Kemenlu Rusia pada hari Kamis 17/2 kemarin, merilis dokumen 10 halaman tanggapan, setelah AS dan sekutunya menolak untuk membahas “garis merah kemanan” yang ditetapkan Rusia. Poin-poin penting dari dokumen itu adalah :
1. Rusia menegaskan bahwa tidak pernah punya rencana untuk menyerang Ukraina, dan juga tidak ada rencana untuk itu.
Bahwa pada 2014 Rusia tidak pernah “menduduki” Ukraina, dan bahwa “hilangnya sebagian wilayah timur Ukraina adalah hasil dari proses internal di negara itu sendiri”, yang secara khusus menunjuk pada kudeta di Ukraina yang didukung oleh AS dan sekutunya.”
2. Bahwa penggabungan wilayah Krimea dan kota Sevastopol ke Rusia adalah bukan “aneksasi”, tapi inisiatif warganya sendiri lewat “referendum” yang tanpa paksaan dari Rusia, yang merupakan langkah penentuan nasib sendiri yang dijamin oleh PBB.
3. Rusia “tidak menempatkan pasukannya di wilayah Ukraina, semua pasukan Rusia ada diwilayah Rusia sendiri,” dan itu tidak ada kaitannya dengan kepentingan AS.”
Bahwa perluasan pasukan AS dan NATO ke arah timur, telah melanggar Perjanjian 1990 tentang Pasukan Konvensional di Eropa (CFE) dan Undang-Undang Pendiri 1997 tentang Hubungan, Kerjasama, dan Keamanan antara Rusia dan NATO.
Rusia bersikeras agar AS menarik “semua pasukan dan senjatanya yang dikerahkan di Eropa Tengah dan Timur, Eropa Tenggara, dan Baltik.”
4. Bahwa kebijakan NATO menerima anggota baru didekat perbatasan Rusia melanggar komitmen NATO Juni 1991, untuk tidak membahayakan kepentingan sah negara lain atau menciptakan garis perpecahan baru di Eropa.
Bahwa Ini juga bertentangan dengan prinsip yang disepakati AS di bawah perjanjian Organisasi untuk Kerjasama Keamanan Eropa (OSCE), untuk “tidak meningkatkan keamanan mereka dengan mengorbankan keamanan fihak lain,” (Rusia).
5. Moskow menginginkan keamanan dunia yang utuh, yang bukan hanya untuk NATO. Dan meminta AS untuk tidak menerapkan kebijakan “kontraproduktif dan destabilisasi” demi keuntungan sendiri dan sekutunya, dengan mengorbankan kepentingan keamanan Rusia, sambil mengancam perbatasan Rusia.
6. Rusia ingin agar NATO berhenti menyebarkan nuklir di Eropa, yang melanggar perjanjian non-proliferasi nuklir (NPT). Tanpa menghentikan ini maka dialog tentang topik senjata nuklir non-strategis menjadi mustahil.
7.Pelanggaran ‘garis merah’ oleh NATO beresiko respons ‘teknis-militer’ dari Rusia.
Bahwa karena AS menolak berdialog soal jaminan keamanan yang diajukan Rusia, yang mengikat dengan tegas secara hukum, maka Rusia akan dipaksa untuk menanggapi, termasuk “melalui penerapan langkah-langkah yang bersifat teknis-militer”.
Kyakny cman angin anginan soalnya jmlh nato yg diperbtsan ukraina sdikit, mngkin tdk lama ditarik mundur kmbli nato