Pertengkaran lama antara Qatar dan Arab Saudi mulai mendidih lagi. Negara negara arab teluk yang selama ini bersama sama menyokong agenda NATO dalam penghancuran negara2 arab lain penentang Israel (Libiya, Yaman ,Suriah) mulai bertengkar satu sama lain.
Para pengamat barat mentertawakan lelucon ini dimana sesama negara yang selama ini sama sama pendukung radikalisme , bekerjasama membantai umat muslim paling miskin ditimteng Yaman , bersama sama mendukung agenda NATO dalam penghancuran Iraq dan Suriah dengan mendanai puluhan kelompok bersenjata (teroris) diSuriah sekarang malah saling menuduh sebagai penyokong teroris.
Aljazeera diSaudi dihentikan penyiarannya oleh Qatar, Ekspor Gula dari Saudi dan UEA dihentikan, Sementara Mesir akan menghentikan seluruh penerbangannya sejak jam 6:00 selasa 6/6 besok pagi, dan Qatar memerintahkan dubesnya di Saudi untuk pulang dalam waktu 48 jam.
[ads_dropcap]A[/ads_dropcap]rab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, dan Bahrain telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar dan menuduh Qatar mendukung kelompok militan yang didukung Iran. Qatar menyebut langkah tersebut sebagai “kampanye penghasutan” yang didasarkan pada kebohongan.
Ketegangan mulai memanas sejak dua minggu yang lalu karena ada publikasi sebuah majalah Qatar yang mengatakan bahwa Emir Qatar Al Thani telah menyebut “Iran adalah kekuatan regional Islam yang tidak dapat diabaikan”. Ucapan Emir Qatar ini dianggap pujian ke Iran oleh Negara2 arab lainnya. Qatar berdalih bahwa kantor berita resmi negara dan akun Twitternya telah diretas dan tulisan itu adalah palsu, namun media2 Qatar yang terkait dengan negara masih terus menerbitkan komentar sang Emir.
Arab Saudi, UAE, Bahrain dan Mesir kemudian memblokir akses ke situs Al Jazeera dan afiliasinya.
Analis Timur Tengah Marwa Osman menyatakan pertengkaran antara rival regional Qatar dan Arab Saudi ini kembali seperti tahun 1950an dan dia percaya bahwa perkembangan saat ini “sangat berisiko bagi seluruh wilayah (teluk).”
“Kami mulai merasakan awal memanasnya hubungan Qatar dan Arab Saudi tiga bulan lalu ketika afiliasi (kelompok2 bersenjata) diSuriah yang didanai oleh kedua Negara (Qatar dan Saudi) mulai bertengkar dan bertempur satu sama lain. Itu adalah tanda pertamanya ketika dimulai perang kata-kata di antara mereka yang berdampak atas apa yang terjadi hari ini.”
“Tapi (ketegangan) itu mulai mengemuka pada saat pemberontakan Arab , dan Arab Spring pada tahun 2011 . Hal itu menunjukkan bahwa mereka sudah saling menantang satu sama lain sejak pemberontakan tahun 2011 untuk menguasai wilayah MENA (Middle East , North Africa), Dimana mereka berebut mendanai kelompok mana dan di Negara mana (jatah mereka), yaitu mulai dari Tunisia berakhir di Suriah yang juga mencakup Libya.
“Tapi semuanya sudah dimulai pada tahun 1950an. Pertengkaran utama Arab Saudi dan Qatar dimulai dengan dukungan Saudi untuk Ikhwanul Muslimin dan sejak Perang Teluk itu mereka menjadi bermusuhan, “katanya.
Sementara menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyerukan untuk menyelesaikan masalah ini di meja perundingan, saat percakapan teleponnya dengan rekannya Menlu Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani.
Simak komentar Trump yang ditengarai banyak fihak bahwa AS berada dibalik peretasan majalah online Qatar
Iran juga telah mendesak negara-negara Teluk untuk menyelesaikan perselisihan ini melalui dialog dan diplomasi. “Tidak ada negara di wilayah ini yang mendapat keuntungan dari ketegangan yang meningkat,” Reuters mengutip juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Bahram Qasemi di TV pemerintah. “Mereka harus mengadopsi metode damai, dialog transparan dan diplomasi,” tambahnya.
Ketua Liga Arab Ahmed Aboul Gheit telah menyatakan keprihatinannya atas ketegangan yang memanas ini dan mengingatkan konsekuensi yang akan terjadi terhadap kerjasama negara2 Arab .”
Gheit, yang juga menjabat sebagai mantan menteri luar negeri Mesir, mendesak negara-negara tersebut untuk kembali ke kesepakatan yang dicapai pada tahun 2014 setelah keretakan sebelumnya yang pernah terjadi antara negara-negara Teluk dan Qatar.