Marinir AS telah diperingatkan untuk siap menghadapi pertarungan besar-besaran (“Big ass Fight”) di tengah meningkatnya ketegangan AS dengan Rusia dan Korea Utara.
Komandan Korps Marinir Robert Neller menyampaikan prediksi yang mengejutkan dalam briefing dengan tentara AS yang ditempatkan di Norwegia , dia mengatakan kepada mereka bahwa akan “ada perang yang akan datang.”
Peringatan itu dikeluarkan Robert Neller pada hari Kamis sehari sebelum Menteri Pertahanan Jim Mattis mengatakan kepada pasukan di Fort Bragg, North Carolina, bahwa ada “awan badai yang berkumpul” di atas Semenanjung Korea.
Neller mengatakan militer AS harus mengalihkan fokusnya dari Timur Tengah ke Eropa Timur, dengan alasan bahwa konflik antara Rusia dengan Ukraina dan Georgia sebagai pembenaran.
“Saya harap saya salah, tapi ada perang yang akan datang,” kata Neller. “Anda bertarung di sini, pertarungan informasi, pertengkaran politik, atas kehadiran Anda.”
Sementara itu didepan para marinir itu, Sersan Mayor Ronald green menguatkan prediksi Neller yang suram itu dengan menambahkan bahwa “Mereka (Rusia) sedang mengawasi kita. Sama dengan anda, mereka juga sedang mengamati anda , mereka mengawasi Anda”.
“Kita punya 300 marinir di sini, tapi kita bisa meningkatkan t dari 300 menjadi 3.000 hanya dalam semalam.
Berbicara di depan pasukan di pangkalan militer Norwegia di dekat Trondheim, Neller mengatakan: “Saya pikir mungkin fokusnya, fokus yang dimaksud bukanlah di Timur Tengah. “Fokusnya lebih besar di Pasifik dan Rusia.”
Kedatangan Neller dan Green di Norwegia bertepatan dengan meningkatnya ketegangan antara AS dan sekutunya NATO dan Rusia.
Menurut Military.com, Rusia telah memperingatkan Norwegia bahwa keputusannya untuk menjadikan negaranya basis militer baru pasukan AS sampai akhir 2018 akan berdampak negatif terhadap hubungannya dengan Rusia.
Pada selasa lalu 26/12 pasukan Rudal Strategis Rusia melakukan uji coba rudal balistik antarbenua TOPOL RS-12M dari pusat latihan gabungan Kapustin Yar di Wilayah Astrakhan,” kata Kementerian Pertahanan Rusia.
“Peluncuran ini ditujukan untuk menguji persenjataan perspektif rudal balistik antar benua,” kata kementerian tersebut. “Selama uji coba para spesialis mengambil data eksperimen yang akan digunakan untuk kepentingan pengembangan guna mengatasi pertahanan anti rudal balistik,” kata Kementerian Pertahanan Rusia.
AS menjadikan basis militernya diSuriah menjadi kamp pelatihan untuk kelompok militan , termasuk mantan pejuang ISIS yang melarikan diri dari Raqqa, kata kepala Staf Umum Rusia, Valery Gerasimov, mengutip data yang diperoleh dengan pengawasan udara.
Pasukan AS telah secara efektif mengubah basis militer mereka di dekat kota al-Tanf di tenggara Suriah menjadi sebuah kamp pelatihan teroris, Gerasimov mengatakan dalam sebuah wawancara dengan harian Komsomolskaya Pravda Rusia pada hari Rabu.
“Menurut data satelit dan data surveilans lainnya, kelompok teroris ditempatkan di sana. Mereka berlatih secara efektif di sana, “kata Gerasimov, saat ditanya tentang apa yang terjadi di pangkalan tersebut.
Jenderal tersebut juga mengatakan bahwa AS telah menggunakan sebuah kamp pengungsi di timur laut Suriah, di luar kota Al-Shaddadah di provinsi Al-Hasakah, sebagai kamp pelatihan untuk sisa-sisa kelompok teroris ISIS, termasuk yang dievakuasi dari Raqqa, dan para militan lainnya.
Helikopter AS mengevakuasi komandan kelompok ISIS dari beberapa distrik di provinsi Deir ez-Zor di Suriah timur pada hari Rabu, Kantor Berita Arab Suriah SANA melaporkan mengutip informasi yang diterima dari penduduk setempat.
Menurut kantor berita SANA, helikopter AS mengevakuasi para komandan IS dari provinsi Deir ez-Zor ke provinsi Al-Hasakah di timur laut Suriah. Menurut sumber informasi, ini adalah kali kedua AS mengevakuasi petinggi teroris ISIS.
Awal pekan ini, pemerintah Suriah mengirim sebuah pesan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menuduh koalisi pimpinan AS membuat kesepakatan dengan ISIS dan mengkoordinasikan tindakannya ini dengan kelompok teroris tersebut.
Pada tanggal 14 November, BBC melaporkan bahwa koalisi pimpinan AS dan sekutunya telah melakukan serangan yang memungkinkan sekitar 250 militan IS dan sekitar 3.500 anggota keluarga mereka meninggalkan kota Raqqa pada bulan Oktober.
Rusia tidak memiliki bukti untuk membuktikan keterlibatan koalisi pimpinan AS dalam evakuasi militan dari Raqqa namun masalah ini tetap harus dipertimbangkan, kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengomentari laporan BBC pada 16 November.
Pada hari Kamis Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyatakan bahwa pasukan AS harus meninggalkan Suriah.
Berbicara kepada kantor berita Interfax Lavrov menyatakan bahwa Dewan Keamanan PBB tidak menyetujui apa yang dilakukan Amerika Serikat dan koalisinya di Suriah, yang tidak diundang oleh pemerintah sah Suriah.
Menimbang pernyataan Menteri Pertahanan AS James Matisse tentang niat tentara AS untuk tinggal di Suriah sampai mencapai kemajuan dalam penyelesaian politik, Lavrov mengatakan bahwa pernyataan tersebut “mengejutkan” karena ini berarti Washington berhak menentukan masa depan Suriah dan ingin tetap menguasai sebagian wilayah Suriah untuk mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya.
Menteri Rusia tersebut menegaskan bahwa menurut resolusi DK PBB No.2254, yang didukung oleh Amerika Serikat bahwa keputusan mengenai masa depan Suriah hanya dapat ditentukanl oleh orang-orang Suriah dan hal inilah yang akan pakai Moskow untuk mengawali pembicaraan dengan Amerika nanti.
Dia juga menyatakan kepuasannya jika kerja sama dengan AS di Suriah hanya mungkin jika tujuan Amerika adalah untuk memerangi terorisme.
Misi anti-teroris harusnya tidak digunakan untuk tujuan menggulingkan pemerintah, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan kepada RT, menambahkan bahwa Moskow prihatin dengan laporan terbaru tentang pelatihan mantan teroris oleh AS di Suriah.
“Upaya untuk mendapatkan keuntungan dari upaya yang bertujuan anti-teroris seharusnya bersifat umum, terpadu dan tanpa standar ganda , itu sangat mengganggu,” kata Lavrov. Tujuan ini tidak boleh digunakan untuk mengejar agenda sendiri, termasuk “mengganti rezim yang tidak diinginkan,” tambahnya.
Berbicara mengenai perundingan Rusia-AS mengenai deeskalasi militer di Suriah, Lavrov mengatakan bahwa dia memiliki “perasaan campur aduk” tentang komitmen mitranya dari pihak barat (AS dan sekutu) atas proses perdamaian Suriah.
“Rex Tillerson bsering mengatakan kepada saya bahwa tujuan utama AS di Suriah adalah mengalahkan ISIS tapi sekarang semakin tidak jelas,” sang menlu menambahkan. Sebaliknya, malah sekarang pasukan tersebut dikatakan akan tetap ditempatkan di Suriah sampai dimulainya proses politik atau seperti yang diklaim beberapa pejabat AS sampai proses pengunduran diri Presiden Suriah Bashar Assad.
Seperti yang Lavrov katakan, “adanya informasi yang mengatakan bahwa beberapa pangkalan militer AS di Suriah telah mulai melatih para militan termasuk mantan anggota kelompok teroris, tentu saja sangat memprihatinkan.”
Pada awal Desember, Pusat Rekonsiliasi Rusia untuk Suriah mengeluarkan sebuah pernyataan yang menuduh koalisi pimpinan AS telah menciptakan apa yang disebut ‘Tentara Suriah Baru’. Kelompok yang diduga terdiri dari sisa-sisa ISIS, Front Al-Nusra dan militan lainnya, dan berbasis di sebuah kamp pengungsi di timur laut Syria yang terletak 20 kilometer dari kota Al-Shaddadah. Para pengungsi lokal yang kembali ke daerah yang telah dibebaskan dari ISIS, mengatakan bahwa kamp pengungsi tersebut telah digunakan oleh koalisi (AS) sebagai tempat pelatihan bagi militant, setidaknya selama enam bulan terakhir.
Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat memberlakukan sanksi baru terhadap Korea Utara pada hari Jumat atas uji coba rudal balistik antar benuanya baru-baru ini,
Sanksi ini akan membatasi akses Korea utara atas impor produk minyak bumi dan minyak mentah dan pendapatannya dari pekerja di luar negeri. Resolusi PBB ini akan melarang hampir 90 persen ekspor minyak sulingan ke Korea Utara dengan membatasi pada angka 500.000 barel per tahun. Selain itu juga menuntut pemulangan orang Korea Utara yang bekerja di luar negeri dalam waktu 24 bulan, bukan 12 bulan sebagaimana saat pertama diusulkan.
Resolusi yang disusun AS ini juga membatasi pasokan minyak mentah ke Korea Utara sebesar 4 juta barel per tahun dan akan dilakukan pengurangan lebih lanjut jika Korea utara melakukan uji coba nuklir lagi atau meluncurkan ICBM lainnya.
Dalam sebuah pernyataan oleh kantor berita Korut KCNA, kementerian luar negeri Korea Utara mengatakan bahwa Amerika Serikat ketakutan dengan kekuatan nuklirnya dan semakin “hiruk-pikuk dalam tindakan untuk memberlakukan sanksi dan tekanan terberat di negara kita”.
Resolusi baru itu sama saja dengan blokade ekonomi total terhadap Korea Utara , kata kementerian tersebut.
“Kami memaknai ‘resolusi sanksi’ yang ditunggangi oleh AS dan para pengikutnya ini sebagai pelanggaran berat atas kedaulatan Republik kita, sebagai tindakan perang yang melanggar perdamaian dan stabilitas di semenanjung Korea dan wilayah tersebut dan secara kategoris kami menolak ‘resolusi’ itu,”
“Tidak ada lagi kesalahan fatal atas salah perhitungan yang dilakukan AS dan para pengikutnya dengan sanksi yang sudah usang” ini. Kemajuan dan kemenangan adalah bagi rakyat kami yang telah dengan cemerlang telah menjadi alasan historis untuk menyempurnakan kekuatan nuklir negara kami”, Kata kementerian luar negeri Korut itu.
H.R. McMaster seorang Penasihat keamanan nasional Presiden Donald Trump telah mengambil sikap yang sangat berani terhadap Korea Utara dengan yang mengarah kemungkinan terburuk yaitu perang habis-habisan melawan Korea utara.
Ditanya oleh BBC pada hari Selasa apakah AS berkomitmen untuk melakukan resolusi damai atas krisis Korea Utara, tanpa tedeng aling aling McMaster mengatakan “Kami tidak berkomitmen untuk melakukan resolusi damai,” Tapi “Kami berkomitmen untuk sebuah resolusi.” kata McMaster.
Dia menambahkan: “Kami ingin resolusi tersebut adalah resolusi damai, tapi seperti yang dikatakan presiden, semua opsi ada di meja. Dan kita harus siap jika perlu untuk memaksa denuklirisasi Korea Utara tanpa kerja sama dengan rezim itu . ”
Dari tujuh kemungkinan tindakan untuk krisis Korea Utara yang disiapkan untuk Kongres oleh para pemikir internal, denuklirisasi dengan kekerasan adalah salah satu yang paling keras dan paling berbahaya.
Dalam komentar terpisah untuk “PBS NewsHour” pada hari Senin kembali McMaster menyatakan keyakinannya bahwa peluang perang dengan Korea Utara berkembang setiap hari. “Kami memiliki waktu yang sangat singkat untuk bisa mengatasi masalah ini,” katanya.
Sementara itu, Menteri Pertahanan AS James Mattis telah mengungkap info dari pejabat keamanan nasional bahwa meskipun ada klaim dari Korut tapi diyakini Korea Utara belum mampu menyerang AS dengan senjata nuklir.
Meskipun beberapa ahli telah menghitung bahwa rudal balistik antarbenua Korea Utara bisa mencapai bagian manapun dari AS dengan perangkat nuklir 1.000 kilogram tapi bebrapa fihak lain termasuk Mattis tetap meragukan.
Intinya rudal itu mungkin bisa saja mengirim hulu ledak nuklir yang berat sampai ke AS, namun kemampuannya untuk menghindari pertahanan rudal AS dan berfungsi dengan baik belum bisa dipastikan.
Senin kemarin Amerika Serikat memveto resolusi DK PBB yang didukung oleh 14 anggota yang meminta Presiden Donald Trump untuk membatalkan deklarasi Yerusalem-nya sebagai ibukota Israel.
Isi Resolusi yang diveto AS adalah menuntut agar semua negara mematuhi 10 resolusi tentang Yerusalem yang dikeluarkan pada tahun 1967, termasuk persyaratan bahwa status akhir kota Jerusalem diputuskan dalam perundingan langsung antara Israel dan Palestina.
Amerika Serikat dengan yakin memveto resolusi yang disponsori Mesir tersebut, namun pendukung Arabnya menginginkan untuk dilakukan pemungutan suara untuk menunjukkan bahwa banyak Negara dan bahkan banyak sekutu AS seperti Inggris, Prancis dan Jepang juga menentang tindakan Trump itu.
Fihak Palestina dengan segera mengumumkan bahwa mereka akan mencari resolusi dengan tuntutan serupa di Majelis Umum PBB yang beranggotakan 193 negara itu agar tidak ada hak veto. Tapi tidak seperti Dewan Keamanan, resolusi majelis tidak mengikat secara hukum. Duta Besar Palestina Riyad Mansour mengatakan kepada wartawan setelah bertemu dengan presiden Majelis Umum PBB bahwa dia mengharapkan dilakukan pemungutan suara minggu ini.
Utusan Palestina itu mengatakan bahwa dia mengharapkan “dukungan yang luar biasa” yang menyerukan kepada pemerintahan Trump bahwa masyarakat internasional tidak menerima posisi AS itu yang melanggar hukum internasional dan resolusi Dewan Keamanan dan Majelis Umum.
Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley menyebut resolusi Dewan Keamanan itu sebagai “sebuah penghinaan” yang tidak akan dilupakan, dengan mengatakan bahwa PBB telah memaksa AS untuk mengeluarkan hak veto hanya karena haknya untuk menentukan kemana harus menempatkan kedutaan besarnya.
Dia mengatakan veto ini adalah yang pertama dikeluarkan AS dalam lebih dari enam tahun , yang dilakukan “dalam rangka membela kedaulatan Amerika dan untuk membela peran Amerika dalam proses perdamaian Timur Tengah.”
Dalam konferensi darurat Organisasi Konferensi Islam (IOC) yang membahas Jerusalem pada hari Rabu Presiden otoritas Palestina Mahmoud Abbas, Presiden Iran Hassan Rouhani dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan persatuan di antara negara-negara Muslim dalam menentang pengakuan AS atas Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Namun sayangnya beberapa Negara Muslim nampaknya tidak kompak dalam melawan kebijakan Trump itu, Para pemimpin tertinggi Arab Saudi, Mesir, Bahrain, dan Uni Emirat Arab tidak hadir. Saudi Arabia dan Mesir hanya mengirim menteri luar negerinya.
Delapan belas kepala negara menghadiri pertemuan tersebut, termasuk Azerbaijan, Qatar, Afghanistan, Indonesia, Bangladesh, Kuwait, Lebanon dan Yordania. Selain itu hadir juga perdana menteri Malaysia dan Pakistan ke Istanbul. Pemimpin beberapa negara kecil seperti Yaman, Somalia dan Libya juga hadir.
Analis dari Jerusalem post menganggap situasi ini mencerminkan munculnya aliansi baru diTimur tengah . Para pemimpin tetinggi keempat Negara Muslim itu tidak hadir diperkirakan karena hadirnya Iran di Konferensi darurat OKI itu.
Tidak mengagetkan soal tidak hadirnya beberapa Pemimpin tertinggi negara Arab itu karena beberapa hari sebelum pengumuman Trump itu kita sudah tulis adanya pembicaraan terselubung antara penasehat senior sekaligus menantu Donald Trump Jared Kushner dengan Pangeran Muhammad bin Salman soal Nasib palestina dan Jerusalem khususnya.
Korea utara telah memperingatkan bahwa kemungkinan penerapan blokade maritime oleh AS akan mengarah pada langkah-langkah “tanpa ampun dari upaya bela diri”, dikatakan kantor berita KCNA Korea Utara mengutip juru bicara kementerian luar negeri.
Menurut KCNA Pyongyang mendesak Presiden AS Donald Trump agar tidak memaksakan blokade maritim, karena langkah tersebut akan menjadi “langkah yang sangat berbahaya dan besar kemungkinan menuju perang nuklir.” Tanggapan Pyongyang muncul di tengah meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea setelah peluncuran rudal Korea Utara pada akhir November lalu.
Sementara itu pada hari ini saat konferensi pers tahunannya Presiden Rusia Vladimir Putin meminta Amerika Serikat dan Korea Utara untuk berhenti memperparah krisis, dia juga menambahkan bahwa mempertimbangkan sanksi internasional yang lebih berat terhadap Korea Utara hanya akan makin “kontraproduktif”.
Pada hari rabu kemarin Menteri Intelijen Israel Yisrael Katz, mengatakan kepada sebuah situs berita Saudi (Elaph news) bahwa jika Hizbullah memulai perang dengan Israel akan berdampak dengan hancurnya Lebanon.
“Kali ini seluruh Lebanon akan menjadi target,” kata Katz kepada Elaph News.
“Apa yang terjadi pada tahun 2006 hanya merupakan piknik dibandingkan dengan apa yang bisa terjadi … Saya katakan Libanon akan kembali ke zaman batu,” ancamnya.
Ancaman Katz terjadi beberapa hari setelah Hizbullah mengadakan demonstrasi besar-besaran di Beirut selatan untuk memprotes keputusan Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Selama demonstrasi tersebut Sekretaris Jenderal Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah, mengatakan kepada kerumunan besar massa bahwa “perlawanan akan menang atas pasukan Israel” , terlepas dari agresi yang terakhir.
Rusia dan Cina lakukan Latihan latihan pertahanan udara enam hari yang dijuluki “Aerospace Security – 2017” dimulai di Beijing pada hari Senin 13/12. Menurut Kementerian Pertahanan China, mereka akan meningkatkan kerja sama antara angkatan bersenjata kedua negara dan menjamin keseimbangan kekuatan strategis di Pacific Rim.
Misi utama latihan ini adalah merencanakan operasi tempur bersama dengan mengorganisir pertahanan rudal udara, melakukan operasi dan dukungan peluncuran rudal bersama, merespon serangan rudal balistik dan penghadangan rudal yang melalui wilayah dua negara.
Ini adalah latihan kedua yang diadakan di Beijing setelah yang pertama pada 2016. Pada latihan Kali ini mereka menganggapnya sebagai peningkatan sikap pragmatis dan saling pengertian yang penting dalam hal meningkatkan kerjasama Rusia-China dalam pertahanan udara kedua Negara. Kementerian China melaporkan. China dan Rusia sedang menghadapi sistem pertahanan udara global, dan angkatan bersenjata kedua negara akan memperkuat kerja sama demi keamanan bersama guna mendukung keseimbangan regional.
Latihan tersebut tidak ditujukan untuk menyerang negara-negara ketiga tapi ditujukan untuk memperkuat saling pengertian dan kerjasama antara kedua negara. Latihan pertahanan udara pertama yang melibatkan sistem komputer Rusia-Cina pernah diadakan pada mei 2016 dengan nama “Airspace security Angkasa – 2016” yang didukung Pusat Penelitian Institut Angkatan Bersenjata Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah melakukan kunjungan mendadak ke sebuah pangkalan udara Rusia di Suriah dan memerintahkan pasukannya untuk mulai menarik diri dari Suriah.
TV pemerintah Suriah melaporkan bahwa Presiden Suriah Bashar al-Assad telah menemui Putin di Pangkalan Udara Khmeimim, sebelah tenggara Latakia,
Senin pagi. Kantor berita negara Rusia Novosti mengutip Putin yang mengatakan bahwa “secara umum, tugas tempur di wilayah ini telah selesai dengan dibasminya teroris sepenuhnya “.
Putin singgah di Suriah dalam perjalanan ke Mesir, di mana dia bertemu dengan Presiden Abdel Fattah el-Sisi hari Senin.
Sebagai sekutu utama pemerintah Suriah dalam perang tersebut, Rusia memulai intervensi pada bulan September 2015 setelah mendapat permintaan resmi dari pemerintah Suriah untuk mendapatkan bantuan militer melawan kelompok pemberontak.
Sejak saat itu Rusia melakukan serangan udara terhadap kelompok-kelompok yang menentang pemerintah, termasuk Koalisi Nasional Suriah, kelompok ISIS, Front al-Nusra, dan lain-lain.
Gubernur Provinsi Damaskus Alaa Ibrahim mengatakan bahwa lebih dari 4000 pemuda dari daerah Al-Keswa di pinggiran Damaskus yang status hukumnya telah jelas (bukan anggota teroris) telah mendaftar untuk ingin bergabung dengan jajaran angkatan bersenjata Suriah.
Ucapan Ibrahim dikemukakan dalam sebuah pertemuan di wilayah Al-Keswa dengan sejumlah tokoh sipil dan pejabat resmi dan sejumlah besar penduduk al-Keswa yang ditugaskan atau berada dalam dinas militer terkecuali para dodgers (pengkhianat perang).
Pertemuan tersebut diadakan atas prakarsa lokal dan dalam rangka meningkatkan rekonsiliasi lokal.
Pada tahun 2016, area Al-Keswa bersama dengan sejumlah desa di sekitarnya di selatan Damaskus telah mengalami pencapaian rekonsiliasi lokal yang komprehensif, di mana daerah-daerah telah tersebut dibersihkan dari senjata dan militan dan status hukumnya telah dikembalikan sebagai milik negara.
Sebuah pesawat Rusia telah diterbangkan untuk menghentikan jet tempur AS yang usil karena mencoba campur tangan dengan mengganggu operasi anti-teroris yang dilakukan Rusia, kata Kementerian Pertahanan Rusia. Yang juga menuduh AS memprovokasi dengan mendekati jet Rusia di Suriah.
Sebuah pesawat tempur AS F-22 berupaya mencegah dua pesawat tempur Su-25 Rusia untuk mengebom sebuah basis ISIS di barat sungai Eufrat pada tanggal 23 November, menurut kementerian tersebut. Juru bicara kementerian tersebut, Mayor Jenderal Igor Konashenkov menggambarkan episode ini sebagai contoh lain dari pesawat AS yang berusaha mencegah pasukan Rusia melakukan serangan melawan ISIS.
F-22 AS meluncurkan pelontar suar dan menggunakan airbrakes sambil terus-menerus melakukan manuver di dekat jet tempur Rusia meniru pertarungan udara, “kata Konashenkov. Dia menambahkan bahwa jet AS baru menghentikan manuver berbahaya hanya setelah jet tempur Su-35S Rusia bergabung dengan dua pesawat pembom Rusia itu.
Jenderal Igor melanjutkan dengan mengatakan bahwa “pertemuan paling dekat antara pesawat jet Rusia dan AS di sekitar Sungai Efrat mudah dikaitkan dengan upaya pesawat AS untuk menghalangi pesawat tempur Rusia menyerang teroris ISIS. “Dia juga mengatakan bahwa pejabat militer AS tidak memberikan penjelasan untuk insiden 23 November dan juga insiden pesawat serupa lainnya.
Pernyataan tersebut muncul sebagai tanggapan atas klaim Pentagon tentang adanya “peningkatan perilaku tidak aman” oleh pesawat tempur Rusia. “Kami melihat dari enam sampai delapan insiden setiap hari di akhir November setiap pesawat Rusia atau Suriah melintasi wilayah udara kami di sisi timur Sungai Efrat,” kata Letnan Kolonel Damien Pickart juru bicara Komando Pusat Angkatan Udara AS kepada CNN ,Sabtu.
Konashenkov mengatakan bahwa setiap klaim yang dibuat oleh pejabat militer AS mengenai fakta bahwa ada “bagian dari wilayah udara di Suriah yang menjadi milik AS” adalah “membingungkan.”
Konashenkov juga mengatakan bahwa “Suriah adalah negara berdaulat dan anggota PBB dan Itu berarti bahwa di sana … tidak boleh ada wilayah udara AS yang dianggap ‘miliknya sendiri.’ Tidak seperti Angkatan Udara Rusia, koalisi pimpinan AS beroperasi di Suriah tanpa dasar hukum apapun, “tambahnya.
Pickart juga mengatakan bahwa kekhawatiran terbesar AS adalah bahwa kita bisa saja menembak jatuh sebuah pesawat Rusia karena tindakannya dipandang sebagai ancaman terhadap kekuatan udara atau darat kita. Sebelumnya, ia juga mengatakan kepada New York Times bahwa hal itu telah menjadi semakin banyak terjadi dan sulit bagi pilot kami untuk mengetahui apakah pilot Rusia sengaja menguji atau mendorong kita untuk bereaksi, atau apakah ini hanya kesalahan yang sejujur. ”
New York Times juga mengutip beberapa kasus tentang apa yang AS sebut sebagai “perilaku tidak aman” oleh jet Rusia, dengan mengutip data yang diberikan oleh pangkalan udara AS di Qatar. AS menuduh pilot-pilot Rusia “menyeberang ke wilayah udara timur Efrat” dan terbang “sangat dekat” dengan pasukan sekutu, Tindakan semacam itu dapat ditafsirkan sebagai “ancaman” , dan pilot AS dengan hak2 mereka bisa saja menembak dalam mempertahanan diri.
Pada hari jumat kemarin Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa pengakuan Yerusalem sebagai ibukota Israel oleh Amerika Serikat bertentangan dengan akal sehat.
“Pengumuman ini bertentangan dengan akal sehat,” Lavrov mengatakan pada sebuah konferensi pers di Wina, menanggapi pengumuman oleh Presiden AS Donald Trump bahwa Washington mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Tak lama setelah pengumuman Trump pada hari Rabu Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas mengatakan bahwa AS sudah tidak dapat lagi bertindak sebagai mediator perundingan perdamaian Israel-Palestina. Dia menolak tindakan Amerika tersebut, dengan mengatakan bahwa Yerusalem adalah “ibukota abadi Negara Palestina.”
Kelompok Hamas diPalestina menyerukan dilakukan sebuah pemberontakan baru melawan Israel dalam menanggapi keputusan Amerika tersebut.
Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mendukung seruan Hamas untuk digelarnya “intifada” (perang rakyat) baru melawan Israel. Selanjtnya dia mengungkapkan bahwa “Trump telah mengatakan kepada Israel, bahwa Yerusalem adalah untuk Anda (israel) dan berada di bawah kedaulatan Anda.” Dia juga memperingatkan bahwa masyarakat Muslim dan tempat-tempat suci mereka di kota tersebut termasuk Masjid al-Aqsha, sekarang berada di ” bahaya ekstrim “sebagai akibat keputusan Trump.
Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan “Pengakuan Yerusalem sebagai ibukota Israel adalah “persekongkolan baru” Amerika melawan dunia Islam, Bangsa-bangsa di kawasan ini harus “sadar dan siap menghadapi Amerika Serikat, entitas Zionis (Israel) dan ekor mereka,” tambahnya.
Perdana menteri Turki memperingatkan bahwa keputusan Trump akan menimbulkan konsekuensi bencana bagi Timur Tengah dan meminta Washington untuk menarik keputusannya. “AS telah menarik pin pada sebuah bom yang siap meledak di wilayah tersebut,” Perdana Menteri Turki, Binali Yildirim mengatakan hal itu yang menguatkan pernyataan sebelumnya dari presiden Recep Tayyip Erdogan.
Suriah juga mengecam pengakuan Yerusalem sebagai ibukota Israel, dengan mengatakan bahwa hal tersebut adalah sebagai sebuah “kejahatan”.
Arab Saudi menyatakan bahwa telah merespon pengumuman Trump itu dengan “dengan duka mendalam” karena ini merupakan “langkah mundur yang besar dalam upaya untuk memajukan proses perdamaian” antara Israel dan Palestina. Kerajaan Saudi mendesak Washington untuk menarik kembali langkah tersebut, juga memperingatkan terhadap “konsekuensi berbahaya” untuk memindahkan kedutaan besar Amerika ke Kota Suci yang sedang disengketakan.
Pemerintah Irak menyatakan keprihatinannya bahwa pengakuan Washington terhadap Yerusalem dapat menyebabkan “eskalasi berbahaya yang akan mendorong ekstremisme dan menciptakan kondisi yang menguntungkan terorisme.” Sementara kelompok paramiliter Shia Harakat Hizbullah al Nujaba diIraq mengatakan bahwa “keputusan bodoh” itu telah menempatkan tentara AS di Irak dalam bahaya.
Reaksi Negara Negara Eropa terhadap deklarasi Trump kurang emosional walaupun juga bernada juga negatif. Prancis dan Jerman menunjukkan bahwa AS telah mengabaikan semua kesepakatan internasional. Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan penyesalannya atas keputusan “sepihak” Trump dan menggarisbawahi bahwa Prancis “tidak menyetujuinya”.
Juru bicara Kanselir Jerman Angela Merkel menyatakan “tidak mendukung” pengakuan AS atas Yerusalem sebagai ibukota Israel. Dalam sebuah pernyataan, Merkel mengatakan bahwa Berlin berpegang pada resolusi PBB yang relevan, yang menyatakan bahwa “status Yerusalem perlu dinegosiasikan sebagai bagian dari negosiasi atas solusi dua negara.” Menteri Luar Negeri Jerman Sigmar Gabriel memperingatkan pendirian AS yang baru itu akan memicu “eskalasi baru dalam konflik antara Israel dan Palestina.”
Dan fihak yang paling gembira atas pengakuan Amerika terhadap status Yerusalem sebagai ibukota Israel adalah fihak Israel. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memuji Trump dengan menyebut “Ini adalah hari bersejarah,” kata Netanyahu, dan mengungkapkan harapan bahwa akan “banyak” negara lain yang akan mengikuti jejak langkah AS.
Pemerintah Korea Selatan telah mengalokasikan $ 310.000 untuk unit “pemenggalan” yaitu unit pemburu Kim jong Un jika terjadi perang dengan Pyongyang. Unit ini akan ditugaskan untuk menetralisir (memutus) kepemimpinannya dan menyabotase fasilitas militer penting, demikian laporan media setempat.
Pada hari rabu Kementerian tersebut mengumumkan bahwa pada tahap pertama dialokasikan 340 juta won ($ 310.000) , media Korea Selatan melaporkan mengutip sumber-sumber kementerian pertahanan. Jumlah ini hanyalah sebagian kecil dari total anggaran hampir $ 40 miliar yang akan diberikan kepada kementerian untuk tahun 2018.
“Uang itu akan digunakan untuk membeli peralatan untuk pasukan khusus … yang mencakup pesawat tak berawak, pesawat pengintai, dan pelontar granat mesin” kata seorang pejabat kementerian pertahanan kepada Herald tanpa mau menyebut namanya. Sementara itu, pejabat lain yang dikutip oleh Yonhap mengatakan bahwa anggaran tersebut “akan digunakan untuk pengadaan senjata yang disebut diatas seperti senapan mesin untuk tujuan operasi khusus dan pesawat tak berawak.”
Kementerian tersebut dilaporkan akan meningkatkan anggaran perlengkapan sesuai kebutuhan, dimana sampai $ 23,7 juta diperkirakan akan digunakan untuk meningkatkan kekuatan tempurnya.
Unit “pemenggalan” tersebut dibentuk oleh militer Korea Selatan dibawah Komando Khusus Perang pada tanggal 1 Desember 2017. Tim tersebut terdiri dari kira-kira 1.000 personel professional yang dilatih oleh US Army Rangers, Delta Force, SEAL Team Six dan Baret hijau.
Dua buah pesawat pembom strategis Tupolev Tu-95MS Rusia melakukan penerbangan misi patroli perintis di Pasifik Selatan dari sebuah pangkalan militer di Indonesia. Para kru dan staf pendukung harus berurusan dengan iklim tropis yang tidak bersahabat agar bisa berhasil menavigasi dan menyelesaikan misinya.
Dua pembom Tupolev yang dapat membawa bom nuklir itu terbang dari Lapangan Udara Ukrainka di wilayah timur Amur Rusia ke Pangkalan Udara Biak di provinsi paling timur Papua di Indonesia. Penerbangan menempuh hampir 7.000 km dengan pengisian bahan bakar mid-course dan memakan waktu sekitar 10 jam, lebih lama dari perkiraan pilot. Cuaca buruk mendorong beberapa perubahan dalam jalur penerbangan mereka, kata mereka kepada wartawan.
Dua buah pesawat angkut militer Ilyushin Il-76MD telah tiba di lokasi sehari sebelumnya yang membawa peralatan dan awak pendukung. Peswat bomber Tu-95 yang oleh fihak barat (NATO) dikenal sebagai “Beruang” menjalankan misi patroli di Pasifik selatan sebelum kembali ke pangkalan militer Indonesia. Patroli itu adalah yang pertama dari jenisnya untuk Angkatan Udara Rusia dan tanpa insiden, meskipun kondisi cuaca yang sangat sulit di wilayah ini.
Tujuan dari penerbangan tersebut adalah untuk melatih pilot dalam menavigasi di belahan bumi selatan serta memastikan keandalan sistem kontrol. Dukungan logistik dari Lanud Biak juga dikonfirmasi selama misi tersebut. Pesawat itu disiapkan untuk patroli sesuai jadwal, “kata Letnan Jenderal Sergey Kobylash, komandan divisi Long Range Aviation Angkatan Udara Rusia.
Mantan Penasihat Keamanan Nasional Israel Yaacov Nagel mengatakan kepada Telegraph bahwa Arab Saudi sangat berkomitmen untuk melawan Iran dan mereka akan menerima apapun kesepakatan damai antara Israel dan Palestina. Nagel menambahkan bahwa Riyadh tidak peduli apakah kesepakatan itu baik untuk Palestina.
Nagel mengatakan bahwa Arab Saudi sangat tertarik untuk melawan Iran dan mereka bersedia untuk mengabaikan Palestina dengan imbalan hubungan diplomatik dengan Yerusalem. Nagel juga menjelaskan bahwa Riyadh ingin segera bekerja sama dengan Israel dan sangat “tidak peduli” seperti apapun kesepakatan antara Israel dan Palestina.
“Mereka hanya mengatakan memang perlu ada kesepakatan antara Israel dan Palestina tapi mereka tidak peduli … mereka tidak peduli dengan isi yang akan ada dalam kesepakatan tersebut,” kata Nagel. “Mereka hanya mengatakan perlu ada kesepakatan untuk melanjutkan langkah selanjutnya.”
Sejak November ketegangan antara Riyadh dan Teheran meningkat setelah pemberontak Houthi meluncurkan sebuah rudal ke Riyadh dari Yaman. Saudi Press Agency melaporkan bahwa Riyadh melakukan uji komprehensif terhadap rudal tersebut dan memiliki bukti bahwa rudal itu adalah buatan Iran. Korps Garda Revolusi Islam Iran bagaimanapun mengklaim bahwa mereka sama sekali tidak terlibat dalam serangan tersebut.
Dalam sebuah pertemuan darurat di Kairo sekitar dua minggu kemudian, Liga Arab mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengecam Iran. Menurut pernyataan tersebut Iran telah mendestabilisasi seluruh Timur Tengah dengan membantu pemberontak Syiah dalam perang sipil di Yaman selama lebih dari dua tahun ini.
KTT tersebut diprakarsai oleh Arab Saudi yang menjelaskan bahwa pihaknya ingin bertindak dengan cara yang “serius dan jujur” terhadap “agresi Iran.” Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir menekankan bahwa tidak ada kelemahan yang harus ditunjukkan saat menangani kemampuan rudal balistik Iran.
Kemungkinan Arab Saudi dan Israel membangun hubungan diplomatik telah menjadi berita utama dalam beberapa pekan terakhir, terutama setelah Kepala Staf Pertahanan Israel IDF Gadi Eizenkot diwawancarai oleh surat kabar Saudi, Elaph. Beberapa hari setelah wawancara langka tersebut Menteri Israel Yuval Steinitz mengkonfirmasi bahwa Israel dan Arab Saudi telah saling berhubungan. “Hubungan (Israel) dengan dunia Arab moderat termasuk Arab Saudi membantu kita menghentikan Iran,” katanya saat wawancara dengan Radio Angkatan Darat.
Mantan Pemimpin Yaman Ali Abdullah Saleh telah terbunuh oleh pemberontak Houthi di dekat ibu kota Sanaa, sebuah perkembangan yang diperkirakan akan memiliki implikasi besar bagi perang di negara termiskin di dunia Arab itu.
Sumber Houthi mengatakan bahwa Saleh dibunuh oleh mantan sekutunya para pemberontak Houthi dengan sebuah granat berpeluncur roket yang ditembakkan ke mobilnya di sebuah pos pemeriksaan di luar Sanaa.
Rekaman video yang beredar di media sosial tampak menampilkan tubuh yang menyerupai Saleh yang menunjukkan bagaimana anggota milisi bersenjata menggunakan selimut untuk memindahkan mayatnya ke belakang truk pick-up.
Sebelumnya ada laporan bahwa pemberontak Houthi meledakkan salah satu rumah Saleh setelah menyerbu propertinya itu.
Saleh yang berusia 77 tahun berkuasa sebagai presiden Yaman Utara pada tahun 1978. Ketika Yaman utara bersatu dengan Yaman Selatan pada tahun 1990 dia menjadi presiden republik baru tersebut. Kelompok Huthi yang memimpin minoritas Zaidi Syiah di Yaman melakukan serangkaian pemberontakan melawan Ali abdullah Saleh antara tahun 2004 dan 2010. Kelompok Houthi juga mendukung sebuah pemberontakan di tahun 2011 yang memaksa Saleh untuk menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya Mansour Hadi.
Pada 2015 Saleh membentuk aliansi dengan kelompok Huthi saat mereka merebut Sanaa di tengah kekecewaan yang meluas pada transisi politik yang terjadi. Pada awal 2015 persekutuan itu menggulingkan Mansour Hadi dan memaksanya melarikan diri ke luar negeri (ke Saudi) dan mendorong serangan muliter oleh Saudi dan sekutunya.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyerukan delapan Negara arab dan para pemimpin dunia untuk mencegah pemindahan Kedutaan AS dari Tel Aviv ke Jerusalem, dan menentang pernyataan presiden donald trump yang akan mengakui Jerusalem sebagai Ibukota Israel.
Pada Sabtu malam Trump belum menandatangani pengabaian penundaan perpindahan kedutaan enam bulan lagi, dan hari Senin dia melakukannya.
Dalam beberapa hari terakhir media telah mengindikasikan bahwa presiden bermaksud untuk menyatakan bahwa dia menganggap Yerusalem sebagai ibukota Israel dalam sebuah pidato dalam beberapa hari, dan kemungkinan dia akan menyatakan bahwa dia menginstruksikan timnya untuk bersiap untuk memindahkan kedutaan AS ke Jerusalem.
Menurut sumber berita resmi PA Wafa, pada sabtu kemarin Mahmoud abbas membeicarakan dengan para pemimpin dalam serangkaian pembicaraan telepon mengenai bahaya langkah tersebut, dan mendesak mereka untuk ikut campur tangan. Abbas menyebut telah menelpon Abdel-Fattah el-Sissi dari Mesir, Raja Abdullah II dari Yordania, Pangeran Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, Presiden Tunisia Béji Caid Sibsi, emir Kuwait Sheikh Sabah Al-Ahmad Al-Jaber Al-Sabah, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Abbas “dengan tegas mengatakan bahwa langkah seperti itu akan menyebabkan kehancuran proses perdamaian dan akan membawa wilayah ini ke dalam situasi yang tidak terkendali,” menurut juru bicaranya Nabil Abu Rudeineh.
Pada hari rabu sebelumnya Mahmoud abbas telah memrintahkan menteri luar negeri untuk meminta liga arab dan organisasi kerjasama islam (OKI) untuk melakukan pertemuan darurat atas kemungkinan tindakan AS ini.
Pada hari Jumat sebuah delegasi Otoritas Palestina dilaporkan bertemu dengan penasihat presiden Jared Kushner digGedung Putih untuk memperingatkan bahwa jika Gedung Putih mengumumkan pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem, atau jika Trump membuat pernyataan untuk mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel, maka ini akan menandai akhir dari proses perdamaian, menurut laporan sebuah berita Israel.
Delegasi otiritas Palestina (PA) mengatakan bahwa jika AS melakukan langkah tersebut, Palestina akan menyatakan bahwa AS tidak dapat lagi dianggap sebagai “perantara yang jujur” atas perundingan damai Israel-Palestina, Channel 10 News melaporkan.
Korea Utara mengklaim bahwa mereka “berada di ambang perang nuklir” setelah AS dan Korea Selatan mengerahkan jet jet tempur siluman untuk melakukan simulasi serangan terhadap target rudal nuklir (Korut), media pemerintah (Korea utara )mengungkapkan.
Agen berita Kore utara (KCNA) mencap AS dan Korea Selatan sebagai “bodoh” dan mengatakan serangan bertahap terhadap rezim mereka bisa “mengarah pada perang nuklir kapanpun.”
Kim Jong-un berkata: “Lebih dari 230 pesawat tempur … termasuk siluman ultramodern F-22 Raptor, F-35A, F-35B … dan lebih dari puluhan ribu tentara termasuk 12.000 tentara AS harus dilibatkan dalam latihan.
“Latihan semacam itu adalah provokasi yang berbahaya karena ini mendorong ketegangan di semenanjung Korea sampai ke ambang perang nuklir. Ini adalah provokasi terbuka dan terbuka terhadap DPRK (Korut), yang dapat menyebabkan perang nuklir kapanpun.
“Pasukan boneka AS dan tentara Korea Selatan adalah sangat bodoh dengan mengerahkan pesawat tempur siluman seperti itu. Begitu banyaknya Pesawat siluman yang dibanggakan musuh itu tidak akan luput dari takdir mulut harimau.”
Tanggapan mereka muncul setelah jet jet tempur AS tiba di Korea Selatan untuk latihan udara bersama antara Seoul dan Washington dalam sebuah unjuk kekuatan untuk melawan Korea Utara.
Pesawat pesawat tempur itu mampu mencapai target yang akurat tanpa terdeteksi oleh radar musuh. Ini akan menjadi yang pertama kalinya enam jet tempur siluman F-22 Raptor yang terbang di atas Korea Selatan dalam satu waktu.
AS berencana mengirim jet stealth F-35A dan F-35B, pesawat tempur F-16C dan lainnya termasuk pembom B-1B yang tidak diketahui jumlahnya. Angkatan Udara Korea Selatan juga akan mengirimkan jet tempur F-15K, KF-16 dan F-5. AS dan Sekutunya sepakat pada bulan Oktober untuk meningkatkan pengerahan aset strategis AS untuk menghentikan ancaman nuklir dan rudal Korea Utara.