SETELAH DISURIAH, AKANKAH RUSIA REDAM RENCANA SERANGAN ISRAEL KELEBANON?

S-300 anti-aircraft missile system

Artikel  ini lebih banyak berisi analisa kontributor Portal berita Israel “Haaretz”  Amos Harel tentang perkembangan situasi di Suriah dan Lebanon yang sepertinya mirip yang akan terjadi diSuriah , karena nampaknya Rusia akan membela Lebanon jika Israel menyerang Lebanon.  Akhir akhir ini terlihat gejala adanya minat Rusia dalam membantu Lebanon dalam hal pertahanannya.  

Dalam minggu ini, beberapa laporan telah media menuduh bahwa militer Israel sedang berlatih untuk menghancurkan sistem pertahanan udara buatan Rusia  termasuk S-300 yang baru-baru ini dikirimkan ke Suriah. Laporan itu seiring dengan  harapan  AS  terhadap  Rusia agar  Tel Aviv bisa melanjutkan serangan udaranya terhadap apa yang disebut “target Iran” di Republik Arab Suriah.

Peringatan Moskow terhadap masih akan adanya serangan Israel ke Suriah, serta peningkatan minat Rusia dalam berbagai peristiwa di Lebanon, telah  mengkhawatirkan perkembangan dan ada ‘bahaya nyata’ menutup “ruang peluang operasi” Militer  Israel “di negara-negara ini, Kontributor Portal berita Haaretz Amos Harel menulis.

Dalam beberapa tahun terakhir, pengamat itu mencatat, Tel Aviv telah “mengeksploitasi pergolakan di dunia Arab untuk memperluas kegiatan ofensifnya,” yang  terlibat dalam “ratusan serangan udara dan operasi khusus” di Suriah dan Libanon , yang dikatakan difokuskan pada “mencegah Iran dari penyelundupan persenjataan modern kepada Hizbullah, “dan” mencegah perkembangan kekuatan militer Iran di Suriah. ”

Sebagai catatan, Iran telah membantah bahwa ia memiliki kekuatan militer besar di Suriah, dan Iran mengatakan bahwa operasinya terbatas pada penasehat militer yang membantu pasukan Suriah dalam perjuangan mereka melawan Teroris.

Setelah dijatuhkannya secara tidak sengaja pesawat pengintai Rusia oleh pertahanan udara Suriah  pada insiden serangan Israel 17 September lalu , fihak  militer Rusia menyalahkan kecerobohan Israel, dan  serangan Israel itu sekarang berhenti.

“Apakah Rusia benar-benar masih marah atas insiden jatuhnya pesawat IL-20  itu  … atau mereka hanya mengeksploitasi untuk mendikte aturan strategis baru di utara, hasilnya tetap  sama saja,” Harel berpendapat  menunjuk Kepada ucapan Presiden Rusia Vladimir Putin hari Kamis lalu bahwa dia tidak memiliki rencana untuk bertemu dengan PM Israel  dalam waktu dekat.

Harel mencatat , dalam berbagai cara Rusia telah menjelaskan kepada Israel  bahwa “status quo ante”  telah hilang,”  dia mengisyaratkan bahwa Moskow  nampaknya tidak akan lagi memungkinkan Tel Aviv untuk bisa mengganggu “Kepentingan utama” Rusia di Suriah,  pemulihan kekuasaan pemerintah Suriah atas negara dan penandatanganan kontrak Presiden Assad ” yang akan melindungi keamanan dan kepentingan ekonomi Moskow di negara ini. 

Menurut Harel, Rusia mungkin akan menghadap opsi militer Israel di Libanon,  juga karena adanya  analisa yang menunjuk pada apa yang dia katakan sebagai “meningkatnya minat ” Putin di negara (Lebanon) itu akhir akhir ini.

“Dalam skenario terburuk, payung pertahanan – keduanya nyata dan simbolis – bahwa Rusia telah menyebar di barat laut Suriah dan itu akan diperluas ke Lebanon, ini akan semakin mempersulit kalkulus Israel,” kata pengamat itu.

Putin dan PM Israel Benjamin Netanyahu telah membahas Lebanon ketika  pembicaraan mereka pada bulan Oktober, dan dilakukan  lagi pada pertemuan mereka pada hari Minggu, dimana Netanyahu menggambarkan pembicaraan terakhirnya dengan Putin itu  sebagai “ceramah singkat” tanpa merinci maksudnya.

Akhirnya, Harel menyatankan bahwa dia sedanga “mencoba untuk mencari tahu apa yang diinginkan Putin, di Suriah dan mungkin juga di Lebanon,” ini jauh lebih menantang daripada “bermain catur” dengan gerakan Hezbollah.

“Netanyahu agaknya telah mengisyaratkan masalah ini, antara lain ketika dia berbicara tentang pertimbangan keamanan yang tidak dapat dia katakana ke publik, pada saat peringatan almarhum  Ben-Gurion awal pekan ini,” pengamat itu berspekulasi.

Kabinet Netanyahu mengalami perombakan besar pekan ini setelah menteri pertahanan Avigdor Lieberman mengundurkan diri, dimana dia menuduh PM Israel telah  “menyerah pada teroris Hamas” setelah Tel Aviv sepakat melakukan gencatan senjata dengan Palestina di Gaza pada Selasa lalu. Mundurnya Lieberman kemudian diikuti oleh pengunduran diri menteri imigrasi Sofa Landver.

Dalam komentarnya  tentang gencatan senjata Gaza di peringatan Ben-Gurion Rabu lalu , Netanyahu mengatakan bahwa “Pada saat krisis, saat pengambilan keputusan yang menentukan  mengenai keamanan,  pada saat itu masyarakat  tidak dapat lagi menjadi mitra untuk meentukan pertimbangan penting  yang harus disembunyikan dari musuh.”  Pernyataan PM Israel  itu menimbulkan spekulasi di media Israel tentang apa yang sebenarnya dimaksud oleh Netanyahu.

This entry was posted in Analisa Geopolitik and tagged , , , . Bookmark the permalink.

1 Response to SETELAH DISURIAH, AKANKAH RUSIA REDAM RENCANA SERANGAN ISRAEL KELEBANON?

  1. Bajidul says:

    Bencana perang nuklir memang sudah di depan mata… Hanya Tuhan masih menahan tangan-tangan mereka untuk saling menghancurkan satu sama lain nya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *