Organisasi Kesehatan Dunia WHO telah memperingatkan bahwa, terlepas dari risiko yang ditimbulkan oleh pandemi coronavirus yang sedang berlangsung, “kita tidak boleh lengah terhadap jenis virus influenza,” setelah muncul sebuah laporan dari China di Jurnal ilmiah AS PNAS. yang meningkatkan kekhawatiran akan ancaman flu babi baru.
“Kami akan membaca dengan seksama makalah ini untuk memahami apa ada hal yang baru,” kata juru bicara WHO Christian Lindmeier pada konferensi singkat hari Selasa dalam menanggapi penelitian baru dari China itu.
“(Kita) harus waspada dan melanjutkan pengawasan kita meski sedang dalam pandemi coronavirus.” Pernyataan WHO itu dikeluarkan setelah muncul sebuah penelitian yang diterbitkan Senin 29/6, yang menyebut adanya profil virus flu baru yang ditemukan pada babi di China, yang telah bermutasi dan menjadi lebih menular ke manusia, yang meningkatkan kekhawatiran potensi “pandemic virus baru” di beberapa wilayah di masa depan.
Peneliti China itu mempelajari virus influenza di antara populasi babi antara 2011 dan 2018, melakukan 30.000 tes Swab dari hewan itu di 10 provinsi, dan menemukan adanya 179 jenis virus flu babi, yang sebagian besar adalah jenis baru.
Studi ini menggambarkan babi sebagai “wadah pencampuran” yang penting bagi sebuah pandemi virus nfluenza, bahwa salah satu virus tertentu yaitu jenis “G4” dari H1N1, telah memacu munculnya “semua ciri penting dari sebuah pandemi virus baru”.
Virus G4 yang baru teridentifikasi itu adalah rekombinasi dari strain H1N1 yang diidentifikasi pada tahun 2009, dan jenis influenza babi yang telah ada sebelumnya. yang pada saat itu telah menyebabkan karantina besar di China
Dalam penelitian pada hewan, termasuk pada Musang yang respon imunnya seringkali sangat mirip dengan manusia, G4 ditemukan sangat menular, bisa mereplikasi dalam sel manusia yang dimasukinya dan menyebabkan gejala yang lebih serius dari yang diperkirakan.
Yang mengkhawatirkan adalah, pada pekerja peternakan pabrik babi ditemukan peningkatan kadar G4 dalam darah mereka, sementara kekebalan pada sel manusia setelah terpapar flu musiman tidak memberikan perlindungan terhadap G4.
Menurut tes antibodi yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian itu, telah lebih dari satu dari 10 pekerja yang menangani babi sudah terinfeksi G4.
Lebih buruk lagi, sekitar 4,4 persen dari populasi manusia yang diuji telah terpapar, ini menunjukkan bahwa virus itu telah berpindah dari hewan ke manusia, tetapi belum berpindahkan dari manusia ke manusia.
“Sangat mengkhawatirkan bahwa infeksi virus G4 pada manusia akan meningkatkan adaptasi manusia dan meningkatkan risiko pandemi manusia,” tulis para peneliti itu.
Juru bicara Kemenlu China Zhao Lijian mengatakan, pemerintahnya akan mengambil “semua langkah yang diperlukan untuk mencegah penyebaran virus apa pun.”
Namun, saat ini, tampaknya belum ada ancaman mendesak, katat Carl T. Bergstrom, profesor biologi di University of Washington.
“Apa yang ditulis dalam makalah itu adalah sesuatu yang penting bagi komunitas epidemiologis: Penelitian itu menunjuk pada virus yang harus kita awasi dengan cermat,” cetus ilmuwan itu tentang penelitian baru itu.
“Tetapi semua indikasinya adalah bahwa virus G4 harus mengalami beberapa perubahan evolusioner agar bisa menyebar dengan mudah antar manusia, dan itu mungkin tidak akan pernah terjadi.”
Memang, penulis penelitian menyerukan “pemantauan ketat pada populasi manusia, terutama para pekerja di industri babi,” tetapi tidak menyerukan tindakan yang lebih mendesak.