https://www.youtube.com/watch?v=5O4HYUVnswM
Regulator obat Uni Eropa EMA (European Medicines Agency), Selasa 11/1 lalu memperingatkan bahwa suntikan booster Covid-19 yang berulang, dapat mempengaruhi respons kekebalan tubuh, dan mungkin menjadi tidak lagi fisibel (layak).
Mengulangi dosis booster setiap 4 bulan pada akhirnya akan dapat melemahkan respons kekebalan, dan membuat tubuh orang menjadi “kelelahan”, kata Marco Cavaleri, kepala strategi ancaman kesehatan biologis dan vaksin EMA, Selasa 11/1.
Sebaliknya, negara-negara harus memberikan lebih banyak tenggat waktu antara program booster. Bisa dengan menselaraskan dengan awal musim dingin di setiap belahan bumi, yaitu mengikuti cetak biru yang seperti strategi pada vaksinasi influenza, kata badan tersebut.
Saran tersebut muncul karena beberapa negara mulai mempertimbangkan kemungkinan memberikan suntikan booster kedua dalam upaya untuk memberikan perlindungan lebih lanjut terhadap lonjakan infeksi omicron.
Awal bulan ini Israel menjadi negara pertama yang mulai memberikan booster kedua, atau suntikan keempat, kepada mereka yang berusia di atas 60 tahun. Inggris mengatakan bahwa booster memberikan tingkat perlindungan yang baik dan tidak perlu suntikan booster kedua saat ini, tetapi akan terus memantau datanya setiap saat.
Regulator obat Uni Eropa mengatakan, bahwa antivirus oral dan intravena, seperti Paxlovid dan Remdesivir, akan mampu mempertahankan kemanjurannya untuk melawan omicron.
Badan tersebut berpendapat, bahwa bulan April nanti adalah waktu yang paling cepat untuk dapat menyetujui vaksin baru yang menargetkan varian tertentu, karena prosesnya memakan waktu sekitar tiga hingga empat bulan.
Beberapa pembuat vaksin terbesar di dunia mengatakan mereka sedang mempertimbangkan untuk memproduksi vaksin yang dapat menargetkan varian baru.
Sekjen WHO : Perlu ada vaksin dengan komposisi baru
https://twitter.com/i/status/1481299545095081984
Sementara itu Sekjend WHO berpendapat, pengulangan booster mungkin tidak lagi bisa dilakukan secara berulang, perlu ada “pembaharuan dari komposisi vaksin“, untuk memastikan keberlangsungan penyediaan “proteksi wajib” guna menghadang infeksi dan penyakit ini.