Seorang mantan pejabat intelijen Saudi mengungkapkan bahwa Putra Mahkota MBS, pada tahun 2014 pernah membual bahwa dia dapat membunuh Raja Saudi saat itu, Abdullah bin Abdulaziz.
Saat berbicara dalam sebuah wawancara yang disiarkan oleh jaringan televisi AS, CBS, pada hari Minggu, Saad al-Jabri mengatakan bahwa dia mengetahui sebuah video di mana MBS membual bahwa dia memiliki “cincin racun” buatan Rusia yang dapat membunuh raja Abdullah, hanya dengan menjabat tangannya.
Ayah MBS, Raja Salman bin Abdulaziz, mengambil alih kekuasaan setelah kematian Raja Abdullah bin Abdul Aziz pada tahun 2015.
Al-Jabri, melarikan diri ke Kanada pada tahun 2017 setelah MBS menjadi putra mahkota, dia pernah lama bekerja di bawah MBS dan menteri dalam negeri, Pangeran Mohammed bin Nayef, sepupu MBS yang menjadi mantan putra mahkota, setelah disingkirkan oleh MBS.
Tahun lalu, al-Jabri mengajukan gugatan federal di Washington, dengan tuduhan bahwa MBS telah mengirim tim pembunuh ke Kanada untuk membunuhnya, beberapa minggu setelah pembunuhan jurnalis pembangkang Saudi, Jamal Khashoggi.
Awal tahun ini dia mengatakan, MBS mengarahkan agen untuk memulai misi pembunuhan kedua terhadapnya setelah yang pertama gagal dua tahun lalu.
Khashoggi, mantan advokat pengadilan kerajaan Saudi yang kemudian menjadi kritikus, dibunuh di konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018, setelah ia memasuki tempat itu untuk mengumpulkan dokumen untuk rencana pernikahannya dengan tunangannya dari Turki, Hatice Cengiz.
Al-Jabri juga mengatakan kepada CBS bahwa MBS menginginkan dia mati, karena putra mahkota MBS “takut dengan informasi saya”, dan perkirakan saya, suatu saat saya akan dibunuh, karena orang ini (MBS) tidak akan berhenti sampai dia melihat saya mati.”
Dalam beberapa bulan terakhir, Al-Jabri menegaskan bahwa MBS telah menyandera anak-anaknya diKerajaan untuk memikatnya agar dia mau kembali ke Saudi.
Menurut pengawas hak asasi manusia, pihak berwenang Saudi juga telah menahan sekitar 40 anggota keluarga dan rekan al-Jabri lainnya.
Sejak MBS menjadi penguasa de facto Arab Saudi pada tahun 2017, kerajaan Saudi telah menangkap puluhan aktivis, blogger, intelektual, dan lainnya yang dianggap sebagai lawan politik, yang menunjukkan hampir tidak ada toleransi terhadap perbedaan pendapat, meski MBS menghadapi kecaman internasional.
Al-Jabri meminta Biden bantu bebaskan anak-anaknya
Beberapa hari lalu, Saad al-Jabri membuat permohonan secara publik (lewat twitternya) kepada Presiden AS Joe Biden untuk membantu membebaskan anak-anaknya yang dipenjara di Arab Saudi.
Tahun lalu, pengadilan Saudi menjatuhkan hukuman penjara kepada dua anak Saad al-Jabri dengan tuduhan pencucian uang, dan konspirasi untuk melarikan diri dari Arab Saudi secara tidak sah, meski tuduhan itu mereka bantah.
Al-Jabri memperingatkan bahwa MBS “tidak memiliki empati,” dan merupakan ancaman bagi rakyat Arab Saudi, AS, dan seluruh dunia. “Saya harus angkat bicara, saya memohon kepada rakyat dan pemerintah AS untuk membantu saya membebaskan anak-anak saya itu, dan memulihkan kehidupan mereka,” katanya dalam wawancara pertamanya sejak meninggalkan kerajaan.
Seruan Al-Jabri itu dikeluarkan disaat pemerintahan Biden, yang berjanji untuk memperlakukan Riyadh sebagai kelas “paria” (rendahan) selama kampanye pemilihan 2020-nya, kini dia menolak untuk menghukum MBS, yang menurut penyelidikan Washington sendiri, dia telah memerintahkan dan mengarahkan pembunuhan Khashoggi.
Sekelompok perusahaan Saudi yang dimiliki oleh Yayasan kekayaan kerajaan, yang dipimpin oleh MBS, telah mengajukan tuduhan penggelapan terhadap Saad al-Jabri, pertama di Kanada dan sekarang di AS. Mantan pejabat Saudi itu telah menolak tuduhan itu.