PRESIDEN ASSAD TUDUH AS MENJUAL MINYAK JARAHAN KE TURKI

This July 30, 2017 photo, shows an oil field controlled by the Kurdish-led Syrian Democratic Forces (SDF), in Rmeilan, Hassakeh province, northeast Syria.

Sejak awal perang Suriah kita telah menyaksikan bersama-sama paling tidak dua Isyarat Hadist sebelum Al Malhamah (perang antar super power), yaitu  perebutan gunung emas (minyak) di Sungai Eufrat dan satu lagi adalah kedatangan Pasukan Rum di kota Amaq atau Dabiq.

Nama Dabiq sendiri sampai kini masih menjadi  nama sebuah kota di utara Suriah.

Dan kita sedang manyaksikan ladang minyak Suriah disekitar sungai Eufrat itu menjadi rebutan beberapa fihak, mulai dari SDF, ISIS, AS sampai dengan Turki. Sementara  dua kekuatan Rum barat (AS dan sekutunya) dan Rum timur (Rusia) keduanya saat ini juga sudah berada diwilayah Suriah utara itu.

Presiden Donald Trump sebelumnya menyatakan bahwa meskipun telah mengumumkan akan menarik pasukannya dari Suriah, namun pasukan AS akan tetap disana dengan dalih untuk “menjaga ladang minyak” Suriah dari penguasaan ISIS.

Pernyataan Trump itu mengundang kegemparan, karena tindakan ini bertentangan dengan hukum internasional terhadap penjarahan.

Presiden Suriah Bashar al-Assad menuduh Amerika Serikat menjual minyak yang dicurinya dari negaranya kepada Turki.

Menurut presiden Assad, saat ini ada beberapa ribu tentara Amerika, termasuk staf dari perusahaan swasta yang menduduki wilayah yang luas di Suriah.

“Sebelum dikuasai AS, pada masa-masa sebelumnya ladang-ladang minyak Suriah itu dikuasai kelompok Jabhat al-Nusra, kemudian setelah datang ISIS dan menghalau kelompok al-Nusra, atau lebih tepatnya ketika ISIS bergabung dengan al-Nusra , mereka juga menjarah dan menjual minyak milik Suriah itu.

Pada saat itu, ISIS juga menjual minyak itu melalui Turki. Sekarang AS yang mencuri minyak itu dan juga menjualnya ke Turki”, kata Assad.

Presiden Assad juga mencatat bahwa AS sangat bergantung pada teroris di Suriah, AS pernah menyatakan bahwa pasukannya akan meninggalkan Suriah, saat itu AS melihat tidak mungkin lagi bahwa Suriah akan dikuasai.

Menurut Presiden Assad, setidaknya masih ada beberapa ribu tentara AS dan tentara bayaran mereka yang saat ini masih bertempur di Suriah.

“AS sangat bergantung pada perusahaan militer swasta seperti halnya dengan Blackwater (perusahaan tentara bayaran). Jadi, jika terlihat AS hanya memiliki beberapa ratus tentaranya di Suriah, tapi sebenarnya mereka memiliki beberapa ribu orang bahkan mungkin puluhan ribu orang yang bekerja untuk PMC (Private Military Company) dan mereka berperang di Suriah. Oleh karena itu, angka pastinya (kekuatan AS) sulit dipastikan, tetapi jelas ada beberapa ribu orang “, tambah presiden Assad.

Saat ini, baik pemerintah Turki maupun militer Amerika belum mengomentari pernyataan Presiden Assad ini.

Pada akhir Oktober lalu , militer Rusia merilis laporan terperinci tentang kegiatan penyelundupan minyak AS di Suriah, yang dibuktikan dengan data intelijen satelit.

Menurut Rusia,fihak Pentagon, CIA, dan kontraktor militer swasta bersama-sama terlibat dalam operasi penyelundupan minyak dengan Kurdi dan perusahaan minyak yang dikendalikan AS, yang menghasilkan keuntungan lebih dari $30 juta per bulan.

Pada tahun 2011 (sebelum perang), produksi minyak Suriah mencapai sekitar 375.000 barel per hari, namun sejak saat itu produksinya menurun secara dramatis karena perang.

Situasi menjadi semakin buruk ketika kelompok teroris ISIS menguasai daerah-daerah di Suriah timur, di mana sekitar tiga perempat dari cadangan minyak Suiah terkonsentrasi disana. Saat itu ISIS menggunakan pendapatan dari penjualan minyak jarahan itu untuk membiayai perang mereka.

This entry was posted in Info Lain and tagged , , , . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *