Mantan kepala intelijen militer Israel, Jenderal Amos Yadlin, dalam wawancara dengan CNBC News pada hari Sabtu 17/4 mengatakan, bahwa menghentikan program nuklir Iran akan jauh lebih sulit daripada upaya (serangan) serupa yang pernah dilakukan terhadap Irak dan Suriah.
Ketika datang waktunya untuk menyerang kemampuan nuklir Iran, yang telah lama ditunggu Israel, Yadlin berkata, “Saddam dan Assad pasti terkejut.” Mengacu pada ledakan Minggu 11/4/21 malam di fasilitas nuklir Natanz, yang dia sebut “Iran telah menunggu serangan ini selama 20 tahun”.
“Iran telah belajar dari apa yang telah kami lakukan tetapi kami juga telah belajar dari apa yang telah kami lakukan dan sekarang kami memiliki lebih banyak kemampuan,” lanjut Yadlin.
Pada saat Yadlin menjabat sebagai kepala intelijen militer pada September 2007, Israel membombardir fasilitas nuklir Suriah di Deir ez-Zzor, yang diduga merupakan pembangkit listrik tenaga nuklir yang sedang dibangun, dalam Operasi Orchard, yang disebut berhasil karena fasilitas itu hancur total.
Enam bulan kemudian, mantan prsiden AS George W. Bush mengumumkan bahwa fasilitas yang dibom di gurun timur Suriah itu adalah “reaktor nuklir rahasia yang mampu menghasilkan plutonium”, yang “tidak dimaksudkan untuk kegiatan damai”.
Pada hari Sabtu 17/4 kemarin, TV pemerintah Iran mengidentifikasi pria yang terlibat dibalik serangan diNatanz hari minggu 11/4/21 lalu sebagai Reza Kadimi, berusia 43 tahun yang diduga bekerja difasilitas penyulingan nuklir Natanz.
Dia dilaporkan melarikan diri keluar Iran setelah badan intelijen Irn melacaknya, tapi upaya telah diambil untuk menangkap Kadimi dan membawanya kembali ke Iran.
Setelah serangan cyber Israel keFasilitas nuklir Iran Natanz beberapa hari lalu, Iran mengumumkan telah memulai pengayaan uranium ketingkat 60%, artinya hanya perlu lompatan kecil ke tingkat kemurnian untuk senjata nuklir yang perlu 90%.
MIN, mohon sumber rujukannya dicantumkan, terimakasih
Ada di paragraf pertama.