Setelah dua hari lalu Donald Trump resmi menandatangani RUU yang menerapkan sanksi baru terhadap Rusia, Iran dan Korea utara, Moskow merespon dengan sangat kecewa keputusan Trump. Trump sendiri dengan tidak berdaya beralasan semua demi kepentingan persatuan nasional.
Fihak Rusia menuduh Donald Trump mulai melancarkan “perang dagang skala penuh” setelah Presiden Trump menandatangani RUU yang memaksakan sanksi baru terhadap Rusia, Iran dan Korea utara.
Pejabat di Moskow melepaskan frustrasi mereka dengan tindakan yang menghukum dan memperingatkan bahwa hal itu akan mengikis stabilitas global dan juga konflik bahan bakar.
[ads-pullquote-left]Para ahli menyebut situasi ini mirip dengan gejala2 geoplitik sebelum perang dunia 1, yaitu proses proses Perang mata uang – perang dagang – perang dunia. Perang mata uang sudah dimulai sejak blok AS mendirikan TPP (Trans Pacific Partnership) dan blok Rusia mebuat kongsi dagang BRICS pada 2006. [/ads-pullquote-left]
Dalam sebuah posting Facebook yang emosional Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev menggambarkan langkah itu sebagai kekalahan memalukan untuk Mr Trump (yang tidak ada keberanian sedikitpun melawan RUU yang dibuat parlemen AS ).
Kementerian Luar Negeri Rusia telah memperingatkan kemungkinan tindakan pembalasan baru yang mungkin dilakukan.
“Harapan untuk memperbaiki hubungan kita dengan pemerintah baru AS sekarang berakhir,” kata Medvedev, yang pernah menjabat sebagai presiden Rusia pada 2008-2012.
“Pemerintahan Trump telah menunjukkan ketidakmampuan total dengan menyerahkan wewenang eksekutifnya kepada Kongres dengan cara yang paling memalukan,” kata Medvedev.
Medvedev menekankan bahwa sanksi baru yang kaku tersebut merupakan sebuah pernyataan “perang (dagang) habis-habisan melawan Rusia”.
Namun tak lama kemudian Kementerian Luar Negeri Rusia memperingatkan bahwa “kita tentu saja berhak melakukan tindakan balasan lainnya”.
Dikatakan oleh Kementerian Luar Negeri Rusia bahwa undang undang tersebut mencerminkan upaya yang “berpandangan pendek dan berbahaya” untuk menetapkan Rusia sebagai musuh dan akan mengikis stabilitas global.
Kementerian luar negeri Rusia menambahkan bahwa “tidak ada ancaman atau usaha apapun yang bisa menekan dan memaksa Rusia untuk mengubah jalurnya atau menyerah begitu saja dalam membela kepentingan nasionalnya”.