Perang siber yang paling sering kita dengar dalam beberapa tahun ini adalah antara Israel Vs Iran. Kedua negara sudah sering terlibat dalam perang siber dengan saling serang terhadap instalasi vital dan strategis satu sama lain, seperti pusat pembangkit listrik, instalasi pengolah air, komputer bandara, sampai instalasi militer.
Seorang pejabat Rusia mengungkapkan bahwa ‘perang siber skala penuh’ sebenarnya telah berlangsung dengan ‘intens dan parah’ antara dua negara super power AS dan Rusia, hanya saja tidak terlihat oleh publik. Dia juga tidak menampik jika media menyebut ‘perang dunia 3 telah dimulai dengan perang siber’.
Seorang pejabat tinggi pertahanan Rusia mengatakan, bahwa perang global dunia maya (perang siber) sebenarnya sudah terjadi, dan Rusia berharap agar AS mau bekerja untuk mengurangi risiko yang berasal dari pertempuran digital 2 arah itu.
Seorang pejabat di Kemenlu Rusia yang mengawasi kerja sama internasional dalam keamanan informasi, Andrey Krutskikh, berbicara pada hari Kamis 16/12 di sebuah konferensi akademis tentang posisi Rusia di politik global saat ini.
Rutskikh menekankan, bahwa Kremlin sangat ingin menggunakan jalur PBB untuk mencapai kesepakatan internasional mengenai solusi perang digital. Tapi dia mengeluh, bahwa AS dan negara-negara sekutunya yang lain selalu menghambat upaya Moskow untuk mengangkat masalah ini sebagai prioritas.
Dia menyebut, pada bulan Januari 2022 nanti akan ada sesi substantif dari komisi khusus PBB untuk pengembangan konvensi untuk perang dunia maya.
Awal tahun ini, Presiden AS Joe Biden akan menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia, dengan alasan bahwa : Rusia berada di balik peretasan besar-besaran perusahaan SolarWinds yang berbasis di Texas, yang membahayakan sistem lebih di 100 perusahaan komersial di seluruh dunia, serta sembilan perusahaan AS, dan badan pemerintahan.
Moskow membantah tuduhan itu, dengan mengatakan, “Sudah saatnya untuk menertibkan wilayah AS sendiri, tempat asal munculnya serangan terus-menerus terhadap infrastruktur penting di Rusia.”
Pada bulan Maret lalu, perusahaan keamanan siber AS, FireEye memperingatkan bahwa warga Amerika akan menghadapi serangan siber yang semakin buruk di masa depan. “Orang-orang bahkan tidak tahu semua hal yang bisa mereka andalkan. Tiba-tiba rantai pasokan mulai terganggu karena komputer tidak berfungsi,” kata CEO FireEye, Kevin Mandia kepada Axios.