Pembantaian muslim Rohingnya di Myanmar adalah genosida sistematis yang dilakukan suatu negara tapi diabaikan oleh dunia internasional. Tidaklah aneh jika Negara negara barat dan mainstream medianya tidak mempopulerkannya karena mereka bagian dari semua ini, bagaimana tidak San Suu Kyi adalah orang yang mereka anugerahi nobel perdamaian. Lebih aneh lagi Negara negara muslim disekitarnya seperti Malaysia dan Indonesia hanya bisa mengeluarkan kutukan tak berguna tanpa ada tindakan politik apapun dalam kancah ASEAN apalagi dunia. hebaaat…
Para pengamat menilai tingkat “kebarbaran” yang terjadi Myanmar setingkat dengan yang dilakukan para teroris diSuriah, bedanya diSuriah ada kepentingan terselubung Israel dengan Koalisi NATO dan beberapa negara arab tetangga Suriah untuk mengganti pemimpinnya, sehingga mereka “terpaksa” harus membuat propaganda hitam terhadap Assad. Di Myanmar genocida terhadap saudara2 muslim itu ditutup secara rapat, yang kelihatan dan disorot media hanya mengalirnya pengungsi sejak beberapa tahun terakhir.
Perbedaan lain adalah kalau diSuriah pembantaian oleh NATO dan sekutu arabnya dilakukan dengan mendanai kelompok2 teroris dan pemberontak, tapi di Miyanmar dilakukan langsung oleh tentara pemerintah.
Selain itu kalau diSuriah para pelaku keganasan kemanusiaan itu masih mendapat perlawanan dari pasukan pemerintah Suriah , tapi diMyanmar tentara pemerintah melakukannya terhadap orang2 yang tidak bersenjata. Akhir akhir ini ada upaya untuk mempersenjatai beberapa pria Rohingnya yang belum jelas siapa pendananya, tapi jelas upaya ini hanya untuk membuat pengalihan isu bahwa tentara Myanmar menyerang teroris. Karena jangankan untuk membeli senjata dan amunisi, untuk hidup saja mereka sangat sulit , mereka adalah warga minoritas terpinggirkan diMyanmar yang hanya diperalat ketika pemilu.
Berdasarkan Konvensi Jenewa PBB , genosida digambarkan dalam beberapa definisi. antara lain adalah : Tindakan yang bermaksud untuk menghancurkan secara keseluruhan atau sebagian kelompok nasional, etnis, ras atau agama dan termasuk membunuh anggota kelompok . Menyebabkan kerugian fisik atau mental yang serius bagi anggota kelompok. Dengan sengaja menimbulkan kondisi kehidupan suatu kelompok yang disengaja untuk menghasilkan kerusakan fisik secara keseluruhan atau sebagian. Tindakan yang dimaksudkan untuk mencegah kelahiran baru di dalam kelompok. Dan memindahkan anak secara paksa ke kelompok lain.
Dari visi setiap definisi itu pemerintah Myanmar jelas telah melakukan genosida sistematis terhadap 1,3 juta populasi Muslim Rohingya yang sebagian besar diabaikan oleh masyarakat internasional, terlepas dari pengakuan PBB bahwa pembunuhan massal, penghilangan , penyiksaan, pemerkosaan geng, pemukulan brutal, pemalsuan properti, dan pengusiran paksa memang sedang terjadi dan meningkat frekuensi dan keganasannya.
Laporan PBB tahun 2017 tentang “tindakan kekerasan” Myanmar terhadap negara bagian Rakhine utara menggambarkan kekerasan tersebut sebagai “kejahatan terhadap kemanusiaan,” dan bahwa “bobot dan skala dari tuduhan ini menimbulkan reaksi kuat masyarakat internasional,” namun dunia internasional khususnya para pemimpin dan media Barat terus mengabaikan pemusnahan sistematis Muslim Rohingya di Myanmar.
Anehnya kekejaman yang ditimpakan Negara Myanmar kepada rakyatnya yang harusnya melindungi keamanan mereka tersebut tidak menarik berita mainstream media dunia. Mereka hanya memberitakan mengalirnya pengungsi Rohingnya.
Sattar Islam Nirob adalah salah seorang pengungsi Muslim Rohingya berusia 28 tahun di salah satu dari tiga kamp pengungsi yang didirikan di dalam perbatasan Bangladesh. Dia dan keluarganya telah berlindung di kamp pengungsian Kutapalong yang sekarang menampung 13.766 pengungsi Muslim Rohingya di samping itu ada lebih dari 65.000 orang yang berlindung di kamp pengungsian lainnya, kata Nirob.
Nirob mengatakan bahwa serangan terbaru yang dilakukan oleh pasukan keamanan Myanmar mendorong jumlah pengungsi Muslim Rohingya yang meningkat dengan cepat bergerak menuju perbatasan Bangladesh. Kemarin dia memperkirakan akan ada lebih dari 3000 orang yang menunggu, lebih tepatnya memohon untuk mendapat status pengungsi, sementara dia memperkirakan 1.200 orang telah ditangkap oleh petugas patroli perbatasan Bangladesh karena berusaha menyeberang tanpa izin.
Kemarin, pasukan keamanan Banglades secara paksa mengirim kembali 90 orang Muslim Rohingya yang mencoba melarikan diri dari Myanmar, dan kemudian mulai menembakkan mortir dan senapan mesin ke arah mereka, menurut Al Jazeera.
Tetapi walapun beberapa orang muslim Rohingya berhasil masuk ke negara tetangganya Bangladesh, tapi kamp-kamp pengungsi yang menanti mereka digambarkan sebagai kamp yang mengerikan.
Dia menjelaskan kepada saya kondisi di dalam kamp Kutapalong sambil bercucuran air mata saat ia menceritakan bahwa dia menyaksikan bayi yang kelaparan dan mengalami dehidrasi sampai mati karena kekurangan air dan persediaan susu .
Ketika Nirob ditanya apakah dia merasa situasinya tidak ada harapan, dia mengatakan bahwa dia tidak punya harapan kepada masyarakat internasional, dengan mengatakan, “Jika pemerintah AS dan PBB dapat bekerja sama untuk menekan pemerintah Myanmar, ini akan sangat memperbaiki situasi bagi semua pengungsi Rohingya. “
Meskipun optimisme Nirob masih ada dalam menghadapi musuh yang tak terlukiskan (ganasnya) itu, upaya untuk menekan pemimpin de facto Myanmar San Suu Kyi yang adalah seorang penerima Hadiah Nobel Perdamaian telah pupus. Dia (San Suu Kyi) tidak hanya mencegah PBB untuk menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia di Myanmar, tapi dia juga memfitnah Muslim Rohingya sebagai “teroris” dan atau pendukung terorisme.
Sejarah Pendek Orang Rohingnya
Abad ke-8: Orang Rohingya yang berasal Asia Selatan, tinggal di sebuah kerajaan independen di Arakan, sekarang dikenal sebagai Rakhine city di Myanmar modern.
Abad ke-9 sampai 14: Orang Rohingya mulai mengenal Islam melalui pedagang Arab. Hubungan erat dijalin antara Arakan dan Bengal.
1784: Raja Burma (sekarang Myanmar) Bodawpaya menaklukkan Arakan dan ratusan ribu pengungsi melarikan diri ke Bengal.
1790: Hiram Cox seorang diplomat Inggris dikirim untuk membantu para pengungsi yang kemudian mendirikan kota Cox’s Bazar di Bangladesh di mana masih banyak Rohingya yang tinggal hari ini.
1824 sampai 1942: Inggris menguasai Burma yang sekarang dikenal sebagai Myanmar dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi pendudukan Inggris di India. Banyak Pekerja masuk ke Burma dari bagian lain dari India (yang dikuasai Inggris) untuk pekerjaan proyek proyek infrastruktur.
1942: Jepang menyerang Burma dan mendorong Inggris keluar Burma. Ketika Inggris mundur kaum nasionalis Burma menyerang komunitas Muslim yang mereka fikir mendapat keuntungan dari pemerintahan kolonial Inggris.
1945: Inggris membebaskan Burma dari pendudukan Jepang dengan bantuan nasionalis Burma yang dipimpin oleh Aung San dan pejuang Rohingnya. Tapi Kelompok Rohingya merasa dikhianati karena Inggris tidak memenuhi janji untuk member otonomi otonomi Arakan (Rakhine state).
1948: Terjadi Ketegangan yang meningkat antara pemerintah Myanmar yang baru merdeka dengan orang Rohingya . Banyak di antara orang Rohingnya menginginkan Arakan untuk bergabung dengan Pakistan yang mayoritas Muslim. Pemerintah membalas dengan mengucilkan Rohingya, termasuk membersihkan pegawai pemerintah dari orang Rohingya.
1950: Beberapa orang Rohingya menolak pemerintah dengan pemberontakan yang dipimpin oleh kelompok bersenjata yang disebut Mujahid. Tapi pemberontakan berangsur-angsur mereda.
1962: Jenderal Ne Win dan Partai Program Sosialis Burma merebut kekuasaan dan mengambil kebijakan garis keras melawan Rohingya.
1977: Junta militer memulai Operasi “Nagamin” atau operasi “Dragon King”, yang mereka katakan dimaksudkan untuk membersihkan penduduk asing. Lebih dari 200.000 orang Rohingya melarikan diri ke Bangladesh karena ditengarai adanya kekerasan oleh tentara. Tapi tentara membantah melakukan itu.
1978: Bangladesh melanggar kesepakatan yang diperantarai PBB dengan Burma tentang repatriasi pengungsi di mana kemudian sebagian besar Rohingya kembali ke Burma.
1982: Undang-undang imigrasi yang baru mendefinisikan bahwa orang-orang yang bermigrasi selama pemerintahan Inggris sebagai imigran ilegal. Dan Pemerintah Burma menerapkan ini pada semua orang Rohingya.
1989: Tentara mengubah nama Burma menjadi Myanmar.
1991: Lebih dari 250.000 pengungsi Rohingya melarikan diri dari apa yang mereka katakan sebagai kerja paksa, pemerkosaan dan penganiayaan agama doleh tentara Myanmar. Tentara mengatakan bahwa mereka hanya melaksanakan tugas di Rakhine.
1992 sampai 1997: Sekitar 230.000 Rohingya kembali ke Arakan, yang sekarang dikenal sebagai Rakhine di bawah perjanjian repatriasi yang baru lainnya.
2012: Terjadi Kerusuhan antara Muslim Rohingya dan oaring Rakhine yang beagarama Budha menewaskan lebih dari 100 orang yang kebanyakan korbannya orang Rohingya. Puluhan ribu orang dibawa ke Bangladesh. Hampir 150.000 orang dipaksa masuk kamp-kamp di Rakhine.
2016: Kelompok militan Rohingya Harakah al-Yaqin menyerang pos-pos penjagaan perbatasan, menewaskan sembilan tentara. Tentara membalas yang membuat lebih dari 25.000 orang melarikan diri dari Rakhine ke Bangladesh karena pembunuhan, pemerkosaan dan pembakaran oleh tentara. Tapi pemerintah Aung San Suu Kyi membantah kekejaman yang dilakukan tersebut.
Apa benar konflik ini bukan dilatar belakangi oleh agama melainkan bisnis minyak yg melihat kan perusahaan milik pemerintah Myanmar dan perusahaan internasional? Tolong dikaji.
Dari Sejarah pendek orang Rohingnya (sudah kita tambahkan dalam artikel) memang sangat mengenaskan. Walaupun sudah tinggal di Burma (Myanmar) sejak abad 8 tapi mereka tidak pernah diterima oleh komunitas Budha disana , tragisnya mereka juga tidak diterima di Bangladesh.
Mereka dimusuhi umat Budha diMyanmar sejak abad 18, karena tetap dianggap orang asing walaupun sudah tinggal di Rakhine (Arakan) sejak abad 8. Jadi bukan karena dibukanya ladang gas yang baru dibuka beberapa tahun lalu.
Belum ada info kenapa umat Budha yang kita kenal rendah hati, santun, penuh kasih sayang dan toleran itu tidak tercermin pada umat Budha di Myanmar dan bisa begitu beringas terhadap minoritas Rohingnya.