AS – CHINA KERJASAMA PENELITIAN STRAIN BARU VIRUS FLU BURUNG

 

Pemerintah AS bekerja sama dengan ilmuwan China telah menghabiskan $1 juta uang pajak warga AS, untuk mendanai eksperimen virus flu burung.

Menurut dokumen penelitian, riset ini melibatkan infeksi pada bebek dan angsa dengan jenis virus yang berbeda, untuk membuat mereka lebih menular, dan mempelajari potensi virus untuk bisa ‘melompat ke mamalia.’

Penelitian itu didanai melalui Departemen Pertanian AS (USDA), sementara studi kolaborasi dilakukan dikota Georgia (AS), Beijing (China), dan Edinburgh (Skotlandia).

Dokumen tersebut pertama kali diperoleh dan diungkap oleh kelompok “The White Coat Waste Project” (WCW), dan dibagikan kepada media Inggris DailyMail.

Makalah tersebut menunjukkan, pendanaan untuk penelitian virus unggas dimulai pada bulan April 2021, dan dijadwalkan berlanjut hingga Maret 2026, dengan obyek penelitian spesifik pada virus yang termasuk keluarga H5NX, H7N9 dan H9N2. 

Depertemen Pertanian AS (USDA) mengatakan, bahwa proyek tersebut diajukan pada tahun 2019 dan disetujui pada tahun 2020. 

Sebuah studi pada tahun 2023 menggambarkan, virus H5NX sebagai virus yang ‘sangat patogen’ dan mampu menyebabkan komplikasi neurologis pada manusia. 

Strain H7N9 pertama kali menginfeksi manusia dan hewan di Tiongkok pada bulan Maret 2013 dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa penyakit ini mengkhawatirkan ‘karena sebagian besar pasien mengalami sakit parah.’

Strain H9N2 telah ditemukan pada merpati di Tiongkok, dan meskipun patogenisitasnya lebih rendah dibandingkan strain lainnya, strain ini masih dapat menginfeksi manusia. 

Kolaborator utama dalam proyek ini adalah USDA Southeast Poultry Research Laboratory, Chinese Academy of Sciences, dan Roslin Institute di Universitas Edinburgh, mitra laboratorium di Wuhan. 

Selain itu, salah satu peneliti yang berkolaborasi dalam proyek ini adalah Wenju Liu, yang berafiliasi dengan WIV, yang diyakini telah memicu pandemi Covid, dan anggota dewan jurnal ilmiah bekerja sama dengan Zheng-Li Shi, yang dikenal sebagai ‘wanita kelelawar’ karena penelitiannya yang luas dalam virus corona pada kelelawar.

Berbagai aspek penelitian ini dijadwalkan akan dilakukan di berbagai lokasi, termasuk pusat penelitian unggas di Athena, Georgia, di Roslin Institute di Edinburgh, dan di akademi Tiongkok di Beijing.


 

Parlemen AS Minta Klarifikasi USDA

Delapan belas anggota Kongres menuntut jawaban dari Departemen Pertanian (USDA) mengenai proyek tersebut.

Senator Partai Republik Joni Ernst menulis surat kepada menteri pertanian AS, Tom Vilsack, untuk meminta informasi lebih lanjut tentang pendanaan penelitian yang sedang dilakukan departemen tersebut. 

Surat itu berbunyi: ‘Saya merasa sedih setelah mengetahui dari kelompok nirlaba “WCW”, bahwa USDA mendukung eksperimen yang melibatkan “virus flu burung yang sangat patogen” yang menimbulkan risiko bagi hewan dan manusia.

Senator Ernst mengatakan: ‘Kesehatan dan keselamatan warga AS terlalu penting untuk diabaikan begitu saja, dan USDA seharusnya lebih khawatir sebelum mengirimkan dana pembayar pajak untuk berkolaborasi dengan China dalam penelitian flu burung yang berisiko.

“Mereka seharusnya sudah tahu untuk mencurigai adanya “permainan unggas” itu, ketika ada kaitan dengan para peneliti yang memiliki hubungan dengan Lab Wuhan yang berbahaya, dan peralihan dari kelelawar ke burung saja sudah menimbulkan kekhawatiran, bahwa mereka menciptakan lebih banyak patogen yang berpotensi menjadi pandemi.” 

 

Sanggahan Departemen Pertanian AS

Sementara juru bicara Departemen pertanian AS (USDA), Allan Rodriguez, mengatakan, bahwa ‘peneliti internasional biasa melakukan penelitian independen yang memiliki tujuan akhir yang sama’, dan bahwa penelitian tersebut tidak bisa dogolongkan sebagai “gain-of-function” (mendapat sifat virus baru yang lebih berbahaya).

Rodriguez berkilah, bahwa dana $100 juta yang diberikan itu, ‘hanya ditujukan untuk komponen spesifik yang dilakukan oleh tim kami sendiri yang berlokasi di Athena, Georgia, dan tidak berkontribusi pada penelitian apa pun yang terjadi di Inggris atau China.’

‘Karena penyakit hewan merupakan ancaman global, adalah hal biasa bagi para peneliti internasional untuk melakukan penelitian independen yang memiliki tujuan akhir yang sama, namun apa yang diungkapkan Senator Ernst dalam suratnya jauh dari apa yang sebenarnya terjadi, dan yang lebih penting lagi, penelitian ini didasarkan pada persetujuan yang sudah ada sebelum pemerintahan (Biden) ini.’

 

This entry was posted in Extend, recent post, Semua Tentang Pandemi and tagged , , , , , , . Bookmark the permalink.

5 Responses to AS – CHINA KERJASAMA PENELITIAN STRAIN BARU VIRUS FLU BURUNG

  1. andrian says:

    apakah dulu sebelum corona pemerintah as juga bekerja sama dengan para ilmuwan china sebelum membuat virus seperti flu burung?

    • zn says:

      yep. salah satunya virus covid.

    • The admin says:

      Dalam video diatas Menteri pertanian AS, Tom Vilsack didepan Kongres dicecar, kenapa masih saja bekerja sama dengan China dalam penelitian virus yang berisiko (flu burung), padahal China telah melanggar kebijakan dana hibah dari AS yg malah dipakai untuk penelitian ‘gain of function’ (peningkatan kemampuan virus corona), menghalangi penyelidikan asal usul COVID, dan menolak memberikan data penelitian COVID di laboratorium Wuhan.

      • kalinin says:

        Hahaha, sandiwara aja mereka tuh ah. Walaupun katanya melanggar kebijakan dana hibah, toh juga tetep masih bekerja sama juga.
        Bisa dibilang sama aja mereka tuh, two sides of a same coin. Gak si asiong/aseng, gak si asing, sama2 bikin fugzin plan demit koit19

        • diki says:

          ya memang gitu, ga ada yang bisa kita harapkan, YM sudah menguasai segala bidang dan dari semua sisi ga dari barat atau timur merekaadalah dalang. Kita hanya bisa berdoa, dan melihat panggung sandiwara ini. Semoga kita penonton ga ikut jadi korban

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *