Presiden Erdogan mengatakan telah membuat kesepakatan maritim baru yang kontroversial dengan kelompok GNA diLibya, dan jika dimintaTurki akan mengirim pasukannya ke Libya.
Erdogan menyatakan telah ada kesepakatan yang ditandatangani antara Turki daengan kelompok GNA di Libya mengenai eksplorasi minyak dilaut Mediterania, tapi kemudian Erdogan juga mengatakan bahwa dengan perjanjian itu artinya Turki akan bebas mengirim pasukannya ke Tripoli jika diminta.
Tapi semuanya menjadi kacau, karena Erdogan sendiri mengakui hal ini telah berubah menjadi pertikaian regional. Batas-batas maritim dengan Libya diMediterania itu telah direvisi sendiri oleh Turki, padahal wilayah laut ini diklaim sebagai milik Yunani dan Siprus.
Peta baru (revisi Turki) atas perjanjian dengan kelompok GNA diLibya itu telah diratifikasi oleh Parlemen Turki dan menetapkannya menjadi batas maritimnya yang baru. Langkah Turki ini menempatkan Uni Eropa dalam posisi canggung yang akan dapat membahayakan rencananya dalam proyek pipa gas dari Mediterania timur ke Eropa.
Sejauh ini hanyalah tipu daya, karena Kemudian Erdogan kemudian menaikkan taruhannya dengan mengatakan “Jika Libya meminta, kami akan mengirim pasukan dalam jumlah yang cukup, kita telah menandatanganani perjanjian keamanan dengan kelompok GNA diLibya itu tanpa halangan.”
Dengan pernyataan Erdogan ini, maka Presiden Turki jelas telah menyatakan dirinya berada difihak kelompok GNA Libya yang didukung ‘PBB’ (AS,Inggris dan Uni Eropa), yang berbasis di Tripoli. Khalifah Haftar sendiri saat ini didukung oleh Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir dan Rusia.
Presiden Turki menyebut bahwa Jenderal Haftar dengan kelompok LNAnya tidak diakui secara internasional (AS dan Uni Eropa). Dan pemerintah yang berbasis di Tripoli yang dipimpin Fayez Sarraj adalah yang diakui, dan Fayez adalah orang yang kita anggap sebagai teman bicara kita,”
Lebih jauh, pernyataan Erdogan ini telah melecehkan posisi Jenderal Khalifa Haftar, orang kuat dalam militer yang memimpin Tentara Nasional Libya (LNA) yang bermarkas di timur Libya, yang menadapat dukungan Parlemen Libya.
Jadi dalam satu langkah Erdogan telah melakukan standard ganda, disatu sisi dia membuat marah Uni Eropa dengan mengabaikan teriakan Yunani dan Cyprus atas eksplorasi minyak (ilegalnya) di Laut Aegea, namun pada saat yang sama dia mendukung pemerintah kelompok GNA diLibya yang didukung Uni Eropa.
Bersamaan dengan itu, dengan menentang Khalifa haftar, maka Erdogan juga membuat geram Rusia dan beberapa Negara Arab sekutu Turki (Saudi,UEA, Qatar) yang dalam beberapa tahun ini bekerjasama dalam penghancuran Suriah (dalam upaya menurunkan Assad).
Dengan sikap berkepala dua Ini, menunjukkan bagaimana dengan mudah Erdogan bisa mengubah ketegangan regional menjadi semakin mendidih . yang telah menarik perhatian negara-negara dunia tentang eksplorasi minyaknya (diwilayah laut yang disengketakan).
Dan saat ini para menlu Uni Eropa sedang berkumpul untuk mempertimbangkan langkah-langkah selanjutnya, mereka ingin memastikan apakah semua ini hanya gertakan Erdogan agar Turki mendapatkan apa yang diinginkannya, atau akankah Erdogan akan benar-benar akan serius menindaklanjuti campur tangannya di Libya?
Ini mungkin berita lama
tetapi peran rusia di libya apakah sama seperti di suriah dan kenapa arab saudi,mesir dan UAE berpihak sama seperti russia di libya? Padahal di suriah, russia konflik secara proxy melawan saudi arabia,mesir dan UAE dan 80 negara lainnya
Serta dulu ketika russia masih berantem sama chechnya ama georgia apakah ada maksud agenda dibalik itu semua??,karena janggalnya georgia tidak dimasukin nato seperti finlandia atau ukraina dan sweden
Semua kejahatan perang yg ada di dunia ini sudah di atur oleh CIA dan FBI intelejen + mata mata dajjal paling mematikan (aljasasah) nama kerenya jadi tak perlu heran , apalagi bingung .
https://muslimmatters.org/2020/07/23/oped-the-treachery-of-spreading-bosnia-genocide-denial-in-the-muslim-community/