Korea Utara mengatakan pada hari Kamis bahwa AS hanya buang buang energinya” dengan mengadopsi sanksi sepihak terhadap mereka, dengan mengatakan bahwa tindakan tersebut hanya akan meningkatkan “stamina” Pyongyang dan selanjutnya membenarkan pengembangan senjata nuklir mereka.
Dalam sebuah artikel di Kantor Berita Pusat Korea utara yang dikelola negara yang ditulis oleh seorang juru bicara yang tidak disebutkan namanya dari Kementerian Luar Negeri mengatakan bahwa sanksi oleh “penjahat” AS itu “hanya akan melipat gandakan semangat gigih tentara dan rakyat kita untuk bersatu dalam kesatuan untuk mengikuti pemimpin mereka… dan hanya semakin meningkatkan kemampuan pertahanan diri Korea utara (DPRK). “
Juru bicara tersebut mengatakan bahwa uji coba rudal balistik antar benua Korea Utara yang kedua pada akhir Juli lalu “dimaksudkan untuk mengirim peringatan keras ke AS karena mereka akan menjadi ceroboh dan panik dan berakibat menderita kehancurkan dalam pertarungan habis-habisan “dengan Pyongyang, menurut harian Korea JoonGang.
Pyongyang menyarankan AS untuk memusatkan perhatian pada keamanannya sendiri dan berhenti “membuang energinya dengan membuat sanksi yang tanpa harapan.”
Sementara Rusia juga mendapat sanksi larangan mensuply gas alam ke Eropa yang dianggap perdana menteri Rusia sebagai perang dagang total (skala penuh)
Undang undang tersebut juga mengatur larangan bepergian ke Korea Utara mulai tanggal 1 September. Larangan tersebut akan berlangsung selama satu tahun kecuali dicabut oleh Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson.
Sebuah artikel dalam harian resmi Korut KCNA yang diterbitkan pada hari yang sama memperingatkan Korea Selatan bahwa mereka hanya akan “mengundang bencana perang nuklir” jika mau “menari dalam irama si psikopat Donald Trump.”
Mereka juga menuduh Korea selatan sebagai “otoritas boneka” jika mengakui sanksi sepihak mereka sendiri itu. Juga dikatakan, “bahkan tuan mereka AS pun menyadari bahwa mereka sedang dalam dilema karena sanksi dan tekanan militernya tidak dianggap oleh Korea utara.”