Sebuah dokumen pemerintah AS yang baru-baru ini dirilis oleh WikiLeaks telah mengungkapkan peran langsung AS dalam merencanakan untuk melemahkan elemen “demokratis” diSuriah lewat apa yang disebut “revolusi” Suriah yang dimulai tahun 2011 , dan untuk memastikan terbentuknya dominasi kelompok Sunni yang otoriter dan sektarian dalam tubuh oposisi Suriah.
Dokumen yang ditulis oleh Departemen Intelijen Korps Marinir Amerika Serikat (USMC) pada akhir 2011 itu lebih lanjut menegaskan bahwa memperkuat kelompok-kelompok radikal Sunni ini atas kelompok demokratis dan sekuler adalah ideal bagi kepentingan Amerika Serikat dan sekutu regionalnya, dan juga memastikan pennggantian kepemimpinan dan pemerintahan sekuler Suriah , dan ini akan mengurangi pengaruh regional Iran.
Dengan kata lain, AS secara terbuka mendukung kekuatan oposisi demokratis di Suriah untuk menghadapi Iran dan pengaruhnya atas “poros pertahanan” Timur Tengah yang dianggap menghalangi agenda imperialistik AS dan sekutu regionalnya seperti Arab Saudi dan Israel.
Menurut dokumen itu, yang belum terungkap dalam rilis WikiLeaks sebelumnya dan baru belum ama ini ditemukan oleh jurnalis Dr. Nafeez Ahmed, dikatakan bahwa intelijen militer AS sangat menyadari bahwa gerakan oposisi Suriah pada tahun 2011 tidak menimbulkan “ancaman yang berarti terhadap rezim (Suriah)”, Mengingat bahwa hal itu sangat rentan dan menglamai kendala besar. Dokumen Ini juga mencatat bahwa” pemberitaan demonstrasi (terhadap pemerintah Suriah) terlalu dibesar-besarkan, meskipun begitu fihak oposisi telah cukup sukses dalam mempengaruhi berkembangnya “narasi” tentang oposisi Suriah untuk kemudian disebarluaskan ke agen2 media besar. ”
Narasi itu kemudian dipropagandakan oleh beberapa pemerintah asing, termasuk AS, Inggris, Turki, dan Prancis , dengan tuduhan palsu bahwa demonstrasi (pada 2011) itu terjadi sangat besar dan melibatkan sebagian besar pendemo damai, yang “bangkit” melawan pemerintah “otokratis” yang dipimpin oleh Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Dokumen ini, serta bukti substansial yang telah muncul selama beberapa tahun terakhir, menunjukkan bahwa “narasi” yang menyatakan tentang “pemberontakan damai” yang berusaha untuk membangun Suriah yang “sekuler” dan “demokratis”, itu adalah tidak pernah benar, karena bahkan intelijen militer AS pun tahu bahwa pemberitaan mengenai demontrasi “damai” (2011) itu sangat dilebih-lebihkan.
AS Meminta Turki Untuk Melaksanakan Operasi Kotornya
Mengingat bahwa intelijen Korps Marinir AS (USMC) menganggap gerakan oposisi Suriah pada tahun 2011 menjadi kekuatan yang tidak efektif untuk menurunkan Assad sebagai pemimpin Suriah, dokumen tersebut mencatat pentingannya AS untuk meminta Turki untuk “mengatur” upaya untuk mendestabilisasi kepemimpinan pemerintahan Assad , karena Turki “adalah negara yang dalam jangka panjang akan paling banyak memanfaatkan Suriah. dan memiliki kepentingan dalam untuk membuat wilayah ini kembali ke pemerintahan Sunni.”
Upaya-upaya yang akan dipimpin Turki adalah akan secara bertahap membangun “hubungan dengan kelompok-kelompok (pemberontak) di dalam Suriah, terutama berfokus pada sisa-sisa kelompok Ikhwanul Muslimin dalam mencoba untuk membentuk kekuatan politik Islamis yang layak di Suriah yang akan beroperasi di bawah payung Ankara.”
Saat yg ditunggu itu akhirnya datang juga, ketika Tentara pembebasan Suriah (FSA/pemberontak Suriah) yang didukung Turki yang sebelumnya dipromosikan sebagai kekuatan utama oposisi “demokratis” Suriah tetapi sekarang dikenal sebagai kelompok sektarian radikal, masih menerima perintah langsung dari Ankara.
Dokumen ini mendukung upaya-upaya “memecah belah” guna membentuk elemen oposisi Suriah 2011 yang akan menjadi kekuatan boneka “Islamis” Turki guna mendukung “pelemahan Assad yang terus berkuasa di Suriah” , dan juga karena “Turki, AS, Arab Saudi, Mesir, dan lainnya memiliki kepentingan bersama dalam upaya untuk secara serius melemahkan pijakan Iran di kawasan teluk dan mengubah arah dan pengaruh politik dan militer Hizbullah di Lebanon.”
Yang juga penting adalah fakta bahwa intelijen USMC pada saat itu juga sadar bahwa upaya-upaya untuk melemahkan pemerintah Suriah saat ini akan memiliki dampak bencana bagi negara dan penduduk sipilnya. Dokumen ini pada dua bagian terpisah menyatakan bahwa Pertama , bahwa “setiap transisi politik di Suriah untuk menggeser klan Assad kemungkinan akan berakibat menjadi konflik sipil yang berkepanjangan, dan berlarut-larut” dan bahwa “jalan menuju perubahan rezim akan menjadi panjang dan berdarah. “
Dengan demikian, tidak hanya fihak intelijen militer AS yang meragukan kekuatan demokratis dan sekuler diantara oposisi Suriah, tapi juga disadari bahwa upaya yang didukung AS untuk menjatuhkan Assad akan memiliki konsekuensi “berdarah” bagi warga sipil di Suriah.
Pengakuan ini secara dramatis mematahkan klaim AS di masa lalu dan saat ini bahwa mereka peduli dengan warga sipil Suriah dan peduli atas “seruan mereka untuk bebas” dari Assad. Dan hanya kepada mereka jika proyek mereka untuk melemahkan pijakan Iran diSuriah berhasil.
Dukungan Washington untuk masa depan otoriter Suriah dapat menjadi kejutan bagi beberapa orang, mengingat bahwa AS telah secara terbuka mempropagandakan narasi “revolusi demokratik” di Suriah dari tahun 2011 hingga aat ini, dan menggunakan propaganda itu guna pembentukan pemerintahan demokrasi sekuler yang “baru” di Suriah sebagai alasan bagi agenda sebenarnya untuk menggulingkan pemerintahan yang dipimpin Assad saat.