UJUNG DARI KONFLIK UKRAINA ADALAH PERANG NUKLIR

 

Konflik Ukraina kini memasuki babak baru, dimana upaya pengiriman rudal-rudal jarak jauh oleh Barat yang dimaksudkan untuk menyerang wilayah di kedalaman Rusia, dan rencana Kiev untuk merebut Krimea, disambut Rusia dengan penempatan “senjata nuklir taktisnya” di Belarusia.

Jelas ini adalah isyarat ”lampu merah” yang dikeluarkan Rusia bagi fihak barat, untuk menghentikan pasokan senjata ke Ukraina, atau mau mencari jalan untuk mencari solusi damai.

Presiden Belarusia Alexander Lukashenko menyatakan, bahwa beberapa diantara senjata nuklir taktis itu berkekuatan ”tiga kali” daripada bom atom yang dijatuhkan AS di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945.

Ini mengejutkan, karena senjata nuklir taktis pengertiannya berkekuatan terbatas, seperti untuk menghentikan laju pergerakan pasukan dalam jumlah besar, atau melumpuhkan ancaman rudal konvensional dalam jumlah besar.

Jika kekuatan “senjata nuklir taktis” saja seperti itu, sulit dibayangkan bagaimana situasi saat perang nuklir terjadi, dimana “senjata nuklir strategis” akan digunakan.

 

NATO Tidak Ingin Konflik Ukraina Berhenti

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyatakan menolak langkah apapun untuk “menghentikan” konflik, meskipun Ukraina terus mengalami kekalahan.

Dalam sebuah wawancara dengan Welt am Sonntag Jerman yang diterbitkan pada hari Minggu, Stoltenberg menyatakan bahwa “perdamaian tidak dapat berarti harus menghentikan konflik, dan menerima kesepakatan yang ditentukan oleh Rusia.”

Stoltenberg berpendapat, bahwa “hanya Ukraina yang dapat menentukan kondisi yang dapat diterima.” Jelas ini adalah sebuah dukungan eksplisit dari sumpah Kiev untuk mendorong pasukan Rusia kembali ke perbatasan pra-konflik, dan merebut wilayah Krimea dari Rusia.

 

Jika NATO Ingin Perang, Rusia Siap Hadapi

Menanggapi pernyataan Sekjen NATO itu, Menlu Rusia mengatakan:

“Jika NATO, melalui mulut Stoltenberg, sekali lagi menyatakan bahwa mereka menentang upaya penghentian perang, maka kesimpulannya mereka ingin berperang dengan Rusia”.

“Baiklah, biarkan saja jika mereka ingin berperang, kami siap untuk ini, kami telah lama memahami tujuan NATO dalam situasi di sekitar Ukraina, yang telah terbentuk selama bertahun-tahun.” 

“Rusia siap menghadapi NATO untuk terus berperang di Ukraina, tegas Menlu Rusia Sergey Lavrov.”

 

Perang Proxi kekuatan NATO Vs Rusia

Para petinggi Rusia sangat sadar, bahwa barat telah menyiapkan konflik Ukraina sejak lebih 10 tahun lalu, dan dimulai dengan memantikkan api lewat “revolusi Maidan 2014”.

Lalu disusul dengan langkah AS dan sekutu NATO-nya mempersenjatai Ukraina dan menggunakan negara itu untuk memicu konflik dengan Rusia.

Presiden Rusia Vladimir Putin sendiri menggambarkan konflik tersebut sebagai upaya “mengadu pasukannya melawan seluruh mesin militer Barat.”

Menlu Rusia, Sergei Lavrov juga menyatakan hal senada, bahwa pengiriman senjata Barat yang terus berlanjut ke Kiev menunjukkan bahwa : “Barat adalah peserta langsung dalam perang hibrida ini”. Perang ini jelas dideklarasikan untuk melawan Rusia, dan ini memang perang panas.”

Menurut Lavrov, beberapa pemimpin Barat kini mulai “sadar” tentang sifat konflik ini, karena Kiev tanpa henti menuntut agar senjata terus mengalir.

Sementara itu Menlu Ukraina, Dmitry Kuleba sendiri mengatakan : “Berapapun senjata yang mereka kirim tidak akan cukup, sebab jika belum tercapai kemenangan, maka itu tidak pernah cukup.”

 

Rusia “Flexing” dengan Senjata Nuklir Taktis

Presiden Vladimir Putin telah mengkonfirmasi, bahwa Rusia telah menempatkan gelombang pertama ‘senjata nuklir taktisnya’ di Belarusia, yang hanya akan digunakan jika wilayah atau negara Rusia terancam.

Putin menyebut, pengiriman seluruh hulu ledak nuklir taktis akan selesai pada akhir musim panas ini.

Langkah “flexing” Presiden Rusia dimaksudkan oleh Putin sebagai upaya “menahan” eskalasi, dan untuk mengingatkan siapapun yang “berpikir akan mengalahkan Rusia secara strategis”.

 

Semua Terjadi Seperti Rencana

Presiden AS, Joe Biden memperingatkan, bahwa ancaman Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengerahkan senjata nuklir taktis adalah nyata.

Barat sangat sadar, upaya “flexing” atau “unjuk taring beruang” oleh Rusia itu sesuai denga rencana besar barat, yang ingin agar konflik ukraina secara “tahap demi tahap berjalan menuju perang nuklir”.

Jadi, meski “mengecam” penyebaran nuklir taktis Rusia itu di Belarusia, itu hanyalah bagian dari “sandiwara atau kepura-puraan” mereka atas agenda sebenarnya. NATO akan terus menggelontorkan senjata dalam jumlah makin besar dan makin canggih, sampai tujuan akhir itu tercapai, “penggunaan senjata nuklir strategis”.

 

This entry was posted in Analisa Geopolitik and tagged , , , , , , . Bookmark the permalink.

4 Responses to UJUNG DARI KONFLIK UKRAINA ADALAH PERANG NUKLIR

  1. Mas Zaki says:

    Secara logis WW3 malhamah tahap 2 disimbolkan sudah terjadi ketika perang Armenia vs Azerbaijan seperti ketika waktu malhamah tahap 1 adalah 9 September 2001 dan mungkin WW3 malhamah tahap 2 bisa jadi lebih sebentar dibandingkan malhamah tahap 1 yang membutuhkan waktu hampir 20 tahun(atau bisa juga butuh waktu lama jika agenda 2030 dibatalkan diganti agenda 2050 tapi itupun mungkin sudah diganti sebagian besar oleh mesin robot[sekarang aja sudah terjadi AI-AI yang ganti kerja manusia])

    Dan akhir dari malhamah tahap 2 adalah “all hell break lose mindless”

    • Zn says:

      Darimana referensi perang armenia vs Azerbaijan memicu ww3 tahap 2?

      Jadi pertanyaan adalah, apakah allah “mengizinkan” derajat manusia turun sbg khilafah diganti ai di era “penultimate” fase 4 ini (bisa mundur dari 2030 ke 2050? Dimana danau thabariyah sudah mengering dan juga sudah mulai penempatan nuklir taktis yg akan memicu ww3, serta pengimpulan imigran di negara penyelenggara perang nuklir?

      Wallahualam

      • Mas Zaki says:

        Kalo referensi Armenia vs Azerbaijan itu sebenarnya referensi dari 9 September 2001[memang tidak ada kalimat di artikel admin], karena WW3 malhamah tahap 1 aja ada simbolnya, masa malhamah tahap 2 tidak ada simbolnya?dan aneh jika menganggap malhamah tahap 2 adalah Russia vs Ukraina(+Nato) padahal Armenia vs Azerbaijan ada Israel di belakang

        Kalo “penultimate fase 4” era ini mungkin berhasil di Israel karena Israel adalah negara paling canggih dibandingkan blok Timur dan blok Barat kombinasi (dan Israel meskipun tidak ikut serta perang nuklir tetapi juga kan Israel lebih kecil populasinya sehingga mungkin tentara-tentara mereka sebagian besar diganti oleh robot killer)

  2. Siti Sumarni says:

    Dari hasil yg saya baca dan saya pahami, bahwasanya kekuatan nuklir taktis ini 3 kali lipat Hiroshima dan nagasaki , tentunya eskalasi seperti ini pasti sangat mengerikan , dan cakupan wilayah imbas senjata taktis nuklir pasti akan berpeluang senjata balasan nuklir strategis , ini bisa menjadi pancingan yg akhirnya menyulut senjata penghancur yg lebih dahsyat rudal antar benua, saya khawatir sekali , karena masih banyak jutaan manusia yg masih tidur setelah makan roti canai dan teh tarik di tambah banyaknya school boy yg tidak mengajarkan materi bertema akhir zaman ,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *