Dalam sebuah wawancara dengan Sputnik menjelang pergantian tahun 2019, Menlu Rusia Sergei Lavrov berbicara tentang berbagai hal, yaitu tentang respon Moskow terhadap Washington yang membatalkan Perjanjian INF, resiko potensi konflik antara Rusia dan AS, pemilihan presiden di Ukraina, serta situasi di sekitar Korea Utara (DPRK) dan soal Republik Arab Suriah.
Kita hanya akan kutip yang menyangkut pembatalan sefihak Perjanjian Rudal nuklir jarak sedang (INF) dan perkembangan hubungan yang makin memburuk antar AS dan Rusia.
Sputnik : Seberapa besar kemungkinan konflik bersenjata langsung antara Rusia dan Amerika Serikat, Rusia, dan NATO? Apakah negara kita sudah menyiapkan diri untuk perkembangan seperti itu?
Sergei Lavrov : Saya percaya bahwa semua orang di dunia memahami hal ini dengan baik: konflik bersenjata yang melibatkan dua kekuatan nuklir utama yaitu Rusia dan Amerika Serikat, akan memiliki konsekuensi bencana bagi kemanusiaan. Tidak ada keraguan bahwa tidak akan ada pemenang dalam perang nuklir dan itu tidak boleh didilakukan.
Pada saat yang sama, kita dipaksa untuk menyatakan bahwa mereke (AS) telah terobsesi dengan ambisi geopolitik mereka sendiri, Washington dan sekutunya tidak siap untuk beradaptasi dengan kenyataan global yang tidak berubah sesuai keinginan mereka. Oleh karena itu perlu untuk menahan kecenderungan ini dengan segala cara dan perlu dilakukan pendekatan yang lebih agresif dalam urusan luar negeri daripada sebelumnya.
Tekanan yang bersifat semakin buruk, saluran saluran dialog dibekukan (oleh AS). Yang perlu menjadi perhatian khusus adalah langkah-langkah untuk memecah perjanjian internasional mengenai stabilitas strategis.
Konflik semacam itu, yang hanya didasarkan pada instrumen kekuatan (militer) tak terhindarkan akan mengarah ke ketidakseimbangan arsitektur keamanan global dan berkontribusi pada perlombaan senjata. Sebuah situasi yang fatal mungkin saja akan terjadi ketika ada sebuah kesalahan atau kesalahpahaman.
Tentu saja, kami akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi kepentingan nasional kami dan memperkuat kemampuan pertahanan negara. Presiden Putin telah beberapa kali membicarakan hal ini. Pada saat yang sama, kami berharap bahwa akal sehat yang akan tetap dikedepankan.
Bagaimanapun, walau dalam posisi yang berbeda, baik Rusia dan negara-negara Barat harus bersama-sama memikul tanggung jawab atas masa depan semua umat manusia, guna mencari jawaban yang efektif bagi banyaknya tantangan dan ancaman yang terjadi di zaman kita ini.
Kami mendesak para pemimpin Barat untuk hanya bertindak dengan cara yang dapat terukur, dengan mematuhi prinsip dan aturan hukum internasional, dan mematuhi Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Maka masalah seperti itu akan hilang dengan sendirinya.
Sputnik : Soal pengabaian Perjanjian INF (oleh AS) . Apakah kita akan bernegosiasi dengan AS dan Uni Eropa soal jaminan bahwa rudal jarak sedang mereka tidak akan disebarkan di Eropa? Apakah mitra kita itu siap memberikan jaminan yang mengikat secara hokum ? Jika tidak, apa yang akan menjadi responn kita? Apa akan kembali memasang rudal di Kuba?
Sergei Lavrov : Kami yakin bahwa runtuhnya Perjanjian INF dapat secara serius membahayakan keamanan internasional dan stabilitas strategis. Kita harus memperingatkan mereka : kita tidak bisa dan tidak akan membiarkan penyebaran kembali rudal AS yang mengancam kita dan sekutu kita.
Seharusnya mereka sudah tidak ragu lagi bahwa kita memiliki peralatan (Militer) yang bisa untuk memastikan keamanan kita sendiri, dan kita juga dapat semakin memperkuat kemampuan pertahanan kita. Namun, Rusia, seperti negara lain yang menggunakan akal sehat yang tidak tertarik pada perlombaan senjata dan munculnya “krisis rudal” baru.
Jika masih ada pejabat militer AS yang mesih mau menyisakan waktu untuk mencari cara guna menyelamatkan Perjanjian INF, maka kami terbuka untuk ini. Kami mendesak mereka untuk menghentikan upaya menekan dan mengulang2 tuduhan tak berdasar dan kami mendukung kerja sama yang benar-benar substantif dan konstruktif atas keprihatinan bersama.
Saat KTT Helsinki pada 16 Juli (2018) , Rusia telah menyerahkan proposal konkret dan komprehensif ke AS mengenai agenda bagi diskusi yang mendalam tentang stabilitas strategis dan pengendalian senjata yang telah lama tertunda. Sayangnya, dari fihak AS sejauh ini belum ada keinginan untuk bernegosiasi dengan kami. Mereka menghindari dialog, dan mereka tidak menawarkan jaminan apa pun, tampaknya lebih suka memilih “bertangan bebas” (semaunya sendiri). Secara umum, kami siap bekerja dalam berbagai format dengan partisipasi semua negara dan menyadarkan tanggung jawab mereka atas perdamaian dan keamanan.