Pembicaraan tentang pengembalian tanah warga Palestina dari tangan Israel telah terjadi sejak 75 tahun lalu, sejak didirikannya negara Israel.
Namun, fakta yang terjadi makin jauh dari yang diharapkan, justru tanah yang dikuasai warga Palestian semakin hari semakin sedikit, hingga kini tersisa di 3 wilayah, Jalur Gaza, Tepi Barat sungai Yordan, dan Yerusalem timur.
Bahkan dalam perkembangannya, perang di Gaza yang dimulai 7 Oktober 2023, nampaknya juga mengarah pada pencaplokan Gaza. Berbagai isu pemindahan warga Gaza mulai dihembuskan untuk mengosongkan Gaza warga Palestina.
Kita ingin menyajikan akar maslah Palestina dan beberapa pendapat tentang masa warga Gaza, karena apa yang terjadi pada Gaza paska perang akan bisa dijadikan tolok ukur bagi masa depan Palestina dan warganya di 2 wilayah Palestina yang lain.
Akar Masalah
Disatu sisi, warga Palestina dan sebagian masyarakat dunia berpendapat, bahwa konflik Palestina – Israel harus dan hanya bisa diselesaikan dengan “solusi 2 negara”.
Sementara itu zionis Israel memiliki keyakinan, bahwa wilayah Israel bukan hanya akan meliputi Gaza, Tepi barat dan seluruh wilayah Yerusalem, tapi juga jauh lebih luas lagi, bahkan termasuk sebagain Mesir, sebagian Arab Saudi, sebagian Suriah dan sebagian Iraq. Keyakinan yang dikatakan sebagai “dari sungai Nil sampai Sungai Eufrat”.
Melihat 2 pandangan yang bertolak belakang itu, juga merujuk pada petunjuk Qur’an bahwa kembalinya umat Yahudi terakhir ke Palestina ditunggangi oleh Ya’juj & Ma’juj yang tidak bisa dikalahkan kecuali oleh Allah, maka bisa diprediksi bahwa serangan Israel ke Tepi Barat dan Yerusalem Timur hanyalah soal waktu.
Melihat perbedaan keyakinan diatas, Analisaakhirzman.com meyakini, rancangan solusi 2 negara itu hanya akan menjadi mimpi yang tidak akan pernah terlaksana sampai kiamat sekalipun.
Pandangan kita, kemungkinanyang akan kita saksikan kedepan, justru Israel akan merebut total seluruh wilayah Palestina termasuk Gaza, Tepi Barat dan bahkan Yerusalem Timur.
Hal ini karena Bait suci di Yerusalem timur diyakini Israel harus menjadi lokasi Ibukota baru Israel, dan harus menjadi lokasi pembangunan “the 3rd Temple”, istana yang akan disiapkan untuk al-Masih mereka.
Khusus untuk Gaza, saat ini ada banyak pendapat dilontarkan tentang masa depan warga Gaza paska perang, yang bisa dijacikan acuan bagi masa depan wilayah Palestina lain yaitu Tepi Barat dan Yrusalem Timur.
Negara Arab menolak pengungsi Palestina
Satu hal yang sudah menjadi rahasia umum di Timur tengah, namun jarang dibicarakan adalah, bahwa negara-negara Arab tetangga Palestina seperti Arab Saudi, Mesir dan Yordania, tidak mau menerima pengungsi Palestina.
Yordania beralasan sudah memiliki populasi pengungsi Palestina yang besar, sementara dari Mesir Presiden Abdel Fattah el-Sissi melontarkan penolakan lebih keras, dengan mengatakan bahwa langkah migrasi ke Mesir dapat merusak perdamaian di wilayah tersebut.
Raja Yordania, Abdullah II juga mengeluarkan pernyataan serupa, dengan mengatakan, “Tidak akan ada pengungsi di Yordania, dan tidak akan ada pengungsi di Mesir.”
Perang 6 hari 1967, antara Israel dengan 3 negara Yordania dan Suriah, menyisakan 300 ribu pengungsi Palestina memasuki Yordania.
Solusi Warga Palestina Menurut Nikki Haley
Politisi AS dari partai Republik, Nikki Haley yang terakhir menjadi dubes AS di PBB berpendapat beda. Pada awal perang direncanakan warga Gaza harus memasuki Mesir lewat pebatasan Rafa, tapi itu tidak terjadi karena Mesir tidak mau menerima.
“Mengapa Mesir tidak mau menerima mereka? Karena mereka tidak memastikan mana yang teroris dan mana yang bukan? Ini adalah keadaan yang menyedihkan, namun realitas ini sangat jelas terlihat di negara-negara Arab. Negara-negara Arab selalu berhati-hati, dan mengetahui ancaman yang dapat ditimbulkan oleh Iran,” katanya.
“Mereka tidak ingin proksi teroris mengejar mereka. Arab Saudi merasakan pengaruh Houthi dalam perjuangannya untuk Yaman. Mesir tahu persis apa yang bisa mereka lakukan.
Pada akhirnya, kemudian dia berpendapat bahwa warga Gaza harus pergi kenegara-negara yang pro Hamas, seperti Qatar, Iran atau Turki.
Menurut Menhan Israel
Menhan Israel, Yoav Gallant, Kamis 3 Januari 2024 menyampaikan rencananya untuk pemerintahan Gaza paska perang, dengan mengatakan bahwa baik Hamas maupun Israel tidak akan memerintah Gaza setelah perang berakhir.
Perang Israel di Gaza akan terus berlanjut sampai mereka berhasil mengamankan para sandera, dan memupus “kekuatan militer dan pemerintahan” Hamas, dan menghilangkan seluruh ancaman militer yang tersisa.
Garis besarnya, sebuah fase baru akan dimulai di mana “Hamas tidak akan menguasai Gaza lagi, hingga tidak ada lagi ancaman keamanan bagi warga Israel”, dan badan-badan Palestina akan mengambil alih pemerintahan diwilayah tersebut.
Israel berhak untuk beroperasi di dalam wilayah tersebut, namun “tidak akan ada kehadiran warga sipil Israel di Jalur Gaza setelah tujuan perang tercapai”.
Menurut Para Anggota Parlemen Israel
Ram Ben-Barak dan Danny Danon, dua anggota parlemen Israel, satu dari partai berkuasa Likud dan satu lagi dari partai oposisi Yesh Atid, mendesak komunitas internasional untuk menerima pengungsi Palestina dari Jalur Gaza.
Mesir dan Yordania, mengatakan mereka tidak akan menerima situasi apapun yang membuat warga Palestina terpaksa mengungsi dari rumah mereka.
Namun beberapa negara Eropa telah menyatakan penolakannya terhadap gagasan menerima pengungsi Gaza.
Pada pertemuan puncak Uni Eropa di Brussel pada bulan Oktober lalu, PM Hongaria Viktor Orban memperingatkan, bahwa “mereka yang mendukung migrasi artinya juga mendukung terorisme,” dan tak lama kemudian, PM Italia Giorgia Meloni menyatakan, bahwa negaranya akan memperketat kebijakan kontrol perbatasannya.
Kemungkinan Amerika Selatan dan Afrika
Anggota parlemen Israel (Knesset) lain, dan mantan dubes Israel di PBB, Danny Danon, 26 Desember lalu mengungkapkan, bahwa Israel telah menerima permintaan dari negara-negara yang bersedia menerima pengungsi dari Jalur Gaza.
“Saya telah menerima permintaan dari beberapa negara yang siap menerima pengungsi (Gaza), dan bahkan sudah ada yang menjalin kontak dengan Israel mengenai masalah ini, mereka adalah negara-negara dari Amerika Selatan dan Afrika, mereka ada yang meminta bayaran uang dan ada pula yang membuar permintaan yang lain,” katanya.
Mungkin inilah pengakhiran dari cerita dimana kekayaan sudah merusut dan titik api akan semakin saja akan meluas…
Emang bener dingr2 arab ga ada tuh unjuk rasa dukung palestina, para pemimpinnya jg ga mau nerima pengungsi palestina. trus gmn nasib mrk nanti kalo seluruh palestina dicaplok israel.
Mereka telah membuat rencana, dan Allah pun memiliki rencana, dan Allah adalah sebaik-baiknya pembuat rencana. Saya meyakini peristiwa ini menjadi pemantik kebangkitan Islam, insya Allah.
Ya Allah, ya Robb semoga bulan Ramadhan ini akan menjadi bulan keberkahan bagi umat Islam sedunia dan menjadi bulan kemenangan bagi rakyat Palestina, AL- FATIHAH…………………,🤲🤲🤲🤲🤲🤲