Presiden Suriah Bashar Assad menyatakan menolak kerja sama keamanan dengan negara-negara Barat (AS dan sekutu) atau pembukaan kembali kedutaan mereka, sampai mereka memutuskan hubungan (bantuan) dengan kelompok oposisi dan pemberontak. Assad menyatakan itu minggu kemarin 20/8 pada acara pembukaan pameran internasional pertama setelah 5 tahun.
Tidak lama setelah Assad memberikan pidatonya, sebuah tembakan (artireli) menghantam pameran internasional pertama di negara ini sejak perang dimulai enam tahun lalu, menewaskan dan melukai beberapa orang.
Komentar Assad itu muncul pada saat pasukannya dan milisi pro Iran dan bantuan serangan udara Rusia terus mencapai kemajuan.
Assad memuji Rusia, Iran, China dan Lebanon Hizbullah karena mendukung pemerintahannya selama konflik tersebut. Dia mengatakan Suriah akan berkiblat ke timur (blok Rusia) dalam hal hubungan politik, ekonomi dan budaya.
“Dukungan langsung dari negara2 sahabat kita secara politik, ekonomi dan militer, membuat kemajuan kita di lapangan lebih besar dan kerugian perang semakin berkurang. Oleh karena itu, mereka adalah mitra kami dalam pencapaian ini di jalan untuk menghancurkan terorisme, “kata Assad.
Presiden Suriah mengatakan ekonomi negaranya kembali tumbuh kembali “pada tingkat yang sangat lambat, meski kita berada di bawah embargo ekonomi yang hampir total.”
Pada tahun-tahun awal konflik banyak negara Barat dan sekutu Arabnya (Arab Saudi, Turki, Qatar ,UEA) meminta Assad untuk mundur, dan AS serta Uni Eropa telah menjatuhkan sanksi ekonomi kepada pemerintahnya. Beberapa negara Arab dan Barat juga menarik diplomat mereka dari Damaskus.
Wajar saja, karena Turki selama konflik Suriah menjadi jalur masuk utama militan ISIS dan persenjataannya dari berbagai negara diseluruh dunia dan Turki terbukti menjadi penadah bagi minyak jarahan dari ISIS dari kilang kilang Suriah diUtara dan Iraq utara.
Zona de-eskalasi di Suriah tengah utara dan selatan diusulkan dalam sebuah rencana yang disetujui pada bulan Mei oleh Rusia, Turki dan Iran di ibukota Astana Kazakhstan. Rencananya termasuk penghentian permusuhan, penghentian serangan udara pemerintah Suriah atas wilayah yang ditentukan, dan ketentuan untuk akses bantuan kemanusiaan.
“Setiap warga (pasukan) Turki yang berada di Suriah tanpa izin dari pemerintah Suriah akan dianggap sebagai pencaplok (lahan),” kata Assad.