Dubes Rusia Untuk Israel, Anatoly Viktorov mengatakan kepada The Jerusalem Post pada hari Selasa 8/12, bahwa Israel adalah yang membuat Timur Tengah tidak stabil, bukan Iran.
“Masalah di kawasan ini bukanlah karena aktivitas Iran,” “Ini adalah karena kurangnya pemahaman antar negara dan ketidak-patuhan terhadap resolusi PBB dalam konflik Israel-Arab dan Israel-Palestina.” kata Viktorov di Kedubes Rusia di Tel Aviv.
Ditanya apakah konflik Israel dengan Palestina (dalam cakupan terbatas) telah membuat tidak stabil kawasan itu daripada yang dilakukan Iran melalui proksinya di sekitar Timur Tengah, seperti Houthi di Yaman dan Hizbullah di Lebanon, Viktorov menolak keras pendapat bahwa Iran mendanai kelompok teroris Syiah.
“Israel-lah yang menyerang Hizbullah, Hizbullah tidak menyerang Israel, ” tambahnya, merujuk pada pemboman Israel keposisi Iran dan Hizbullah di Suriah.
Viktorov mengatakan dia telah melihat terowongan dari Lebanon ke Israel yang digunakan oleh Hizbullah untuk mencoba menyerang Israel, dan dia berpendapat bahwa “tidak ada bukti bahwa Hizbullah yang membuat terowongan itu.”
Rusia tidak pernah Setuju Serangan Israel kenegara lain
Duta besar Rusia tersebut mengatakan, Israel tidak boleh menyerang wilayah negara anggota PBB yang berdaulat.
Ditanya apakah ada perubahan posisi, dimana Israel memberikan informasi kepada Rusia sebelum menyerang posisi Iran di dekat perbatasan Suriah-Israel, Viktorov mengatakan : “ tidak, itu hanya koordinasi untuk keselamatan militer Rusia di Suriah, tidak mungkin kami menyetujui serangan Israel di Suriah, baik dimasa lalu maupun yang akan datang.”
Soal Program nuklir Iran, AS yang salah
Berkenaan dengan laporan Badan Energi Atom Internasional baru-baru ini bahwa Iran telah mengembangkan lebih banyak cadangan Uraniumnya melebihi yang diizinkan Perjanjian JCPOA 2015, Viktorov mengatakan dia tidak setuju bahwa Iran telah melanggar perjanjian itu.
“Masalah pertamanya adalah karena apa yang dilakukan AS, yang sangat disayangkan, yaitu pada 2018 AS memutuskan untuk keluar dari JCPOA”. “Mereka (AS) keluar dari Perjanjian itu, dan itu yang memungkinkan pihak Iran untuk melakukan beberapa langkah yang tidak sepenuhnya sesuai dengan perjanjian itu, meski itu juga disayangkan.“
Jika AS kembali mematuhi kesepakatan itu, “itu akan membuat banyak hal menjadi lebih sederhana, yang akan membantu mengurangi kekhawatiran dan memungkinkan Iran hanya mengembangkan program energi atom damai dan memungkinkan (IAEA) untuk memeriksa dari sisi militernya.”
“Mungkin beberapa ketentuan bisa diubah,” katanya, mengacu pada pernyataan Biden bahwa dia akan memperkuat JCPOA, “tapi ini masalah negosiasi dengan pihak yang berkepentingan, otoritas Iran.”
Ditanya apakah Rusia akan menjual senjata ke Iran setelah embargo senjata PBB dicabut awal tahun ini, dia berkata: “Iran adalah negara berdaulat, mengapa tidak? Saya kurang tahu soal program khusus seperti ini, tapi ini hanya masalah negosiasi. “
Israel- Arab menciptakan Blok militer untuk melawan Iran
Viktorov mengatakan Rusia mendukung Kesepakatan Abraham, di mana Israel menjalin hubungan diplomatik dengan Uni Emirat Arab, Bahrain dan Sudan, dan mengatakan :
“Kami sangat percaya bahwa masalah Palestina tidak boleh dikesampingkan. Normalisasi seharusnya tidak dianggap menggantikan penyelesaian Palestina-Israel, karena masalah ini akan tetap ada dan akan terus membahayakan tidak hanya bagi negara dan masyarakat di kawasan itu, tetapi juga bagi banyak Negara lain di seluruh dunia,” katanya, seraya menyerukan solusi dua negara.
Viktorov memperingatkan bahwa konflik Israel-Palestina yang terus berlanjut “memungkinkan teroris merekrut lebih banyak pendukung ke dalam barisan mereka.”
“Tawaran Rusia untuk menjadi penengah agar Israel dan Palestina mengadakan negosiasi langsung di Moskow, serta saran untuk mengadakan konferensi internasional tentang masalah tersebut masih berlaku,” tambahnya.