LAB DI AS KEMBANGKAN VARIAN BARU CACAR MONYET & COVID-19

Dalam rentang waktu seminggu sebelum artikel ini dirilis (22 Oct 2022), 2 tim peneliti yang berbeda di AS terungkap telah melakukan penelitian untuk menciptakan varian baru cacar monyet dan Covid-19. 

 

Sebuah laboratorium milik pemerintah AS di Maryland berencana menciptakan ‘cacar monyet’ jenis baru yang dalam uji coba pada tikus lebih mematikan. Dailymail.co.uk mengungkap.

Studi monkeypox terbaru itu didanai oleh National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID), yang merupakan badan penelitian dari National Institutes of Health (NIH) milik pemerintah AS.

Tim peneliti bermaksud ingin melengkapi ‘clade dominan’ yang ada saat ini, yang hanya bisa menyebabkan ruam dan gejala seperti flu, dengan gen dari strain lain yang bisa menyebabkan patogen parah.

Dalih yang dikemukakan adalah : “Mereka berharap eksperimen tersebut akan bisa mengungkapkan bagaimana gen yang berbeda bisa membuat cacar monyet lebih mematikan, guna memacu pengembangan obat dan vaksin yang lebih baik untuk manusia.

Tim peneliti itu juga beralasan, bahwa yang mereka lakukan ‘bukan untuk meningkatkan patogen’, karena menurutnya mereka lebih ke ‘mengganti mutasi alami’ daripada menciptakan jenis yang baru, yang hibridanya tidak lebih mematikan daripada clade yang ada.

Tetapi info itu akan mengejutkan banyak warga AS, bagaimana bisa penelitian semacam itu masih bisa terus berlanjut di AS, meskipun ada kekhawatiran bahwa sebelumnya, praktik serupa mungkin telah lama dilakukan yang memicu pandemic, hanya saja kali ini mereka mulai terbuka.

 

Metode penelitian

 


Tim peneliti dikota Maryland itu dipimpin oleh ilmuwan NIAID, Dr. Bernard Moss, MD, Phd, di kantor pusat NIAID di Bethesda.

Fase penelitian akan melibatkan ekstraksi lusinan gen dari virus ‘monkeypox clade 1’ yang lebih parah, dan memasukkannya ke dalam ‘virus clade 2’ yang lebih ringan.

Mereka kemudian akan menginfeksi tikus dengan virus hibrida itu, dan memantau bagaimana penyakit itu berkembang.

Pada awalnya tim peneliti mencoba metode sebaliknya, yaitu menukar material genetik di ‘clade’ yang kurang ganas untuk membuatnya kurang mematikan, dan dinamakan ‘clade-1’, tetapi menurut mereka tidak berhasil.

Wabah global cacar monyet saat ini, dipastikan didorong oleh clade-2, jenis cacar monyet Afrika Barat yang kurang mematikan, yang memiliki tingkat kematian kurang dari satu persen.

Clade-1, sementara ini bisa membunuh 1 dari 10 orang yang terinfeksi. Clade-1 bersasal dari di Republik Demokratik Kongo, dan terutama menyebar di Cekungan Kongo.

 

Hukum AS Merestui

Eksperimen yang jelas masuk katagori “gain of function research” dikota Maryland AS itu, sepertinya bisa bebas-bebas saja dari pengawasan, dimana sejak 2018 sepertinya sengaja diberi lampu hijau, dengan alasan : “saat itu monkeypox dianggap tidak memenuhi ambang batas untuk menjadi ‘potential pandemic patogen’ (PPP)“.

Ototiras kesehatan AS baru bisa mempertimbangkan mPox sebagai PPP, jika dianggap sebagai suatu patogen yang dapat ditularkan secara luas, dengan potensi penyebaran yang tidak terkendali dan sangat berbahaya.

Alasannya adalah, saat itu (2018), wabah cacar monyet hanya terjadi di Afrika, dan virusnya tidak mudah menyebar antar manusia. Kini, dengan meluasnya cacar monyet dimana lebih dari 26.000 kasus di AS, National Institutes of Health (NIH) berencana untuk mereview kembali penelitian tersebut.

Namun NIH berpendapat, studi tersebut mungkin masih belum memenuhi syarat sebagai ‘meningkatkan’ PPP, dengan dalih lain :  tim tersebut menggunakan mutasi yang ada.

 

Pendapat ahli lain

Menurut Dr Richard Ebright, ahli mikrobiologi di Rutgers University di New Jersey, berpendapat virus yang dimodifikasi itu bisa ‘menimbulkan risiko yang sangat tinggi’ bagi publik jika secara tidak sengaja bocor (dari lab), 

Dia mengatakan : ‘Virus cacar monyet yang dihasilkan laboratorium itu… akan lebih mematikan, dan dapat ditularkan (kemanusia), dan virus cacar monyet yang saat ini beredar pada manusia kemungkinan besar akan mengalahkan perlindungan vaksin, dan kemungkinan akan menyebar di luar populasi berisiko saat ini ke populasi umum.

 

Pengembangan Varian Covid baru di Universitas Boston

Sebelumnya, baru seminggu lalu, sekelompok peneliti di Universitas Boston AS, telah menciptakan varian baru virus SARS-CoV-2 (COVID-19), yang pada tikus percobaan, jauh lebih ganas daripada varian sebelumnya.

Menurut penelitian mereka yang (PDFnya) diterbitkan di Biologi preprint bioRxiv pada hari Jumat 13 Oktober 2022, para ilmuwan di Universitas Boston menggabungkan dua varian covid, dengan memasukkan ‘protein lonjakan’ yang digunakan oleh varian Omicron, ke virus asli SARS-CoV-2, strain yang pertama ditemukan di Wuhan pada akhir 2019.

Jika sebelumnya varian Omicron hanya menyebabkan “infeksi ringan dan tidak fatal” pada semua tikus yang diuji, varian mutan itu bisa “menimbulkan penyakit parah dengan tingkat kematian 80% (pada tikus yang diuji),” kata mereka.

This entry was posted in Extend, recent post, Semua Tentang Pandemi and tagged , , , . Bookmark the permalink.

3 Responses to LAB DI AS KEMBANGKAN VARIAN BARU CACAR MONYET & COVID-19

  1. Dadan Danial Sibel says:

    Aneh, virus penyakit kok sengaja diciptakan dan dikembangkan…padahal berbahaya.

    • Romi87 says:

      Dan kini malah dilakukan terang2an dibuka kepublik, dibilang hasilnya lbh mematikan untuk membuat teror biar mau terus dicus. Cus tanpa akhir.

  2. Yusuf Rohman says:

    Lho itu kan memang rencana mereka,satu dayung 2 pulau terlampaui,satu depopulisasi,dua bisnis vaksin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *