Artikel ini mengulas laporan tahunan pertama dari Global Preparedness Monitoring Board (GPMB) yang dirilis pada september 2019, hanya 3 bulan menjelang merebaknya Covid-19.
GPMB adalah sebuah panel ahli yang dikatakan sebagai ‘independen’ yang dibentuk oleh Bank Dunia dan Organisasi Kesehatan Dunia WHO.
Orang-orang penting yang duduk dalam kepengurusan GPMB diantaranya adalah : Henrietta Fore Direktur eksekutif UNICEF, Dr Gro Harlem Brundtland mantan Dirjend WHO , dan Elhadj As Sy mantan Sekjend Federasi Palang Merah Internasional, George F Gao Dirjend Pusat Pengendalian dan Pencegahan penyakit Menular China, dan banyak lagi ahli dan petinggi yang duduk dalam kepengurusan yang berasal dari berbagai Negara.
Banyak keanehan yang bisa kita tangkap dari laporan itu, seperti bahwa pandemi Covid-19 dikaitkan dengan pendapat tak berdasar bahwa sebuah Pandemi besar akan berulang tiap 100 tahun. Mereka merujuk pada Pandemi besar yang menewaskan 50 juta orang karena wabah Flu Spanyol pada tahun 1918-1919.
Padahal wabah Covid-19 adalah disebabkan oleh virus Corona yang secara alami ada di Kelelawar, sementara Pandemi yang terjadi seabad lalu itu disebabkan oleh jenis virus yang sama sekali berbeda yaitu jenis H1N1, yang secara alami adalah virus yang menyerang Unggas.
Keanehan kedua adalah, bahwa para ahli hebat itu sudah bisa menyebut beberapa penyebab awal akan merebaknya sebuah pandemi influensa mematikan, yaitu faktor insiden bocornya Virus dari Laboratorium. Lalu setelah merebaknya Covid-19 pemerintah AS tiba-tiba menuduh China dengan hal yang sama, bahwa pencetusnya adalah ada kebocoran di Laboratorium di Wuhan.
Keanehan ketiga adalah, bahwa mereka menyebut sebuah jenis virus yang mematikan akan bisa muncul karena mutasi genetik oleh faktor perubahan iklim, peningkatan urabanisasi , penambahan populasi manusia, dan sistem peternakan yang salah, tapi anehnya mereka kemudian menyimpulkan bahwa virus mematikan akan bisa merebak karena insiden kebocoran dari laboratorium.
Kalau virus mematikan itu adalah hasil dari mutasi genetik alami, bukankah seharusnya munculnya dari penularan langsung dari kelelawar ke manusia? dan bukan malah dari kebocoran di Lab?
Anda dapat mendownload laporan GPMB setebal 48 halaman itu diwebsitenya.
Theadmin aaz
Bahwa saat ada ancaman nyata dari Pandemi Patogen Pernapasan Mematikan yang bergerak dengan sangat cepat yang bisa menewaskan 50 hingga 80 juta orang” .Itu adalah paragraf pembuka dari laporan utama GPMB.
Infrastruktur transportasi dunia yang sudah bagus telah memudahkan para pelancong untuk terinfeksi suatu penyakit di satu negara, untuk kemudian terbang melintasi lautan, dan dalam beberapa jam menyebarkan penyakit itu ke negara lain.
Peningkatan urbanisasi dan pertumbuhan populasi juga memperburuk penyebaran penyakit. Selain juga ada perubahan iklim, yang menyebabkan bencana alam yang melanda sistem kesehatan, dan melemahkan kemampuan mereka untuk merespons secara efisien terhadap wabah.
Pemanasan global juga memperluas habitat nyamuk, yang berarti kita mungkin akan melihat lebih banyak penyakit yang ditularkan oleh nyamuk seperti Zika, Demam berdarah, dan Demam kuning, termasuk di AS dan Eropa.
Konvergensi tren ini telah membuat kita semua lebih rentan terhadap apa yang disebut sebagai “risiko biologis bencana global.” Sementara kita tidak siap untuk menangani ini. Untuk menjadi siap, kita perlu bertindak tegas mulai sekarang. Tetapi ada masalah dimana ada kurangnya kemauan politik untuk melakukan itu, kata laporan itu.
Laporan itu menyebut, bahwa para pemimpin negara cenderung merespons krisis kesehatan hanya ketika masyarakat sudah sangat panik. Sayangnya, kita punya kebiasaan memperhatikan pandemi hanya ketika mereka benar-benar telah menimpa kita.
“Sudah terlalu lama kita membiarkan siklus kepanikan dan kelalaian dalam hal pandemic ini: kita baru meningkatkan upaya ketika ada ancaman serius, lalu cepat-cepat melupakannya ketika ancaman itu mereda,” kata laporan itu.
Pandemi menimbulkan risiko tidak hanya bagi kesehatan kita tetapi juga bagi ekonomi kita. Pertimbangkan perkiraan biaya wabah yang terakhir terakhir terjadi adalah seperti : Kerugian lebih dari $ 40 miliar saat epidemi SARS 2003, kerugian ekonomi dan sosial $ 53 miliar saat wabah Ebola di Afrika Barat 2014-2016, dan kerugian $ 45-55 miliar saat pandemi influenza H1N1 tahun 2009.
Jika besok kita mengalami Pandemi influenza global yang serupa dengan skala dan virulensi yang terjadi seabad yang lalu, yaitu pada tahun 1918, dimana saat itu flu Spanyol telah membunuh sekitar 50 juta orang , maka wabah itu akan menelan biaya ekonomi (dunia) sekitar $3 triliun.
“Jika penularan serupa pandemi 1918 itu terjadi hari ini, dimana populasi dunia telah empat kali lebih besar, dan waktu tempuh perjalanan keseluruh di dunia kurang dari 36 jam, maka 50-80 juta orang akan bisa binasa.”, tulis laporan itu,
ID2020 Program untuk memanfaatkan imunisasi sebagai peluang untuk membangun identitas digital yg bermitra dgn aliansi Gavi, rockefeller dll
Negara2 sudah berpartisipasi nyumbang ke sana
Gimana tanggapan nya nih min?
Saya kira semua orang sdh mulai sadar, bahwa dunia sedang mengarah ke ‘No place to hide’, tak seorangpun bisa sembunyi dan menyembunyikan apapun, brp isi rekening banknya, apa saja transaksi yg dia lakukan, brp pajak yg hrs dibayar, sedang berada dimana, kemana dia pergi, gmn status kesehatannya dsb, semuanya akan termonitor secara sentral.
Untuk itu identifikisasi digital setiap orang menjadi kunci penting proyek globalis ini, bahkan nanti akan menjadi syarat agar seseorang bisa/ tdk bisa mengakses ekonomi spt menjual/membeli, mengekspor/mengimpor barang, atau bisa/tdk bisa bepergian, dsb. Seperti biasa bungkusnya sangat manis ‘melindungi data pribadi setiap orang‘, tp sebenarnya adalah sebaliknya, ‘total control‘.
Sering kita bilang, teori konspirasi itu sdh basi karena semua telah menjadi fakta, semua sdh sangat transaparan.
Proyek ID2020 sendiri secara resmi dirilis saat forum ekonomi Davos 2019. Semua negara pasti akan mengadopsinya krn tidak ada negara yg bisa melawan Ya’juj majuj. Untuk anda yg belum tahu soal ID2020 bisa baca di web resminya.
Soal hubungan imunisasi dan identifikasi digital kita tdk punya data jd gak bisa kasih komen. “Selamat datang diakhir zaman.”
menurut admin, bagaimanakah kita sebagai orang2 muslim agar bisa menghindari hal tersebut??
karena pasti ada dampak debu riba yang masif karena hal tersebut…
Agak malu sebenarnya menyampaikan ini, karena kita sendiri belum bisa melakukan meski sdh ada keinginan sejak lama.
Ada puluhan Hadits yang memberi petunjuk yang sama ketika kita masuk kezaman ini, yaitu keluar dari perkotaan dan hidup secara tradisional menepi ke kampung. Mencukupi kebutuhan hidup dengan berkebun dan beternak.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Diperkirakan (akan datang suatu masa) ketika itu harta seseorang yang paling baik adalah kambing yang digembalakannya menyusuri perbukitan dan lembah-lembah tempat turunnya air hujan karena dia lari menyelamatkan agamanya untuk menghindari fitnah”. (HR. Bukhari No.3055)
ke kampung pun rasanya akan d data,…lewat e-ktp ….kira2 pendapat admin gmn???
Tetap akan terdata, tapi akan mengurangi resiko wabah dan kita tdk lagi butuh transaksi digital yang penuh resiko krn dunia sdh tdk menentu lagi.
WHO sudah bilang bahwa virus ini tidak akan bisa lenyap dari muka bumi, dan beberapa ahli malah sdh menyebut ancaman virus baru yg lebih mematikan. Artinya sadar atau tidak, kita akan menghadapi realita hidup baru, dan sulit untuk dibayangkan dunia akan bisa kembali normal seperti sebelumnya. Mudah2an perkiraan ini salah.
Sya sndri dari dulu gak ingin hdup d kota. Jdi ku ptuskan tdk merantau lagi n memilih d kampung. Wlopun hanya dagang keliling. Krna mau ternak n brkebun gak punya lahan. Sya hnya brpikir, untuk brusaha mnghindari hiruk pikuk prkotaan yg rawan skali dg riba.