Presiden Bashar Al Assad berbicara secara virtual didepan peserta Konferensi Internasional pemulangan Pengungsi Suriah yang dimulai kemarin Rabu 11/11/20, yang dihadiri 27 negara dan 12 organisasi internasional. Konferensi itu tidak dihadiri oleh negara-negara Eropa dan AS.
Dalam pidatonya, Presiden Assad menyindir peran negara barat dan Turki dalam perang Suriah. Lebih khusus Presiden Assad menyindir Turki yang memanfaatkan pengungsi Suriah untuk mendapat uang.
Pada tahun 2016 Turki dan Negara-negara Eropa membuat kesepakatan untuk memberikan insentif sebesar 3 milyar euro kepada Turki untuk mengelola pengungsi Suriah agar pengungsi tidak mengalir ke Eropa.
Pada tahun 2018 Turki mengajukan lagi permintaan dana tambahan, dengan ancaman akan melepas pengungsi Suriah untuk bebas pergi ke Eropa jika tidak memberikan tambahan dana.
Pada akhir 2018, Eropa setuju untuk memberikan dana tambahan 3 milyar euro kepada Turki.
Presiden Assad juga menyinggung peran Negara barat dan Turki dalam mengerahkan teroris ke Suriah.
Berikut sebagian dari pidato Presiden Assad :
” Para peserta konferensi yang terhormat, beberapa negara mau menerima pengungsi Suriah berdasarkan prinsip-prinsip etika yang baik, sementara dinegara lain di Barat (Eropa) dan di dekat wilayah kita (Turki), malah mengeksploitasi mereka dengan cara yang paling buruk, dengan mengalihkan masalah kemanusiaan menjadi alat politik, dan sebagai posisi tawar-menawar, selain menjadikannya sebagai sumber demi mendapat uang, juga untuk menutupi kezaliman mereka tanpa mempertimbangkan penderitaan nyata yang dialami warga Suriah di luar negeri.”
“Alih-alih melakukan upaya nyata untuk menciptakan kondisi yang tepat bagi kepulangan mereka, mereka malah memaksa para pengungsi untuk bertahan, kadang dengan janji-janji atau melalui tekanan atau mengintimidasi mereka, dan ini tidak mengherankan, karena negara-negara itu memang telah bekerja keras untuk menyebarkan teroris di Suriah.”
“Penolakan negara-negara itu untuk berpartisipasi dalam konferensi ini adalah bukti terbaik tentang itu.”
“Terlepas dari semua itu, mayoritas rakyat Suriah yang mengungsi diluar negeri, saat ini sangat ingin kembali ke tanah air mereka, karena mereka menolak menjadi bagian dari investasi politik bagi rezim yang mendukung terorisme yang menyerang tanah air mereka.”
“Tapi ada kendala besar, selain tekanan yang dialami pengungsi Suriah di luar negeri yang mencegah mereka untuk kembali, ada sanksi ekonomi ilegal dan blokade yang diberlakukan oleh rezim AS atau sekutunya. Jadi, masalah pengungsi Suriah adalah masalah artifisial yang diciptakan oleh kekuatan Barat, khususnya AS.”