EX DUBES UK UNTUK SURIAH : PERANG SURIAH DAN PROSPEKNYA

Peter Ford, mantan Duta Besar Inggris untuk Suriah 2003-2006, menganalisa kelanjutan perang proksi di Suriah paska gagalnya upaya mengganti kepemimpinan Suriah dengan cara militer.

Dia berbicara tentang berbagai sanksi ekonomi yang diterapkan AS dan Negara Eropa ke Suriah, serta  propaganda untuk menutupinya.  Kebijakan sanksi ekonomi ketat dan terus diperketat yang dia nilai sebagai tidak bermoral.

Dia menyebut Sanksi itu hanya efektif untuk mencekik rakyat Suriah, tapi tidak berhasil membuat pemberontakan untuk menurunkan Assad, karena Assad didukung oleh mayoritas rakyat.

Juga disebut soal tuduhan palsu “penggunaan senjata Kimia”, yang ditujukan untuk mencari pembenaran bercokolnya pasukan AS secara permanen dan alasan penerapan sanksi yang mencekik perekonomian Suriah.

Dia menggunakan istilah  ‘Pemerintahan permanen’ untuk ‘the deep state’ yang selalu menggagalkan upaya Trump untuk menarik pasukan AS dari Suriah.

Secara terus terang dia juga menyebut, perang Suriah adalah untuk kepentingan Israel.  Dan terakhir dia mengungkapkan pesimismenya akan adanya perubahan yang positif pada era Joe Biden, dia perkirakan situasinya akan semakin buruk.

 

Tentang situasi umum di Suriah Saat ini

Situasinya pada dasarnya tidak berubah sejak setahun ini. Terjadi kebuntuan yang efektif sejak pasukan pemerintah Suriah memenguasai sebagian Idlib selatan pada bulan Maret (2020). Pada saat itu, tentara Turki ikut melakukan intervensi besar-besaran, dan secara efektif menghentikan perang.

Tetapi situasi saat ini adalah bahwa pasukan pemerintah Suriah menguasai sekitar 70% wlayah negara itu. Ada kantong-kantong militan yang mengendalikan provinsi Idlib dan beberapa area diprovinsi tetangga Idlib. Dan dan kemudian kita lihat bagian pentingnya , yang saya sebut “Bagian liar dari Suriah timur”, sebuah area segitiga besar di sepanjang jalan sepanjang ribuan mil diperbatasan Turki dan sampai ke perbatasan Irak, dan itu secara efektif merupakan wilayah perlingungan AS. Ada pasukan AS di sana yang dibantu oleh milisi Kurdi, yang disebut Pasukan Demokratik Suriah (SDF).

Dan hanya dengan kehadiran mereka (AS), mereka bisa mencegah gerak maju pasukan pemerintah Suriah. Akibatnya, orang-orang Suriah tidak bisa memanfaatkan kekayaan minyaknya  dan gandum yang besar dari segitiga itu. Dan, perang selama setahun terakhir lebih merupakan perang ekonomi daripada perang militer. 

 

Barat Tidak Mau Mengakui Kemenangan Assad

Pada dasarnya, yang pertama dan terpenting adalah (Barat) menolak bahwa pemerintah Assad telah menang secara militer … Dan tentu saja, kita telah meningkatkan tekanan isolasi dan sanksi terhadap Assad, kita telah bersikukuh untuk tidak memberikan bantuan rekonstruksi, dan negara itu (Suriah) menjadi putus asa. Anda lihat apa yang terjadi pada pound Suriah, anda lihat apa yang terjadi pada perekonomian secara keseluruhan. Jadi, ini adalah strategi yang sangat efektif. 

 

Sanksi Tidak efektif  menurunkan Assad, karena Assad didukung rakyat

Sanksi-sanksi itu itu benar-benar keji secara moral. Benar-benar membuat “shock” (bagi Suriah). Mereka (AS dan Eropa) berharap bisa menyerang Assad dengan cara itu, tapi strategi AS itu hanya makin menghukum (menyengsarakan ) rakyat Suriah saja.

Kebijakan tersebut hanya efektif dalam artian bahwa rakyat Suriah menderita setiap hari. Ada antrian panjang untuk mendapat roti, antrian panjang untuk mendapat bensin.

Kebijakan (AS dan Eropa) yang memberi sanksi dan menolak memberi bantuan rekonstruksi  memang efektif, tetapi apa kebijakan seperti itu akan melemahkan seluruh negeri?,  Itu hanya “delusi” mereka, itu bahkan tidak akan berhasil.

Pengalaman 10 tahun konflik ini menunjukkan bahwa pemerintah Suriah sangat tangguh. Mereka telah berkali-kali sulit dikalahkan dalam konflik ini, dan selalu berhasil melewati sebagian besar rintangan, karena mereka (pemerintah Suriah) mendapat dukungan dari sebagian besar rakyat Suriah.

Assad tidak akan menyerah di bawah tekanan ekonomi yang terus ditingkatkan ini. (Sanksi ekonomi) itu benar-benar hanya sebuah khayalan, Keyakinan mereka bahwa kebijakan “sinis dan tidak berperasaan” ini akan bisa berhasil,  benar-benar hanya sebuah khayalan.

Jadi, jika tujuan sanksi ekonomi adalah untuk membuat perubahan pemerintahan di Suriah, maka itu adalah sebuah kegagalan, itu tidak akan berhasil.

Tapi, hal itu hanya menyebabkan penderitaan rakyat yang mengerikan. Penderitaan di Suriah saat ini setara dengan apa yang disaksikan di Irak, menjelang perang Irak.

Arsitek sanksi itu, terutama adalah AS dan Inggris, mengklaim melakukan pembatasan pasokan medis ke Suriah, tetapi ini adalah klaim yang sinis. Mereka tahu betul bahwa dalam praktiknya sanksi hanya bekerja dengan menghalangi pasokan.

Bahwa ,… tidak mungkin ada teks dalam undang-undang (AS dan Inggris)  yang melegalkan  pemberian sanksi, yang melarang perdagangan barang-barang untuk kebutuhan kemanusiaan.

Namun demikian, efeknya … efek mengerikan pada bank, khususnya karena bank tidak akan bisa melakukan transaksi dolar apa pun dengan Suriah. Dan banyak, banyak penyedia peralatan medis yang terhalang.

Bahkan beberapa organisasi kemanusiaan seperti Amnesty International, yang biasanya mendukung pemerintah Barat, mengeluhkan hal ini. Itu adalah skandal. Dan klaim munafik bahwa ada pengecualian (dispensasi) pasokan  medis itu sangat menyesakkan dada.

 

“The deep state” dan Opsi agenda AS Di Suriah

Pasukan (AS) di sana pada dasarnya sebagai ‘tripwire’, pencegah, sehingga jika pasukan pemerintah Suriah maju, mereka akan terhalang  tentara AS, dan itu akan menimbulkan intervensi besar-besaran dari Angkatan Udara AS. Inilah yang terjadi.

Mereka bahkan tidak membutuhkan pasukan dalam jumlah besar untuk membuat ‘tripwire’. Meski begitu, menariknya,  arsitek kebijakan ini di “pemerintahan permanen AS” (the deep state/Lobi Yahudi) merasa perlu untuk menipu Presiden, agar dia tidak mengetahui angka yang sebenarnya.

Trump tampaknya mendapat kesan bahwa pasukan itu berjumlah hanya beberapa ratus, padahal sebenarnya jumlahnya lebih dari dua, tiga, empat ribu. Jadi, kebohongan yang telah terjadi di setiap tingkatan sangat mengejutkan saya sebagai mantan duta besar dan orang dalam di sistem pemerintahan Inggris.

Namun James Jeffrey (mantan utusan khusus AS di Suriah yg ditempatkan diTurki) benar dalam penilaian sinisnya bahwa kehadiran kekuatan AS ini menciptakan nilai tambah geostrategis utama bagi AS, dalam arti menghalangi Rusia yang mencoba menormalkan kondisi di Suriah.

Jadi, jika Anda mengambil titik awal bahwa inti dari perang adalah untuk mencegah Rusia menang, maka ya, kebijakan tersebut agak efektif. Namun jika anda, seperti yang juga diklaim oleh sebagian besar pembuat kebijakan, yang mengatakan bahwa tujuannya adalah untuk mengakhiri konflik, maka yang terjadi justru sebaliknya.

Apa yang Jeffrey katakan bahwa yang disebut  sebagai ‘plan A’ dari AS,  hanyalah untuk memperpanjang konflik, untuk mencegah penyelesaian konflik, yang mungkin tidak mendukung tujuan AS untuk menyingkirkan Assad.

“Plan B” adalah memasang semacam ‘rezim antek’, tapi dia (Jeffry) tidak punya banyak opsi tentang siapa yang akan dijadikan ‘boneka’ untuk menggantikan Assad,  tidak ada “Mandela” di sayap politik diSuriah, tidak heran jika ‘Plan B’ hanyalah kotak kosong.

 

Perang Suriah adalah untuk Kepentingan Israel

Kebijakan AS bukanlah untuk membuat pemerintahan yang demokratis di Suriah, karena tidak ada prospek untuk itu, sementara AS secara efektif mendukung fanatik (militan) Islam, dan bahkan di tempat lain juga mendukung di rezim rezim feodal Arab Saudi (yang sama sekali tidak demokratis). 

Jadi ini bukan soal membangun demokrasi. Ini adalah untuk membantu Israel di satu sisi, dan disisi lain mencetak poin untuk melawan Rusia. Dan ketika sampai pada ahap ini, maka itulah sebenarnya esensi dari seluruh perang ini dari sudut pandang AS. Dari sisi membantu Israel, jelas, karena Suriah membandel,  bersikeras untuk merebut kembali wilayahnya yang dicaplok Israel yaitu Dataran Tinggi Golan, dan karena (Assad) memberikan dukungan kuat kepada Palestina. Jadi, Suriah tidak akan pernah bisa diampuni atas dosa-dosanya ini.

Dan selama 50 tahun, hubungan Rusia dan Suriah sudah sangat erat, tetapi saya yakin bahwa jika Suriah pada suatu saat menawarkan untuk ‘mengganti kuda’, maka AS akan mendukung Assad hari itu juga.

 

Laporan Palsu Pemakaian Senjata Kimia

Ya, soal senjata kimia di Suriah, masalah ini banyak dimainkan, seperti yang pernah dimainkan di Irak. Dan dunia mengalami ‘amnesia’ atas Irak, senjata pemusnah massal itu sebenarnya tidak ada, seperti bukti dokumen Colin Powell yang dipresentasikan di PBB.

Ketika Anda mendengar klaim yang dibuat (barat) bahwa Assad menggunaan senjata kimia,  ini hanya seperti “Groundhog day” (pengulangan atas kebohongan yang terjadi di Iraq).

Pertama-tama, adalah tidak masuk akal bagi Assad untuk menggunakan senjata kimia, karena itu hanya akan menjadi ‘gol bunuh diri’ baginya.

Anda “sangat terpelintir” atau hanya “berkhayal untuk percaya” bahwa Assad bisa sebodoh itu untuk menggunakan senjata kimia, yang hanya akan menyebabkan kehancurannya sendiri.

Dan itu hanya agar kita mau percaya atas apa yang telah kita lihat, saya cukup yakin, ini adalah tipuan yang rumit, hanya serangkaian hoax.

Sangat jelas bahwa tidak satu pun dari kasus dugaan penggunaan senjata kimia yang diinvestigasi di lapangan oleh PBB atau investigasi internasional lainnya, dengan pengecualian Douma.

Dan mengapa Douma? Karena itu adalah bagian wilayah yang berhasil dipulihkan oleh pasukan Suriah segera setelah ada dugaan kejadian tersebut, sehingga AS dan sekutunya tidak dapat menempatkan penyidik ​​internasional.

Itu tidak menghentikan mereka membom Suriah, AS kemudian melakukan pemboman tanpa menunggu penyelidik internasional tiba di lokasi. Dan sejak kami melihat upaya yang rumit untuk memberikan justifikasi  atas pemberian sanksi, kebijakan kejam yang telah kita diskusikan sebelumnya.

Itulah tujuan akhir dari dari “tipuan senjata kimia” itu, yaitu untuk membenarkan pendudukan AS di Suriah timur laut dan memberikan tekanan ekonomi yang kejam secara terus berlanjut.
 

Nah, selain mantan diplomat Inggris, saya juga mantan pejabat PBB. Saya bekerja selama delapan tahun dengan di badan pengungsi PBB untuk Timur Tengah, dan itu sama sekali tidak mengejutkan saya. Karena saya telah melihat dari dalam ‘mesin PBB’ bagaimana soal senjata dipelintir oleh kekuatan Barat, dan khususnya oleh AS.

Kadang anda tidak akan bisa memiliki karir yang sukses di PBB jika anda menjadi musuh AS dengan melakukan hal yang jujur.

Dan oleh karena itu, organisasi seperti WHO akan selalu sangat mudah dimanipulasi untuk AS dan sekutunya, termasuk negara saya sendiri (Inggris). Mereka mengisinya dengan orang-orang mereka sendiri. Tetapi kadang-kadang ada orang yang jujur ​​dan punya integritas tertentu, dan itulah yang terjadi pada kesempatan (wawancara) ini.

Dan orang-orang ini menyusun laporan yang menyatakan bahwa mereka menemukan bukti yang konsisten dengan pementasan suatu insiden, itu bukan insiden yang sebenarnyai. Dan sejak itulah, mereka (Suriah) difitnah, dikutuk, dirusak. Dan kampanye melawan kebenaran itu terus berlanjut.

 

Akankah ada Perubahan di Era Joe Biden

Saya jelas tidak optimis soal ini. Saya pikir situasinya cenderung akan menjadi lebih buruk. Apa yang mungkin kita lihat hanyalah kelanjutan dari status quo.

Kebijakan yang ada saat ini hanya akan diperpanjang. Yakni, kebijakan yang dijelaskan oleh James Jeffrey (utusan Khusus AS soal Suriah), hanya akan ada upaya untuk memperpanjang konflik, mencegah Assad meraih kemenangan militer, melanjutkan sanksi ekonomi untuk mencoba membuat Assad mau bertekuk lutut, dan memaksanya untuk melakukan pemilu dengan persyaratan dari AS.

Saya yakin kebijakan ini akan dilanjutkan. Namun ada pertanyaan, apakah kebijakan itu tidak akan menjadi lebih menantang dan intervensionis, karena ada beberapa ribu tentara AS yang sudah menduduki sebagian wilayah Suriah.

Saya sangat khawatir Biden mungkin tergoda untuk meningkatkan jumlahnya, untuk memberikan tekanan militer pada pasukan pemerintah Suriah, menciptakan lebih banyak zona larangan terbang. Saat inipun sudah ada zona larangan terbang yang efektif di atas segitiga besar wilayah yang diduduki oleh pasukan AS dan sekutunya Kurdi SDF.

Mungkin akan ada upaya untuk menciptakan zona larangan terbang di Idlib, yang akan menjadi ironis. Ini berarti bahwa AS akan… yah, Angkatan Udara AS itu adalah sayap udaranya al-Qaeda.

Tapi kami sudah melihat hal-hal seperti itu selama konflik Suriah. Jadi, saya jelas tidak optimis. Dan saya khawatir keadaan bisa menjadi lebih buruk. Trump, dengan semua kesalahannya, memang beberapa kali mencoba dengan serius untuk mengurangi atau bahkan menghentikan kehadiran militer AS di Suriah, tetapi dia selalu digagalkan oleh ‘pemerintah permanen’ (the deep state/ Ya’juj Ma’juj).

 

This entry was posted in Analisa Geopolitik and tagged , , , , , , . Bookmark the permalink.

6 Responses to EX DUBES UK UNTUK SURIAH : PERANG SURIAH DAN PROSPEKNYA

  1. Niko says:

    AS dan Eropa tetap akan melakukan segala cara untuk menggulingkan Assad akan tetapi peristiwa ini hanya akan menegaskan rakyat Suriah bahwa pemerintahan mereka sah dan benar. Justru hal ini akan semakin memperkokoh mereka. Saya rasa hal ini tetap akan berlangsung dan memperkuat persatuan rakyat Suriah. Luar biasa sekali Suriah ini !

    Eropa dan AS (juga Turki dan Israel serta negara2 Arab) mungkin menyangka bahwa penderitaan ekonomi serta kesulitan yang mencekik bagaikan setan akan melemahkan mereka. Namun hal ini akan menguatkan keimanan serta keyakinan rakyat Suriah bahwa mereka benar. Sayangnya dunia Islam buta atas peristiwa ini dan cenderung menerima propaganda bahwa Suriah terkena peperangan antar sekte yang mana kita ketahui peristiwa itu tidak benar sama sekali.

    Terpilihnya Joe Biden masih menimbulkan pertanyaan besar apakah perang di Suriah akan memburuk atau membaik. Saya berharap peperangan dan kesulitan yang dialami rakyat Suriah bisa berkurang. Namun pada dasarnya deep state mengendalikan kebijakan pemerintahan AS untuk urusan Luar Negeri sehingga terselip rasa kekhawatiran bahwa krisis ini belum berakhir, belum lagi urusan dengan Iran perihal kebijakan nuklirnya dan segudang permasalahan di Timur Tengah. Jangan lupakan Joe Biden juga pernah ikut mengambil kebijakan pada pemerintahan Bush Jr. untuk mengirimkan tentara AS ke Irak sehingga kita perlu waspada juga akan kebijakannya di Timur Tengah.

  2. drs.bidezu says:

    jelaskan siapa dajjal, semua urusan selesai, minimal tanda diantara kedua matanya…ka fa ra ???

  3. Wowtowow says:

    Yajuj Majuj tidak akan pernah bisa memasuki/menguasai Damaskus, kota indah yg beragam yg diberkahi.

Leave a Reply to Wowtowow Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *