa 20/4, bahwa upaya kudeta terhadap Raja Abdullah II adalah “skema” yang melibatkan Israel, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan AS.
Menurut pejabat yang tidak disebutkan namanya, Israel merencanakan kudeta terhadap raja Yordania Abdullah II, karena dianggap menentang terhadap apa yang disebut “kesepakatan AS abad ini”, yang memungkinkan Israel untuk mencaplok permukiman di Tepi Barat dan Lembah Yordania.
Sumber tersebut mengatakan, bahwa MBS dengan persetujuan AS, telah memberi wewenang kepada pengadilan kerajaan Saudi untuk membuat persiapan yang diperlukan untuk pengalihan kekuasaan di tingkat keluarga (Kerajaan Yordania), dan telah menugaskan mantan pemimpin Fatah Muhammad Dahlan untuk memobilisasi warga Palestina di Yordania dan suku-suku lokal.
Menurut laporan itu, Arab Saudi mempersenjatai beberapa suku selatan, dan memberikan kewarganegaraan kepada mereka sebagai imbalan untuk melakukan tindakan militer jika diperlukan.
Sementara itu, pejabat yang tidak disebutkan namanya menyebut rencana tersebut sebagai “besar dan rumit”, dan menggarisbawahi bahwa kudeta tersebut melibatkan banyak pihak tetapi Raja Yordania telah berhasil menggagalkannya.
“Kewaspadaan raja dan gerakan cepat militer dan pasukan keamanan telah menggagalkan upaya kudeta untuk menggulingkannya dan menggantikannya dengan saudaranya Pangeran Hamzah bin Hussein,” pejabat itu menambahkan.
Pada awal bulan April 2021, Yordania mengumumkan bahwa mereka telah menangkap sejumlah tokoh terkenal dengan tuduhan melakukan rencana persekongkolan terhadap Raja Abdullah II.
Menurut laporan itu, orang kepercayaan lama Raja Abdullah II, dan anggota keluarga kerajaan Sharif Hassan bin Zaid telah ditangkap, sementara Pangeran Hamzah bin Hussein, mantan putra mahkota dan saudara tiri raja, telah dikenakan tahanan rumah.
Raja Abdullah II telah memerintah Yordania sejak tahun 1999, sejak kematian ayahnya Raja Hussein, yang memerintah negara itu selama hampir setengah abad.
Pada tahun 2004, Raja Abdullah II menyingkirkan Pangeran Hamzah sebagai pewaris takhta.
Israel Tawarkan Evakuasi Keluarga Pangeran Hamzah
Setelah gagalnya Kudeta itu, seorang mantan perwira agen mata-mata Israel Mossad menawarkan untuk mengevakuasi keluarga Pangeran Hamzah bin Hussein ke luar negeri dengan jet pribadi.
Kantor berita Jordan Ammon pada hari Minggu 4/4 menulis, mengutip sebuah “sumber informasi” yang mengatakan bahwa mantan perwira Mossad bernama Roy Shaposhnik telah menawarkan untuk memindahkan istri mantan putra mahkota itu ke luar negeri bersama anak-anak mereka.