Sekali Lagi pejabat Saudi malah membongkar sendiri keterlibatannya bersama AS dan Qatar dan beberapa Negara arab teluk lainnya dalam proyek di Suriah untuk menurunkan Assad . Menteri luar negeri Saudi Adel Al-Jubeir kemarin 25/4/18 mengeluarkan pernyataan bahwa Qatar harus ikut membayar biaya kehadiran pasukan AS di Suriah dan didalam negerinya dan harus ikut mengirim pasukannya keSuriah.
Menlu Arab Saudi itu juga mengancam jika Qatar tidak mau ikut membiayai kehadiran pasukan AS diSuriah yang berjumlah 10.000 dan ikut mengirim pasukannya ke Suriah , maka AS akan menghentikan perlindungan militernya terhadap Qatar. Dan Qatar bisa mendapat resiko bahwa yang sekarang berkuasa akan dijatuhkan hanya dalam tempo kurang dari satu minggu.
Pemerintahan Trump mengatakan pihaknya sedang berusaha untuk mengkonsolidasikan kembali pasukan Arab, termasuk Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, Yordania, untuk menggantikan pasukan AS dan membayar biaya stabilisasi dan rekonstruksi area area diSuriah yang mereka sebut direbut dari kelompok militan ISIS.
Pada akhir juni 2017 lalu, hubungan Saudi dan Qatar merenggang dan mengajak sesama sekutunya dalam GCC (Golf Country Council) yaitu UEA, Bahrain dan Mesir untuk memutus hubungan diplomatiknya dengan Qatar dan memberlakukan embargo dagang.
Pada Juli 2017 lalu kita infokan bahwa menurut mantan Menlu Qatar Hamad bin Jassim bin Jaber al-Thani , AS telah membongkar adanya proyek kerjasama rahasia bersama Saudi, UEA , Yordania dan Turki dalam operasi rahasia yang bernama “Timber Sycamore” sebuah program rahasia CIA dimana ribuan militan dilatih untuk berjuang guna menggulingkan pemerintah Suriah.
whistleblower NSA Edward Snowden mengungkapkan bahwa AS sendiri telah menghabiskan $1M pertahun untuk membiayai dan mempersenjatai kelompok militant dan pemberontak Suraih, Ini adalah angka yang cukup besar karena merupakan 1/15 dari total anggaran militer AS.
[ads_hr hr_style=”hr-solid”]
Qatar harus ikut membayar kehadiran pasukan militer AS di Suriah, Menteri Luar Negeri Saudi Adel Al-Jubeir mengatakan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh Saudi Press Agency (SPA).
Pernyataan FM Jubeir itu dikeluarkan menyusul adanya komentar yang dibuat oleh Presiden AS Donald Trump pada saat konferensi pers bersama dengan mitranya dari Perancis Emmanuel Macaron.
Jubeir menyatakan bahwa Qatar harus mengirim pasukan militernya ke Suriah “sebelum Presiden Amerika membatalkan perlindungan Amerika terhadap Qatar, yang menjadi tuan rumah pangkalan militer (AS) di negaranya”.
Dalam pernyataannya, Menlu Arab Saudi juga mengatakan bahwa jika AS menarik perlindungannya dalam bentuk pangkalan militer maka “rezim (Qatar) akan jatuh di sana dalam waktu kurang dari seminggu”.
Namun para analis menyebut rekomendasi dari Menlu Saudi Jubeir itu sebagai bermotif politik dan tidak mungkin terjadi, dan menyebutnya sebagai “saran yang konyol, dan konyol”.
Seorang profesor tamu di Timur Tengah Center mengatakan kepada Middle East Eye. “Bagaimana mungkin Qatar membayar Amerika Serikat sementara Qatar sedang berada di bawah blokade (Saudi dan beberapa negara teluk lainnya) ?”
“Dan mengapa menunjuk ke Qatar? Sedangkan Arab Saudi adalah yang mensponsori diskusi untuk membawa oposisi Suriah di bawah satu payung guna melawan Presiden Assad.
Dia menambahkan: “Ini hanya sebuah pengakuan kegagalan. Ini hanya saran yang konyol dan konyol. Hal Ini muncul dari keputusasaan untuk melibatkan Qatar di Suriah padahal Arab Saudi adalah pemrakarsa utama yang mendanai dan mendorong kelompok2 yang ada di sana (diSuriah),” katanya.