Ketika mulai menyerang Ukraina 24 Februari lalu, presiden Rusia Vladimir Putin beralasan, bahwa serangan itu adalah untuk membasmi faham Neo-Nazi di Ukraina.
Selama 8 tahun terakhir, mainstram media Barat telah bungkam soal serangan pasukan Ukraina yang tanpa henti ke Republik Donetsk dan Lugansk, yang melibatkan batalion neo-Nazinya yang disebut ‘batalion Azov’.
Hanya sedikit media independen AS dan Eropa yang meliput di wilayah Donbass, dan mencatat perang tak terlihat dari pemerintah Ukraina itu untuk melawan rakyatnya sendiri.
Menurut PBB, lebih dari 13.000 telah tewas di wilayah tersebut sejak kudeta Maidan pada Februari 2014.
“Serangan itu telah menjadi hal rutin di kedua republik Lugansk dan Donetsk, yang memisahkan diri di Ukraina timur selama 8 tahun terakhir, target utama selalu perumahan dan infrastruktur sipil.” kata George Eliason, seorang jurnalis investigasi AS yang tinggal dan bekerja di Donbass.
Selama beberapa minggu terakhir militer Ukraina telah mengintensifkan pemboman di wilayah Donbass, yag mendorong pimpinan Republik Donetsk DPR dan Republik Lugansk LPR untuk melakukan evakuasi anak-anak dan orang tua ke Rusia.
Namun, “kelompok pasukan operasi khusus Ukraina telah menargetkan pengungsi yang menuju ke Rusia dengan ranjau dan peluru,” kata Eliason.
AS secara terbuka menolak peringatan Rusia tentang terjadinya ‘genosida’ yang sedang berlangsung terhadap penutur bahasa Rusia (etnis Rusia) dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Ukraina Timur.
Sementara itu, Kanselir Jerman, Olaf Scholz pada Konferensi Keamanan tahunan Munich pada 19 Februari 2022, mengklaim bahwa adalah “sangat konyol” untuk mengatakan bahwa “ada sesuatu seperti genosida” di Donbass.
Pendapat kanselir Jerman ini adalah sebuah “skandal, tapi itu sudah bisa diduga,” kata Eliason.
Dengan menutup mata terhadap kejahatan yang dilakukan oleh militer Ukraina dan milisi neo-Nazi di Ukraina Timur, koalisi yang dipimpin Olaf Scholz itu secara tidak langsung mendukung terciptanya “generasi kedua pemikiran politik Nazi dari tahun 1930-1940-an” di Ukraina, menurut wartawan investigasi itu.
Serangan Rusia Upaya De-Nazifikasi
Video dari tahun 2015 berikut bisa memberi gambaran bagaimana batalion Azov menyalib tawanan dan membakarnya hidup-hidup.
Jubir Kremlin Dmitry Peskov menyatakan pada hari Kamis, bahwa Rusia memulai operasi militer untuk melindungi rakyat Donbass, dan untuk membersihkan negara dari pemikiran ala Nazi.
“Idealnya, perlu untuk membebaskan Ukraina, membersihkannya dari Nazi, serta orang-orang dan ideologi pro-Nazi,” kata Peskov kepada wartawan.
Setelah kudeta Maidan (Kiev) 2014, sejumlah sumber media mempertanyakan peran kelompok neo-Nazi Ukraina dalam kehidupan politik negara, tetapi kemudian sebagian besar tergerus oleh narasi mainstream media Barat.
Pada Mei 2018, Stephen F. Cohen, seorang sejarawan AS berpengaruh di Rusia, dalam opininya di ‘The Nation’ memperingatkan, bahwa “neo-fasis memainkan peran penting atau peran resmi di Ukraina yang didukung AS.”
Dia mengeluhkan fakta bahwa banyak orang AS tidak menyadari “pogrom” 2 Mei 2014 dikota Odessa, di mana sekitar 50 orang dibakar hidup-hidup di Gedung Serikat Buruh oleh nasionalis radikal Ukraina dan neo-Nazi.
Video dari 2019, sebuah Mall di Ukraina terang-terangan memasang simbol Swatika
Terlebih lagi, rehabilitasi neo-Nazisme di Ukraina telah ditoleransi oleh pemerintahan AS berturut-turut sejak masa “Revolusi Oranye” 2005 dan terus berkembang, di bawah George Bush, Barack Obama, dan Donald Trump, menurut Cohen.
Pemerintahan Joe Biden, melangkah lebih jauh lagi, dengan memasok berton-ton senjata dan pelatihan kepada militer Ukraina, yang terkonsentrasi di sepanjang garis kontak dengan Donbass.
Pada 16 Desember 2021, Majelis Umum PBB membahas resolusi yang menyerukan memerangi kebangkitan Naziisme, neo-Nazisme, dan praktik lain yang memicu rasisme dan xenofobia. Hanya dua negara yang menolak resolusi itu, yaitu AS dan Ukraina.
Think-tank NATO Promosikan Neo-Nazi di Ukraina
Paling tidak sejak 2014, lembaga Think-tank milik NATO, yang disebut ‘Atlantic Council’, mempromosikan milisi neo-Nazi yang terkenal jahat di Ukraina, yang dinamakan Batalyon Azov.
Dalam sebuah artikelnya tahun 2014, ‘Atlantic council’menggambarkan ekstremis fasis berfaham Nazi itu sebagai pahlawan anti-Rusia.
Merekalah yang sengaja menanamkan faham Neo-Nazi kedalam angkatan bersenjata Ukraina.
Agenda Lama Dari Mbah Ma’juj
Majalah AS, ‘Look’ yang mulai terbit sebelum WW2, pada edisi 14 Maret 1939 pernah menerbitkan sebuah peta yang berisi prediksi perang besar berikutnya, dengan judul “The next European war will be start in the Ukraine”.
Luar biasanya, ada kesamaan dengan yang sedang terjadi saat ini, dimana ada faham Nazi yang disusupkan keEropa timur, khususnya Ukraina. Itu disimbolkan dengan gambar Hitler dan simbol Swastika, dan pasukan Jerman yang menuju Ukraina.
Sementara dilain kubu gambar Stalin dengan ‘palu arit’ yang mensimbolkan Uni Soviet atau sekarang Rusia.
jika memang tujuan putin adalah de-nazifikasi ukraina itu lebih susah dari de-militerisasi ukraina karena pohonnya sudah mengakar di eropa dan amerika, jadi tinggal lempar buahnya nanti akan tumbuh kembali.
andai kabel bawah laut dipotong, andai satelit luar angkasa dijatuhkan, andai pasukan gabungan penjaga antartika saling berbunuh2an maka bisa dipastikan mereka tidak sedang bersandiwara