Diakhir zaman ini kita menyaksikan begitu banyak para petinggi yang rela kehilangan “kewibawaan dan integritasnya” hanya demi mengejar ambisi politik, demi kekayaan, atau demi kepentingan kelompok kapitalis atau oligarki yang mendanainya.
Tapi, syukurnya, masih ada saja orang-orang yang masih memilih jalan kebenaran, dan tidak silau oleh dunia.
Jika sesorang adalah bukan orang-orang yang rela “melacurkan diri” yang bisa dibeli dengan uang atau jabatan, maka pada orang itu akan otomatis keluar cahaya “integritas” dari dalam dirinya. Sebaliknya, pada para pengejar dunia tetap terlihat kemunafikan dan kebohongannya, meski dengan sekeras apapun upaya untuk “menutupinya”.
Presiden Suriah, yang oleh Israel dan sekutu baratnya selalu digambarkan sebagai “diktator”, adalah satu diantara pemimpin dunia yang memilih jalan yang lurus untuk “tidak bisa dibeli”.
Bashar al Assad, kembali mengeluarkan pernyataan sangat berani dengan mengungkap 3 hal :
- Bahwa peristiwa Holocaust adalah rekayasa belaka.
- Bahwa orang-orang yang menguasai Israel saat ini adalah “Yahudi palsu”.
- Bahwa AS adalah fihak yang mendanai kemunculan Nazi Jerman 1939.
Ungkapan Presiden Assad soal Yahudi palsu ini sekaligus makin menguatkan pemahaman kita tentang Ya’juj & Ma’juj yang kajiannya kita tulis pada 2016.
Holocaust Adalah Rekayasa
Presiden Suriah Bashar Assad, dalam pidatonya itu menyatakan bahwa “tidak ada bukti bahwa 6 juta orang Yahudi telah terbunuh selama Holocaust” dan menuduh AS yang mendanai partai Nazi Jerman.
“Memang benar, ada kamp konsentrasi, tapi itu menunjukkan kepada anda sebagai isu yang dipolitisasi, bukan isu kemanusiaan dan bukan isu nyata. Kita selau berbicara tentang 6 juta orang (Yahudi) itu, tapi mengapa kita tidak pernah bicara tentang 26 juta warga Soviet? siapa yang terbunuh dalam perang itu? Apakah 6 juta itu lebih berharga?”, kata Assad.
Assad membandingkan sekitar 26 juta warga Uni Soviet yang terbunuh selama Perang Dunia II.
Menurut presiden Assad, isu Holocaust “dipolitisasi untuk memalsukan kebenaran, dan kemudian untuk mempersiapkan pemindahan orang Yahudi dari Eropa ke wilayah lain, yaitu ke Palestina.”
Israel Saat ini Dikuasai Yahudi Palsu
Dalam pernyataan pertamaynya, Presiden Assad menyatakan, bahwa “orang-orang Yahudi yang datang ke Palestina (paska WW1) adalah orang-orang “Yahudi Khazar” yang berasal dari timur Laut Kaspia, mereka adalah orang-orang kafir yang berpindah ke Yudaisme pada abad kedelapan.
“Mereka tadinya berimigrasi ke Eropa barat, dan dari sana datang ke wilayah ini. Mereka tidak ada hubungannya apapun dengan orang-orang Israel yang terdahulu (Yahudi asli),” tambahnya.
AS Yang Danai Nazi
Dalam pidatonya itu, Assad juga mengklaim bahwa AS telah mendanai Partai Nazi, sehingga memungkinkan pemimpinnya, Adolf Hitler, bisa berkuasa pada tahun 1933.
“Kebanyakan kita tidak mengetahui bahwa kebangkitan Nazisme di antara dua perang dunia terjadi dengan dukungan dana Amerika,” kata Assad.
“Pertanyaan yang ada di benak setiap orang adalah, “Bagaimana mungkin Nazisme dibiarkan bangkit dan membangun pasukan, padahal Jerman sedang mengalami keruntuhan dan kendala ekonomi di Eropa? Hal ini bisa dilakukan dengan dukungan, uang, pinjaman dan investasi Amerika,” jelasnya.
Setidaknya satu perusahaan perbankan AS, yaitu “Union Banking Corporation”, diketahui telah mendanai warga Jerman yang memiliki hubungan dengan Hitler, tapi tidak ada tindakan resmi AS yang pernah diambil untuk membantu partai tersebut mencapai kekuasaan. Aset Union Banking Corporation kemudian disita oleh pemerintah AS pada tahun 1942, ketika keterkaitan mereka terbongkar.
Ulasan – Tidak Ingin terbongkar Siapa Mereka Sebenarnya
Klaim bahwa sebagian warga dan penguasa Israel saat ini adalah orang “Yahudi palsu” keturunan Khazar, dari “Suku Turk” yang berasal dari Eropa Timur dan Asia Tengah (Caucasus), selalu coba dimentahkan oleh Israel dan sekutu baratnya, dengan mencap sebagai “teori konspirasi antisemit”.
Israel dan AS selalu menyanggah, bahwa studi genetik dan penelitian yang dilakukan selama bertahun-tahun tidak menemukan bukti substantif yang mendukung teori tersebut.
Logikanya, klaim sebagai “negara Yahudi” harusnya dibarengi dengan upaya “tes DNA”, minimal untuk membuktikan bahwa Israel memang dihuni oleh mayoritas orang yang berdarah semit.
Faktanya, di Israel test DNA anehnya merupakan sesuatu yang ilegal. Artinya, ada entitas tertentu yang mengaku Yahudi tapi takut terbongkar jika mereka ternyata bukan berdarah Yahudi
Israel be like saat melihat ini: 👿😡👿