Para Pembangkang Keluarga Kerajaan Saudi lain yang tinggal dipengasingan juga telah pernah secara tiba tiba menghilang, bahkan jauh sebelum jurnalis Jamal Khashoggi menghilang di Turki .
Sekarang, seorang pangeran Saudi lain (Khaled bin Farhan) yang tinggal di Jerman menceritakan bagaimana dia juga harus menghindari penculikan, hanya beberapa hari sebelum terjadinya kasus Khashoggi.
Pada suatu hari yang kering dan berdebu di Kairo pada akhir September (2018 lalu) , sebuah pertemuan konspiratif berlangsung di sebuah hotel di ibukota Mesir. Seorang Staf kedutaan Saudi berjalan masuk ke lobi membawa cek senilai beberapa juta dolar, kata Pangeran Arab Saudi Khaled bin Farhan al-Saud.
Dalam sebuah wawancara dengan DPA (Deutsce Press Agency/Agen berita Jerman), Pangeran Khaled yang tinggal di pengasingannya diJerman dan merupakan pengkritik rezim Saudi itu mengatakan bahwa para pegawai kedutaan telah menemui salah satu kerabatnya dan menawarkan sesuatu. “Mereka mengatakan kepada kerabat saya bahwa mereka ingin membantu saya karena saya dianggap tidak punya uang lagi,” katanya. “Aku hanya perlu pergi ke kedubes Saudi di Kairo untuk mengambil cek itu. Tapi aku tahu itu adalah jebakan.”
Beberapa hari kemudian pada 2 Oktober (2018) di sebuah konsulat Saudi di Istanbul, wartawan Saudi Jamal Khashoggi menghilang. Setelah lewat tengah hari, kritikus rezim Saudi yang tinggal di Washington DC itu datang ke Konsulat Saudi diTurki untuk mengambil dokumen agar dia bisa menikah. Tapi dia telah menghilang sejak itu, dan para penyelidik Turki percaya bahwa kolumnis Washington Post yang terkemuka itu telah dibunuh oleh tim eksekusi Kerajaan Saudi.
Pangeran Khaled yakin bahwa nasib yang sama akan menimpanya jika saja waktu itu dia mau dibujuk untuk datang ke kedutaan Saudi di Kairo. “Mereka akan membunuh saya dengan cara yang tidak manusiawi untuk menakut-nakuti (Pangeran pembangkang ) yang lain,” kata pria berusia 41 tahun itu, dan dia mengatakan bahwa dia telah tinggal di pengasingan di Jerman sejak 2004 dan telah memiliki kewarganegaraan Jerman.
Tetapi Arab Saudi terus mengawasi para pangeran. Menurut informasi yang dikumpulkan DPA, tahun lalu kerajaan Saudi pernah melobi pejabat Jerman guna mendiskusikan kemungkinan untuk mengekstradisi dia (Pangeran Khaled).Tapi fihak Jerman tidak mennggubris permintaan itu.
Pangeran Khaled mengatakan bahwa pejabat di Kantor Perlindungan Jerman di Dusseldorf, di mana dia tinggal telah berhubungan dengan dia selama bertahun-tahun, dan Polisi Federal Jerman juga meneliti masalah dia.
Hilangnya Khashoggi telah menjadi sorotan tentang bagaimana kerajaan minyak yang kaya itu menangani para pembangkangnya.
Menurut para pengamat kerajaan, sejak raja Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud berkuasa pada awal 2015, kebijakan yang represif telah melonjak tinggi. Sang raja menjadikan putranya MBS sebagai orang yang paling berkuasa di negara itu. Bahwa dia tidak bias menahan diri dengan pembangkangan adalah sesuatu yang telah diketahui oleh para ulama, pengusaha, dan aktivis hak-hak perempuan.
BBC telah mencatat adanya tiga kasus di mana para pangeran (pembankang) Saudi yang tinggal di luar negeri telah lenyap. Pada tahun 2016 , Pangeran Sultan bin Turki yang berangkat dari Paris telah menghilang ketika ia ingin mengunjungi ayahnya di Kairo. Konsulat Saudi (saat itu) menyediakan jet pribadi untuknya, tetapi bukannya Kairo, ia malah diterbangkan ke Riyadh.
Dua pangeran lainnya yaitu Turki bin Bandar dan Saud bin Saif al-Nasr telah lenyap di Eropa. Dalam kasus ini, juga terindikasi adanya penculikan, kata BBC.
Penjelasan yang serupa juga mirip dengan informasi yang belum lama ini dilaporkan oleh Washington Post sehubungan dengan kasus Khashoggi.
Pembicaraan para pejabat Saudi yang disadap menunjukkan bahwa pemerintah Riyadh ingin memancing (Khasoggi) dari pengasingannya di AS agar mau pulang kembali ke kerajaan dan menangkapnya di sana.
Pangeran Khaled yakin bahwa dia juga termasuk dalam daftar target Kerajaan Saudi. Dia mengatakan dia telah menjadi target keketidakadilan di Arab Saudi sejak dia menuduh korupsi kepada Raja Salman yang pada saat itu dia masih menjadi Emir (Gubernur) di Riyadh .
Pangeran muda (Khaled) yang di masa lalu pernah menjadi diplomat Saudi untuk Kairo dan tempat-tempat lain itu kemudian harus meninggalkan negara itu. Tetapi meski telah di pengasingan diJerman, tetap saja dia tidak aman dari jangkauan Riyadh.
Awalnya dia selalu diikuti tetapi ini kemudian keadaan telah membaik , meskipun dia masih saja menerima banyak ancaman pembunuhan dari orang2 yang tidak diketahui. Selain itu, selama bertahun tahun ini dia telah dihubungi lebih dari 50 kali dari orang orang diKerajaan Saudi .
“Saya telah bertemu 10 kali dengan duta besar Saudi di Berlin, tetapi tempatnya selalu di kafe,” kata Khaled bin Farhan. Dubes itu bebarapa kali menawarkan dia untuk mau pulang kembali ke rumah guna mendiskusikan masalahnya dengan raja Saudi , tawaran itu selalu ditolaknya. “Jika saya mau melakukan itu, Anda tidak akan bias berbicara dengan saya disini,” katanya.
Sekarang kekhawatiran para pembangkang (Kerajaan) telah meningkat sejak adanya kasus Khashoggi. “Tentu saja kita semua takut. Penguasa di Riyadh itu tidak akan berhenti mencoba.”
Di masa lalu, kerajaan Saudi telah dengan keras membantah tuduhan adanya penculikan apalagi pembunuhan , kritiknya. Permintaan DPA untuk menanggapi kasus Pangeran Khaled sejauh ini belum pernah dijawab oleh pemerintah Jerman.
Khaled bin Farhan al-Saud mengatakan dia merasa aman tinggal di Dusseldorf Jerman. “Aku selalu bersyukur terima kasih Tuhan, aku bias tinggal di Jerman.” Tetapi meski tinggal diJerman sang pangeran tetap selalu waspada. Pengacaranya terus berhubungan dengan polisi untuk berjaga-jaga.
Kerajaan saudi mmg tanduk setan.. imigran pilifin indonesia india pakistan sudah merasakn.. mrk lbh kejam drpd org kafir.. justru org kafir msih ada scercah kmanusiaanx drpd mrka..