Kebijakan yang gampang berubah arah dilakukan oleh Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman, Jika beberapa minggu terakhir dia mengecam dan memusuhi sekutunya sendiri Qatar karena berhubungan baik dengan Iran, kini justru dia ingin kembali berhubungan baik dengan Iran
Putra mahkota Arab Saudi telah meminta perdana menteri Irak untuk membantu memperbaiki hubungan yang menurun dengan cepat antara Saudi dan saingan berat mereka Iran.
Pangeran Mohammed bin Salman telah meminta Haider al-Abadi untuk menengahi antara Riyadh dan Teheran guna memulihkan perdamaian ke wilayah tersebut. Menteri dalam negeri Irak Qasim al-Araji mengunjungi Arab Saudi pada bulan Juli, dan kemudian Teheran pada hari Sabtu. Dia melaporkan bahwa Saudi meminta pemerintahnya untuk menengahi antara mereka dan Iran, dan pimpinan Iran menyambut tawaran tersebut dengan baik.
“Setelah kemenangan yang telah diraih Irak (melawan ISIS), Arab Saudi mulai mendekati Irak, dengan kapasitas dan peran yang sebenarnya,” kata menteri dalam negeri Irak Qasim al-Araji kepada Alghadeer pada hari Minggu. “Ketenangan dan stabilitas dan kembalinya hubungan antara Iran dan Arab Saudi akan memiliki dampak positif di kawasan ini secara keseluruhan.”
Al-Araji menambahkan bahwa, sebagai isyarat niat baik Saudi telah menjamin keamanan jemaah Iran yang melakukan perjalanan ke pemakaman Jannat al-Baqi, di mana Nabi Muhammad dimakamkan. Pada tahun 2015 kerusuhan (jemaah haji) menyebabkan kematian ratusan jemaah yang kebanyakan adalah warga Iran. “Pihak Saudi telah membuat janji tertentu dalam hal ini bahwa pintu ke pemakaman Jannat al-Baqi sudah terbuka untuk para peziarah Iran,” kata al-Araji.
Menteri dalam negeri Iran sendiri, Abdolreza Rahmani Fazli menerima gagasan tersebut. “Kebijakan Iran adalah untuk memiliki kerjasama yang efektif dengan negara-negara regional, dan Teheran tidak pernah menjadi fihak yang pertama yang memutuskan hubungannya dengan orang lain,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Irak yang pernah menjadi musuh besar Iran telah semakin dekat dengan negara mayoritas Syiah Iran dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2016 menteri luar negeri Irak Ibrahim al-Jaafari menawarkan untuk menengahi perselisihan antara Iran dan Arab Saudi setelah para pengunjuk rasa di Iran menyerang kedutaan besar Saudi di Teheran sebagai pembalasan atas kerajaan yang mengeksekusi pemimpin agama Syiah Nimr al-Nimr atas tuduhan teroris. Insiden tersebut menyebabkan penangguhan hubungan diplomatik antara kedua kekuatan tersebut.
Arab Saudi dan Iran telah terlibat ketegangan dalam beberapa tahun terakhir karena sejumlah isu regional, dari perang saudara di Yaman sampai kesetiaan politik pemerintah Qatar terhadap Iran.
Saad Jawad, seorang profesor ilmu politik di London School of Economics mengatakan kepada Al Jazeera bahwa permintaan Arab Saudi untuk menengahi itu sangat tidak biasa. “Jika Arab Saudi berselisih dengan Qatar karena hubungan Qatar dengan Iran … bagaimana bisa mereka sendiri meminta Irak untuk memulihkan hubungan mereka dengan Iran? Saudi tahu betul bahwa Irak sedikit bias dalam hubungannya dengan Iran dan mereka dalam pengaruh (dekat dngan) Iran. ” Dia menambahkan bahwa Kuwait dan Oman, dua negara yang juga memiliki hubungan baik dengan Saudi dan Iran akan bisa melakukan lebih baik (darI pada Irak).