Menurut sebuah studi medis yang dirilis di Jurnal ‘The Lancet’ 20 November 2021, vaksinasi telah gagal menghentikan penularan Covid, dimana data baru menunjukkan prevalensi virus meningkat pada individu yang telah divaksin penuh.
Penelitian di Jerman, menemukan bahwa tingkat kasus di antara individu yang divaksinasi lengkap yang berusia 60 tahun atau lebih, telah meningkat dari dari minggu-keminggu, dari 16,9% pada Juli menjadi 58,9% pada Oktober 2021.
Penellitian itu memberikan penilaian yang jelas, bahwa orang yang divaksinasi penuh semakin berpotensi menjadi ladang mutasi virus dan sumber penularan Covid, karena meski terinfeksi mungkin dia tidak bergejala.
Penelitian tersebut mengidentifikasi hasil yang serupa di Inggris, diseluruh Inggris, jumlah kontak serumah yang terpapar kasus yang tidak divaksinasi (23%) sedikit lebih rendah daripada jumlah yang terpapar individu yang divaksinasi (25%).
Di Inggris, dalam waktu tiga minggu 100 kasus Covid dilaporkan di antara individu yang berusia 60 tahun atau lebih. Dari angka infeksi tersebut 89,7% orang diantaranya adalah yang telah divaksinasi lengkap, sementara 3,4% tidak divaksinasi.
Di Israel yang tingkat vaksinasi lengkapnya sangat tinggi, menunjukkan bahwa, wabah nosokomial dilaporkan melibatkan 16 petugas kesehatan, 23 pasien yang terpapar dan dua anggota keluarganya. Sumber penularan adalah dari pasien COVID-19 yang divaksinasi lengkap. Tingkat vaksinasi adalah 96,2% di antara semua individu yang terpapar (dari 151 petugas kesehatan dan 97 pasien)
Penelitian di AS mendukung kekhawatiran yang diungkapkan dalam penelitian ini, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) saat ini mencatat bahwa 4 dari 5 wilayah di seluruh AS dengan persentase tertinggi individu yang divaksinasi lengkap sebagai daerah penularan tinggi.
Para peneliti itu memperingatkan bahwa pengambil keputusan harus mengakui risiko yang masih ditimbulkan oleh individu yang divaksinasi.
Laporan itu memberikan catatan :
Hasil penelitian itu dirilis ketika negara-negara sedang mempertimbangkan untuk memaksakan “wajib vaksin” Covid untuk membantu “melindungi?” warga dari penyebaran varian omicron dan potensi melonjaknya jumlah kasus.
Sudah terbukti tidak mengurangi tingkat penularan & yang terjadi malah sebaliknya, masih berdalih juga bahwa tujuannya untuk kesehatan bersama. Sudah begitu ada unsur pemaksaannya pula walaupun dimulut berkata “tidak memaksa”. Kenyataannya banyak aktivitas yang mewajibkan memiliki “kartu p@ss” sebagai tanda sudah diinjeksi dengan suatu cairan yang mereka sebut ‘v@ks1n’.
Higher Risk & much less Benefit dalam melawan pandemi. Selain tetap bisa terinfeksi virus, efek samping nya juga berakibat parah, bahkan juga fatal. Efek samping yang demikian seringkali menyalahkan komorbid sebagai kambing hitamnya, sehingga tidak ada data K1P1 yang tercatat dan akhirnya muncul klaim tidak adanya efek samping serius.
Ag3nda dep0p*l4si ??
(maaf kepada admin, karena beberapa kata sengaja disensor)
Memaksa dengan cara seakan tidak memaksa 🙂 , luar biasanya aturan begini bisa seragam diseluruh dunia, berarti ada dalang besar diblkg wehao shngg apa yg dikatakan wehao wajib dipatuhi seakan mematuhi Tuhan.
Nah jg soal efek jangka panjangnya kita jg blm tahu, apalagi yg bikin vaksin adalah pelaku yg sama dng yg bikin virus, simak kata presiden ukraina :
https://analisaakhirzaman.com/2021/12/03/dari-mana-datangnya-lintah-dari-sawah-turun-kekali/