Khalid Sheikh Mohammed, yang dianggap AS sebagai salah satu arsitek utama serangan 9/11 yang saat ini ditahan di kamp penahanan Guantanamo di Kuba, baru-baru ini mengisyaratkan bahwa ia akan mempertimbangkan untuk membantu para korban 9/11 dalam upaya tuntutan hukum terhadap Arab Saudi jika pemerintah AS memutuskan untuk tidak menjatuhkan hukuman mati terhadapnya.
Tawaran Mohammed itu diajukan di Pengadilan AS didistrik Manhattan Jumat lalu sebagai bagian dari gugatan federal terhadap pemerintah Saudi oleh para korban dan keluarga korban serangan gedung kembar tahun 2001, yang menewaskan lebih dari 3.000 orang di New York, Virginia utara, dan Pennsylvania.
Pengacara para penggugat telah menghubungi tiga dari lima tahanan diGuantanamo yang dituduh terlibat dalam serangan teroris untuk mendapatkan ganti rugi, menurut Wall Street Journal.
Pengacara Mohammed mengatakan dia tidak akan bisa membantu mengupayakan ganti rugi (dari Kerajaan Saudi) jika masih dalam keadaan seperti saat ini, dimana dia masih dalam posisi potensial untuk mendapat hukuman mati. Tapi jika dia tidak dihukum mati maka dia siap bekerjasama secara lebih luas.
Posisi Mohammed saat ini tampaknya sangat berbeda dari saat persidangan Guantanamo Juni 2008. Dimana saat itu seorang hakim militer menggambarkan persidangan itu sebagai “kasus hukuman mati,”
Mohammed sendiri menyebut apa yang dilakukannya sebagai “kasus martir” (mengorbankan diri atas nama jihad). “Ini yang aku inginkan. Saya sudah lama ingin mati syahid, ”kata Mohammed saat itu sperti dikutip Wall Street Journal.
“Banyak yang telah terjadi dalam 10 tahun terakhir,” kata seseorang yang akrab dengan persidangan baru-baru ini mengatakan kepada WalstreetJournal. “Para terdakwa 9/11 itu tidak lagi tertarik menjadi martir seperti dulu.”
Kerajaan Arab Saudi sendiri telah lama menyatakan bahwa mereka tidak terlibat dalam serangan 9/11. (Tapi lucuya, ketika tahun 2016 senat AS akan meloloskan RUU penyelidikan insiden 9/11, Arab saudi mengancam akan menarik seluruh $750M dananya dari AS).
Pada 2014, penulis lepas Brian McGlinchey meluncurkan “Project 28” yang mengungkap hubungan antara pemerintah Arab Saudi dan serangan 9/11. Proyek itu fokus pada laporan kongres tentang pengungkapan kegiatan Komunitas Intelijen AS sebelum dan sesudah serangan teror.
Laporan yang sebagian tidak dirahasiakan itu dirilis oleh Kongres pada Juli 2016, yang mengungkapkan bahwa para pejabat Saudi mempunyai hubungan langsung dengan para pembajak 9/11 dan kemungkinan keterlibatan dengan mendukung (pendanaan) atas serangan itu sendiri.
Laporan itu juga menyebut bahwa FBI secara tak terduga (aneh) gagal untuk bertukar informasi dengan CIA tentang adanya kaitan antara adanya pendanaan oleh para petinggi Kerajaan Saudi dengan para pembajak 9/11 sebelum serangan. Dari 19 pembajak, 15 adalah warga Arab Saudi.
Pada hari Senin kemarin, Presiden AS Donald Trump juga mengizinkan dilakukan perpanjangan pemberian Dana Kompensasi kepada para Korban 9/11, Perpanjangan kompensasi ini berarti bahwa klaim medis untuk para korban akan diberikan hingga tahun 2090.
- 800 Keluarga Korban WTC Menuntut Tanggung Jawab Arab Saudi.
- Arab Saudi Bayar Eks Petinggi Militer AS Guna Melobi Kongres Batalkan UU WTC.