MANTAN UTUSAN KHUSUS AS : MILITAN HTS ADALAH ASET STRATEGIS AS DI SURIAH

State Dept. representative on Syria and ISIS retires - POLITICO

 

Mantan utusan khusus AS untuk Suriah James Jeffrey, dalam kutipan wawancara yang diterbitkan portal AS FrontLine, Jumat 2/4 kemarin mengatakan, bahwa Al-Qaeda cabang Suriah yang sekarang bernama Hayyat Tahrir Al-Sham adalah “aset” strategi milik AS di Suriah.

FrontLine menulis, bahwa pada wawancara 8 Maret 2021 lalu, James Jeffrey mengatakan kepada, bahwa kelompok pemberontak Hayat Tahrir al-Sham adalah “pilihan paling buruk dari berbagai pilihan di Idlib, dan Idlib adalah salah satu tempat terpenting di Suriah, dan juga merupakan salah satu tempat paling tempat saat ini di Timur Tengah.”

James Jeffrey melaksanakan kebijakan pemerintahan Trump di Suriah hingga November 2020, saat dia harus meninggalkan posnya di Deplu AS setelah terpilihnya Presiden Joe Biden.

Kutipan wawancara dengan James Jeffrey itu ditulis bersamaan dengan dirilisnya Video wawancara jurnalis FrontLine Martin Smith, dengan Abu Muhammad al-Jolani, mantan petinggi senior Al Qaeda yang sekarang memimpin HTS, yang videonya bisa anda simak diportal FrontLine (PBS).

 

 

Wawancara dengan Jolani

Abu Mohammad al-Jolani, leader of the Syrian Islamist militant group Hayat Tahrir al-Sham, sits for a February 2021 interview with FRONTLINE correspondent Martin Smith in Idlib province, Syria.

Kelompok militan Hayyat Tahrir Al-Shamy (HTS) yang sekarang dipimpin oleh Jolani, pertama kali muncul di Suriah dengan nama Jabhat al-Nusra dan kemudian berganti Jabhat Fateh al-Sham.

Ketika ditanya  mengapa orang harus menganggapnya sebagai “pemimpin Suriah”, sementara dia sendiri telah ditetapkan sebagai teroris oleh AS, PBB dan beberapa negara? Jolani menjawab, penunjukan teroris itu sebagai “tidak adil” dan bersifat “politis”.  

Jolani mengatakan, meskipun dia telah mengkritik kebijakan Barat terhadap Timur Tengah, tapi “Kami tidak mengatakan bahwa kami ingin berperang.”

Jolani yang kelahiran Suriah itu mengklaim bahwa grup barunya itu (HTS) “bukanlah ancaman  keamanan bagi Eropa dan AS” dan selalu “menolak untuk melakukan operasi di luar Suriah (AS dan Eropa)”.

“Yang pertama dan terpenting, kawasan ini (Idlib) bukanlah ancaman bagi keamanan Eropa dan AS,”  “Wilayah ini bukanlah tempat pertempuran untuk melaksanakan jihad melawan asing.” Kata Jolani dalam wawancara itu.

Jolani berpendapat bahwa HTS dan AS memiliki kepentingan yang sama dalam saling melindungi. HTS juga dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap warga sipil, termasuk penyiksaan dan penjarahan.

Abu Mohammad al-Jolani yang kelahiran Suriah itu, sejak 20 tahun lalu pernah menjadi komandan ISIS di Iraq, kemudian mendirikan Al Qaeda cabang Suriah, dan kemudian memutuskan hubungan dengan Al Qaeda dan ISIS.

Pada Desember 2012, kelompok Jolani, yang saat itu dikenal sebagai Jabhat al-Nusra, dan sebelumnya bernama Hayat Tahrir Al-sham telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Deplu AS.

Pada Januari 2017, Penggabungan Jabhat al-Nusra dengan faksi Pemberontak Suriah lainnya membentuk kelompok yang sekarang dikenal sebagai HTS.

Menurut DepLu AS dan seperti dikatakan sendiri oleh Jolani,  “tujuan akhir dari kelompok Jolani adalah penggulingan pemerintahan Suriah, dan menerapkan ‘Syariah Islam’ di seluruh Suriah.

AS sendiri telah memberi label teroris kepada Jolani sejak 2013, dan menawarkan hadiah $10 juta untuk informasi yang mengarah pada penangkapannya. Tapi anehnya, wartawan PBS itu bisa dengan mudah mewawancarai Jolani, bukankah harusnya wartawan PBS mendapat hadiah $10juta?

This entry was posted in Info Lain and tagged , , , , , . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *