Pada Jum’at 1 Februari 2024 kemarin, Kongres AS telah menyetujui untuk memberikan bantuan ekonomi senilai $7,1 miliar kepada 3 negara kecil di Kepulauan Pasifik: Palau, Kepulauan Marshall, dan Republik Federasi Mikronesia, sebagai imbalan atas kehadiran militer AS.
Tapi sepertinya, kehadiran militer AS kali ini bukanlah untuk kembali melakukan serangkaian uji coba nuklir seperti yang dilakukan paska WW2, tapi sebagai persiapan strategis untuk menempatkan rudal nuklirnya guna menghadapi China.
Negara Palau, Kepulauan Marshall, dan Mikronesia berada dalam bentangan sekitar 4.000 km dilautan Pasifik, yang kali ini akan ditempati militer AS untuk membangun basis rudal dan radar, yang akan diarahkan ke China dalam WW3.
Kita menyajikan sejarah pendek dari 3 negara kepulauan kecil itu, terutama dalam kaitannya yang tampaknya tidak pernah lepas dari masalah nuklir. Juga ada video pendek pengalaman para serdadu yang dilibatkan sebagai “kelinci percobaan” atas dampaknya.
Transkrip video:
Kami tidak diberi tahu sebelumnya, jadi kami tidak tahu apa-apa. Kami hanya diberi tahu sedikit, yaitu jangan menatap kearah kilatan cahaya.
Bisa anda ceritakan ketika bom nuklir itu dijatuhkan?
Sesaat sebelum matahari terbit, kami dikelompokkan dalam beberapa regu. Saat itu kami sedang berada dikapal induk ‘HMS Warrior’. Kami diperintahkan untuk menghadap ke buritan kapal. Kami disuruh menutup mata kita dengan tangan, dan kami mematuhinya.
Bisa dibilang kita dalam situasi menakutkan tapi juga membingungkan. Saya kira itu sangat mengejutkan, dan semuanya dalam keadaan terdiam.
Ketika kilat menghantam, anda bisa melihat seperti foto ronsen dari tangan anda, meski mata anda terpejam.
Itu adalah sebuah kilatan cahaya yang menyilaukan, saya belum pernah mengalami yang seperti ini.
Disaaat tangan anda menutupi mata anda, anda bisa melihat tulang-tulang didalam tangan anda. Jika saat itu saya melihat anda, maka saya akan bisa melihat seluruh tulang ditubuh anda, akan bisa melihat seluruh saluran darah anda, dan yang lainnya.
Kemudian gelombang panas menghantam anda, dan ada seseorang yang badannya sebesar saya benar-benar terbakar dia melintas didepan saya. Ini benar-benar sebuah pengalaman yang tidak wajar, sungguh sangat aneh.
Ketika beberapa kawan ingin beranjak, tapi sekitar 30 detik kemudian terdengar ledakan yang membuat kami terpental dan terbang. Dan ada beberapa orang yang anggota badannya patah dan lebab, kami tidak percaya apa yang terjadi.
Setelah beberapa saat, kami diberi tahu sekarang boleh berdiri, dan kami melihat keatas kearah awan berbentuk jamur. Anda menyaksikannya dalam sudut 90 derajat, begitu besarnya jamur awan itu, bukan didepan anda tapi diatas anda, itu diatas anda.
Yang bisa kita saksikan adalah bola api raksasa yang membumbung, bola api sangat besar bergerak mengarah keatas bisa dibilang semacam badai petir.
Yang bisa saya ceritakan adalah awan itu bergerak berputar-putar, dan terus berputar.
Saya kira yang terjadi terlalu dahsyat bagi sebagian orang, sampai ada yang menangis memanggil-manggil ibunya.
Saat itu benar-benar sangat mencekam. Saya kira tidak ada pemikiran yang bisa menerima bahwa hal semacam itu boleh ada, itu benar-benar sangat dahsyat.
Sangat menakjubkan untuk dilihat, tapi saya tidak akan mau lagi untuk menyaksikan.
Selama periode 10 tahun, uji coba itu melibatkan 22.500 personel. Pada tahun 2013 saya perkirakan sekitar 18.500 dari kami telah meninggal, dan dalam laporan yang saya baca, tidak seorangpun yang meninggal secara wajar. Semuanya meninggal karena leukimia, kanker, dan berbagai jenis karsionomas.
Dan bagi pemerintah yang telah melakukan hal itu terhadap rakyatnya sendiri, itu merupakan tindakan yang memalukan.
Tentang Bikini Atol di Kepulauan Marshall
AS merebut pulau-pulau tersebut dari Jepang pada tahun 1944, dan akhirnya memberikan kemerdekaan kepada Kepulauan Marshall pada pada tahun 1979, namun tetap dalam “asosiasi bebas” dengan Amerika.
Di bawah sistem ini, bersama dengan Mikronesia dan Palau, Kepulauan Marshall memiliki pemerintahan sendiri, namun secara ekonomi sebagian besar masih bergantung pada AS, yang tetap mempertahankan kehadiran militernya.
Akibat puluhan uji coba nuklir yang dilakukan dikepulauan itu, pada tahun 1988, sebuah pengadilan internasional independen dibentuk, yang kemudian memerintahkan AS untuk membayar $2,3 miliar ke Kepulauan Marshall untuk biaya perawatan kesehatan dan pemukiman kembali.
Namun pemerintah AS menolak, dengan alasan bahwa kewajibannya berakhir ketika membayar $600 juta pada tahun 1990an.
Pada tahun 1998, AS menghentikanan layanan kesehatan bagi penduduk pulau yang terkena kanker, sehingga banyak orang mengalami kesulitan keuangan.
Tentang Uji Coba nuklir di Bikini Atol
Paska WW2, AS dan Inggris memutuskan untuk melanjutkan uji coba nuklir di Samudra Pasifik, tepatnya di Bikini Atoll di kepulauan Marshall, disamudera Pasifik.
Setelah penduduk setempat diungsikan, 67 uji coba nuklir dilakukan dari tahun 1946 hingga 1958, termasuk ledakan bom Hidrogen pertama pada tahun 1952.
Puluhan uji coba tersebut berdampak besar terhadap geologi dan lingkungan alam Bikini Atoll, serta dampak kesehatan orang-orang yang terpapar radiasi.
Dari dari tahun 1946 hingga 1958 dikepulauan Marshal dilakukan 23 kali uji coba nuklir, yang secara kumulatif setara dengan 7.000 kali kekuatan bom atom Hiroshima.
Berbagai uji coba nuklir tersebut mengubah berbagai aspek bagi Bikini Atoll dan Kepulauan Marshall, baik dari sisi perpindahan penduduk, dampak iradiasi dan kontaminasi pada manusia yang disebabkan oleh radionuklida, berbagai macam penyakit terutama kanker yang menghinggapi.
Namun laporan PBB pada tahun 2012 mengatakan bahwa dampak radiasi di Kepulauan Marshall bersifat jangka panjang dan telah menyebabkan “kontaminasi lingkungan yang hampir tidak dapat diubah”.
Penduduk Bikini Atoll yang sebelumnya dipindahkan kepulau lain, pernah dimukimkan kembali pada tahun 1969, tetapi kemudian dievakuasi lagi pada tahun 1978, setelah tingkat radiasi terdeteksi masih berlebihan.
Senator Parlemen Kepulauan Marshall, Jeton Anjain, menjelaskan dampak Castle Bravo, “Lima jam setelah ledakan, mulai turun hujan radioaktif di Rongelap. Atol itu ditutupi dengan zat halus berwarna putih seperti bubuk. Tidak ada yang tahu bahwa itu adalah dampak radioaktif. Anak-anak bermain di ‘salju’. Mereka memakannya.”
Uji coba kontroversial bom thermo nuklir ‘Castle Bravo’
Pada 1 Maret 1954, AS melakukan uji coba ledakan thermo nuklir terbesar yang dijuluki ‘Castle Bravo’ di Bikini Atoll. Uji coba ini dilakukan diatmosfer dengan kekuatan 1.000 lebih tinggi dari bom atom “Little Boy” yang dijatuhkan militer AS diJepang.
Debu radioaktif Castle Bravo tersebar ke atmosfer, dan ke atol sekitarnya. Tes ini lebih kuat dari perkiraan para ilmuwan. Arus laut, kondisi cuaca, dan pola angin berkontribusi terhadap penyebaran sampah dan puing-puing.
Dampaknya terdiri dari pecahan karang, air, dan partikel radioaktif, menyebar ke atmosfer dalam bentuk kepingan salju abu-abu. Jejak bahan radioaktif itu bahkan ditemukan sampai ke beberapa wilayah Jepang, India, Australia, Eropa, dan AS.
Uji coba ’Castle Bravo’ telah menjadi bencana radiologi terburuk dalam sejarah uji coba nuklir AS.