Jika biasanya para pemimpin Eropa dan para jendral NATO yang sering membuat propaganda bahwa Rusia adalah ancaman bagi negara-negara Eropa, kini para pakar yang tugaskan untuk melakukan pencitraan buruk itu.
Pakar terkemuka Jerman (Krause dan Brauss ) dan seorang pensiunan perwira tinggi NATO, juga mencoba untuk memperingatkan dunia tentang apa yang disebut sebagai ancaman dari Rusia yang mungkin akan menggunakan senjata nuklir, meski menurut beberapa ahli lain sebenarnya justru fihak Barat-lah yang melakukan segalanya untuk mengancam Moskow.
Dalam sebuah artikel pada situs Die Welt op-ed , dituliskan bahwa “Moskow di bawah Presiden Putin sedang mempersiapkan diri untuk perang regional di Eropa, dan itu (Moskow) sama sekali tidak diprovokasi, sebuah perang yang mereka (Rusia) ingin akhiri dengan penggunaan senjata nuklir.” Dan “persiapan perang” itu terjadi pada saat perhatian kita ditutupi dengan isu perubahan iklim, krisis migrasi, krisis Uni Eropa dan banyak masalah lainnya.
Demikian juga, UE (Uni Eropa) sedang melakukan militerisasi sendiri karena mengejar “gagasan lama Anglo-Saxon” untuk mengisolasi Rusia dari seluruh Eropa.
Peter Schulze, profesor terkemuka di Universitas Goettingen. Mengatakan “Moskow dengan sengaja mengganggu demokrasi kita.” dia juga mengeluh karena NATO tidak melakukan tindakan apa pun untuk menanganinya. “Segala sesuatu yang dilakukan Rusia tidak diakui di kalangan Barat,”
Publikasi tanpa henti seperti ini menggiring ke pola pikir strategis bahwa Rusia adalah fihak yang paling patut diduga akan menggunakan senjata nuklir bersama dengan senjata konvensional. Penggiringan opini ini juga berusaha untuk “mengeksploitasi kelemahan pihak lain sambil menghindari eksploitasi oleh musuh (Rusia).”
Menurut Peter Schutze Klaim-klaim semacam itu tidak ada hubungannya dengan fakta dan tidak masuk akal, “Tidak ada yang menginginkan perang nuklir, bahkan (politisi) barat yang beku-hatinya sekelipun atau elemen paling konservatif di Kremlin sekalipun,” katanya.
Menariknya, penulis tidak banyak menyimpang dari pernyataan resmi NATO, dimana Strategi militer terbarunya mengutuk adanya “ancaman dari timur dan selatan” terhadap Eropa, dan juga mengutip adanya ancaman nuklir dari Moskow yang sudah lazim disuarakan. Jelas, “tidak ada yang objektif (tujuan baru) dalam laporan ini” karena Krause dan Brauss “hanya mengulangi (agenda) yang keluar dari markas NATO di Brussels.”
Para ahli itu tampaknya hanya melakukan tugas yang harus dilaksanakan untuk terus menyuarakan laporan bahwa Rusia adalah ancaman,” pungkasnya.
Kisah ini bermula ketika NATO mulai membangun pasukan dan meningkatkan infrastrukturnya di timur Eropa (sejak sekitar tahun 2014). Sejak itu NATO telah berulang kali menggelar berbagai latihan perang di pernatasan timur yang berfokus melindungi Baltik dan Polandia dari “agresi Rusia” yang sebenarnya sulit untuk dipahami.
Sementara itu, latihan-latihan militer Rusia yang faktanya tidak pernah keluar dari wilayah Rusia sendiri itu telah memicu histeria massal di antara para pejabat NATO yang menggambarkan Rusia sedang mempersiapkan diri untuk melakukan invasi rahasia dan dianggap pasti akan segera terjadi.